Fiksi ini murni dari otak saya yang lagi kabur dari tanggungjawab I AM, hehhehe. Maklum, ada yang bilang kurang ngefeel isinya. Jadi, saya memutuskan untuk bertapa dulu mencari wangsit. Hope you like this.
Warning:
Adult content. NC. Brain error. Full fiction.
Disclaimer:
Apabila ada kesamaan nama tokoh itu memang disengaja karena author cuman minjem.
Maincast:
Kim Jongin
Oh Sehun
Rated:
M - NC21
Yang belum genap 21 silahkan menyingkir, kaka gak mau bikin adek-adek yang manis terkontaminasi. *elu aja belum ada 21 thor thor
#ssstt
Listen to:
Avenged 7x - A Little Piece of Heaven
Happy reading ^-^!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jongin tidak tahu mengapa ia bisa berada disini. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa sampai disini. Yang ia ingat, dirinya tadi baru saja berganti pakaian dikamar mandi kamar tidurnya kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur, bermain ponsel sambil tengkurap. Dan sekarang ia bingung mengapa sekarang dirinya bisa berada kembali di sekolah lengkap dengan seragamnya dan berdiri seorang diri dilorong kelas yang sepi dan sedikit gelap membuatnya takut. Tepat didepannya adalah ruang kelasnya sendiri dan itu terlihat mengerikan saat ini. Jongin tidak mau mengambil resiko dengan melongokkan kepalanya kedalam kelas melalui jendela.
Jongin itu penakut, bisa dipastikan sekarang ini ia sama sekali tak mampu bergerak. Karena ia sendiri pernah berkata bahwa 'Jika kau sedang berada disuatu tempat yang kau pikir menakutkan, jangan pernah menimbulkan gerakan atau suara yang berarti karena bisa saja mereka mengetahui keberadaanmu' dan perkataan itulah yang sekarang menjadi panutan Jongin. Ia sama sekali tidak berani bergerak. 'Bahkan jangan kau coba memejamkan matamu karena ia bisa muncul secara tiba-tiba dihadapanmu saat kau membuka mata'. Itulah mengapa Jongin tidak jadi menutup matanya. Jongin hanya mampu berdiam diri ditempatnya tanpa berani bergerak.
Slap-
Jongin terkejut merasakan sekelebat bayangan dibelakangnya. Meski tak sepenuhnya terlihat, tapi ia yakin tadi itu sesuatu berwarna hitam mirip manusia.
Mengingatnya saja membuat Jongin ingin menangis. Perlahan ia mendudukkan tubuhnya berlindung dibalik pagar pembatas lorong kelas. Jongin berjongkok disana. Memberanikan diri untuk mengawasi sekitarnya dengan gemetar.
Tap Tap Tap
Suara kaki. Jongin refleks memutar matanya kebelakang. Dan kosong. Ia yakin tadi mendengar suara seseorang yang tengah berjalan kearahnya. Sadar apa yang ia pikirkan, Jongin semakin merapatkan tubuhnya dipagar pembatas. Keringat dingin mengucur deras didahinya. Bayangan-bayangan itu kembali menghantuinya. Masa bodoh dengan resiko memejamkan mata. Jongin lebih tidak ingin melihat bayangan-bayangan itu.
Puk
Jongin sontak mendongakkan kepalanya ketika sebuah tangan menepuk bahunya pelan.
Seseorang berdiri dihadapannya. Tatapannya dingin seperti mengintimidasi.
Ada yang aneh dengan matanya. Pria ini memiliki mata coklat yang terang. Terlihat seperti mampu menerangi lorong yang gelap ini. Jongin tidak mampu berkata hanya memandangi makhluk tampan didepan matanya itu. Seulas senyum entah kenapa mampu menghangatkan hati Jongin. Jujur ia terpesona pada seseorang untuk pertama kalinya.
Pria tersebut mengulurkan tangannya dan disambut dengan baik oleh Jongin. Pria itu bergerak kebelakang Jongin seperti mengecek keadaannya membuat Jongin malu.
"Sedang apa kau disini malam-malam begini?" Tanya pria tersebut. Raut mukanya berubah menjadi rileks dan menyenangkan.
"A-aku... Tidak tahu" Jongin menundukkan kepalanya. Ia masih bingung kenapa ia bisa ada disini, lagi. Ia yakin, tadi itu ia sudah pulang kerumahnya bahkan makan malam bersama Ibunya. Oh iya, Jongin juga ingat ia sudah menggosok giginya dikamar mandi tadi.
'Kan benar, nafasku masih wangi pasta gigi' batin Jongin seraya mengetes bau mulutnya
"Kau tidak apa-apa?"
"Eh? Tidak"Jongin tersenyum kearah pria itu dan baru menyadari seragam yang dipakainya.
'Bukankah itu seragam lama? Kenapa ia masih memakainya?'
Jongin memiringkan kepalanya lucu membuat pria disampingnya terkekeh pelan.
"Ada apa? Ada yang mengganggu pikiranmu?"
"A-ah? Tidak, tidak ada" Jongin menggaruk tengkuknya malu tapi juga sedikit penasaran hingga tanpa sadar perhatiannya hanya tertuju pada pria itu. Ah iya- "Aku tidak pernah melihatmu, kau murid tingkat berapa?"
Pria itu tersenyum kearah Jongin membuatnya salah tingkah. Dengan cepat Jongin mengalihkan pandangannya.
"Aku murid 11-3 Jurusan seni tari" ucap pria itu pelan membuat Jongin kembali memusatkan perhatian padanya. Entahlah Jongin tidak yakin dengan pendengarannya sendiri. Tapi dari yang ia tangkap, nada bicara pria tersebut seperti menyiratkan sebuah kesedihan.
"Oh!? Kalau begitu kita sama" ucap Jongin riang sembari menepukkan kedua tangannya membuat pria disampingnya mengerutkan keningnya. "Annyeonghasseo, namaku Kim Jongin, aku dari kelas 10-3 Jurusan seni tari, salam kenal sunbae!"
Jongin tersenyum cerah mengundang kekehan dari pria yang menjabat sebagai sunbaenya. Tangan pria itu tergerak mengusak helaian rambut Jongin gemas membuat empunya tak mampu berkutik.
"Kau ini manis sekali, Jongin" Rona merah itu sedikitnya berhasil menempati posisi dikedua pipinya yang gembul.
Sungguh baru kali ini Jongin merasakan hal seperti ini. Terang saja selama ini mana pernah Jongin berpacaran, tertarik dengan seseorang pun tidak. Pria inilah yang membuat Jongin marasakan hal yang sama sekali berbeda untuk pertama kali. Dari yang sebelumnya tak pernah tertarik pada siapapun menjadi tertarik pada pria disampingnya ini. Membayangkannya saja sudah membuat Jongin malu.
"Mau ikut denganku?" Ajakan pria disampingnya itu berhasil membuyarkan seluruh monolog batin Jongin.
"Jalan-jalan? Di sekolah?"
Pria itu tersenyum lagi membuat Jongin gelagapan.
"Kau mau?"
"Tidak buruk, sunbae yang jadi tour guide nya, ya!"
"Dengan senang hati"
Keduanya tertawa dalam kegelapan malam. Memberikan kesan tersendiri pada penghuni sekolah lainnya. Dan sadar atau tidak, ada yang aneh disini. Ya, yang aneh adalah sejak kapan lampu ruang kelas Jongin menyala dan sejak kapan pula papan tulis yang tadinya bersih itu kini penuh dengan coretan-coretan abstrak khas anak berandal. Tapi dari semua itu yang terpenting adalah Jongin telah melupakan rasa takutnya.
Jongin mengekor dibelakang tubuh sunbaenya. Jongin tidak yakin, ia hanya merasa tubuh sunbaenya itu jadi semakin terlihat tinggi jika dilihat dari arah belakang.
DEG
'Jongin konsentrasilah, ya ampun' batin Jongin berteriak.
Sedari tadi yang mengganggu Jongin adalah punggung sunbaenya. Bukan, bukan karena dia takut kalau punggung itu akan tiba-tiba berlubang mengerikan, tapi karena punggung lebar itu membuat Jongin ingin sekali menyandarkan pipinya disana.
'Astaga, Jongin ada apa denganmu!?'
Jongin memukul-mukul kepalanya lumayan keras hingga terdengar oleh pria didepannya.
Tep
Jongin terkejut merasakan sesuatu yang dingin menyentuh tangannya. Ia mendongak dan mendapati wajah khawatir didepannya.
"Jangan dipukul seperti itu, kepalamu bisa sakit"
" Ah iya" Jongin tersenyum canggung sembari menggaruk pelipisnya, 'dingin sekali tangannya' batin Jongin ketika sunbaenya kembali melangkah.
Tanpa Jongin sadari, sedari tadi sunbae itu terus saja memeperhatikannya. Wajahnya terlihat ragu. Entah apa yang membuatnya ragu. Hanya pria misterius itu yang tahu.
"Sunbae, kenapa malam-malam begini masih disekolah?"Ucap Jongin membuka percakapan
"Aku sedang menyelesaikan tugas sekolah" jawabnya dingin. Jongin sampai terkejut mendengarnya.
'Orang ini sedikit-
"Kau sendiri?"
"Tersesat"
-aneh'
Jongin diam selama dirinya masih bisa diam. Mungkin dari sekian ekspresi yang ia coba terapkan pada dirinya, bingung adalah yang paling tepat.
Jongin kembali mendongak karena sunbae didepannya berhenti melangkah.
"Mau bermain disini?" Ajak pria tersebut dengan suara yang terdengar menyenangkan membuat Jongin menggerutu sebab mood sunbaenya yang menurutnya gampang sekali berubah.
"Inikan ruang komputer sunbae, mana bisa dibuka? Pasti sudah dikunci" celoteh Jongin sembari memutar-mutar handle pintu.
Cring
Jongin membuka mulutnya. Tidak terlalu lebar memang tapi mampu membuat sunbaenya tertawa. Sadar tingkahnya diperhatikan, Jongin menunduk menyembunyikan mukanya yang merah karena malu.
"Sunbae, berhenti tertawa" protes Jongin memanyunkan bibirnya
"Maaf maaf, habisnya kau ini lucu sekali sich"
"Uuh... Sunbae, aku lelah memanggilmu sunbae" rajuk Jongin sedikit melakukan aegyo
"Maksudmu?"
Cklek cklek
Kriieet
"Bisakah kau menyebutkan namamu? Aku tadi kan sudah menyebutkan namaku" Jongin melangkah memasuki ruangan yang telah terbuka itu sembari menunggu respon sunbaenya.
"Aku tidak bisa"
Jongin berbalik sambil cemberut. Memperhatikan sunbae yang melewatinya dan duduk disalah satu kursi disana.
"Nanti kau mencariku, lagi" jawabnya menggoda dan itu berhasil membuat Jongin malu.
"Memang"
"Hm?"
"Ah tidak apa-apa"
Jongin berjalan kearah sunbae tersebut dan menempati kursi disampingnya. Tanggannya bergerak menyentuh mouse komputer dan memainkan perangkat keras tersebut.
"Oh iya, bagaimana sunbae bisa memegang kunci itu?"
Sunbae itu hanya memandang Jongin yang mulai asyik dengan komputernya. Perlahan ia mendekatkan tubuhnya kearah Jongin tanpa suara. Jongin yang sedari tadi memang tak terlalu mengabaikan orang disampingnya itu pun menoleh cepat begitu bayangan tubuh sunbaenya mendekat.
Jongin membeku ditempatnya. Sulit sekali untuk bergerak dengan posisi seperti itu. Tentu saja, Jongin belum mempunyai cukup tekad untuk membuat bibirnya menyentuh bibir didepannya. Oh ayolah, jaraknya terlalu dekat bahkan hampir menyentuh satu sama lain.
"Sehun, Oh Sehun"
Setelah itu bibir yang coba Jongin hindari itu malah menempel manis dibibirnya. Jongin membelalakkan matanya tak percaya.
Debaran dijantungnya begitu menggila. Jongin merasa berada diatas awan rasanya. Ini adalah ciuman pertamanya. Dan demi kue coklat yang paling manis didunia, ini bahkan lebih dari itu.
Jongin memejamkan matanya ketika sunbae itu juga melakukannya. Tangan kirinya meremas lembut kerah kemeja seragam sunbaenya. Remasannya semakin kuat saat bibirnya dikulum bergantian atas dan bawah. Tangan Sehun, sunbae tampan itu merengkuh pinggang Jongin agar lebih dekat lagi padanya. Dan Jongin memberikan respon yang bagus dengan mengajak tangan kanannya untuk meremas kemeja bagian depan Sehun.
Semakin lama tubuh Jongin semakin menempel pada Sehun seperti kegiatan yang mereka lakukan saat ini. Sehun mencium bibir Jongin semakin dalam dan panas menimbulkan lenguhan dari bibir tebal Jongin. Tangan Sehunpun tak tinggal diam. Sehun menarik kemeja Jongin keluar dari kekangan celananya kemudian memasukkan tangannya kedalam kemeja seragam Jongin. Sehun mengusap-usapkan telapak tangannya yang dingin pada permukaan perut Jongin dan Jongin menggeliat kegelian sebagai respon.
Ciuman itu terlepas menciptakan benang saliva yang terhubung dibibir keduanya. Sehun menatap jauh kedalam mata Jongin yang sekelam malam. Ia dapat melihat rona malu dalam diri Jongin.
"S-sunbae?"
"Ikut aku"
Sehun mencium bibir Jongin sekilas kemudian menarik lengan Jongin pergi meninggalkan ruang komputer yang tertutup bahkan terkunci dengan sendirinya serta para penghuninya yang berteriak marah karena iri.
Sehun berlari membawa tubuh Jongin ke roooftop sekolah. Sesampainya disana, Sehun langsung memberikan tatapan tajam yang terkesan mengerikan dibeberapa sudut rooftop. Sehun menyeringai menang saat hembusan angin melewatinya dengan kuat membuat Jongin bergerak mundur.
"Kenapa?"
"Ti-tidak, anginnya kencang sekali"
"Tidak apa-apa"
Sehun kembali menarik tangan Jongin mendekati pagar pembatas. Dan respon Jongin membuatnya senang. Jongin berlari berputar-putar di sepanjang rooftop sekolah dengan teriakannya yang lucu. Setelah itu ia kembali ketempat Sehun dengan nafas putus-putus.
"Kau senang?"
Jongin mengangguk semangat seraya tersenyum. Senyum yang menyenangkan. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar menyerap angin malam yang terasa dingin. Tubuhnya terlonjak kaget saat sepasang lengan memeluknya dari belakang. Tangannya perlahan turun dan berpegangan pada pagar pembatas didepannya erat.
'Pemuda ini, bolehkah aku memilikinya?' Batin Jongin tersenyum
"Jongin"
"Ya?"
"Apa kau senang?"
"Ya aku senang, aku senang sunbae mengajakku kesini, aku senang karena ada perasaan baru yang kurasakan dan aku senang karena itu adalah karenamu, sunbae"
Jongin menundukkan wajahnya malu. Sehun melepas pelukannya dan membalik tubuh Jongin menghadapnya. Telunjuk dan ibu jarinya menyentuh dagu Jongin, mengangkatnya pelan. Dapat ia lihat semburat merah dikedua pipi Jongin meski samar. Sehun mendekatkan bibirnya pada bibir Jongin. Memulai kembali pagutan lembut yang tertunda. Hanya sebentar. Sehun menatap mata Jongin lama kemudian kembali menyambar bibir penuh itu. Jongin melenguh karena Sehun yang tiba-tiba menjilat bibirnya. Memberikan sensasi aneh diperutnya. Membuat kerja jantungnya berkali lipat lebih cepat. Jongin meremas bahu Sehun saat Sehun menggigit bibir Jongin lembut kemudian menyesapnya. Lidahnya terjulur diantara celah bibir Jongin. Jongin tidak sepolos itu untuk mengerti apa arti dari tindakan Sehun, dengan ragu ia membuka belahan bibirnya dan langsung disambut baik oleh lidah Sehun.
Lenguhan dan desahan Jongin membuat suasana bertambah panas. Sehun dengan semangat menjelajahi mulut Jongin hingga tubuh keduanya merosot kebawah karena tak kuasa membendung gairah yang semakin memuncak.
Perlahan Sehun membaringkan tubuh Jongin dilantai rooftop tanpa melepas ciuman panas itu. Ia membuka kancing kemeja Jongin satu persatu menampilkan tubuh bagian depan milik Jongin tanpa berniat melepas kemeja itu seutuhnya. Ciuman itu terputus dengan sangat erotis. Sehun memandang kagum tubuh dibawahnya. Kulit kecoklatan yang sangat seksi dengan gambaran Jongin yang meraup oksigen rakus.
"Sehun sunbae"
Panggilan Jongin dibalas dengan jilatan memanjang di lehernya. Jongin melenguh marasakan sensasi dingin dikulit lehernya yang sensitif. Jemarinya terkumpul dikepala Sehun, meremat helaian hitam itu sensual. Ia tidak tahan sungguh. Rasanya sangat menyenangkan dan mendebarkan.
"Lagiihh... Lagi sunbaehhh... Eunghh..."
Sehun menyeringai mendengar gumaman Jongin. Jongin semakin kelimpungan karena lidah Sehun benar-benar membanjiri permukaan lehernya dengan saliva. Jongin merintih nikmat saat Sehun mulai menggigit dan menghisap lehernya kuat. Tangannya berpindah keleher Sehun dan mengelusnya pelan membuat Sehun semakin bersemangat.
"Kau indah, Jongin"
"S-sunbaehh... Ahnhhh..."
Jongin mendesah merasakat gigitan dibahunya. Tangannya bergerak liar mencari pegangan saat lidah Sehun turun menyusuri dadanya. Jongin bergerak gelisah dibawah kungkungan Sehun dan itu menambah kesan seksi dimata Sehun.
Jongin membuka mulutnya untuk membantu kerja organ respirasinya saat mulut Sehun sampai pada puting susunya. Sehun menjilat bulatan kecil didada kanan Jongin menimbulkan desahan keras dari bibir penuh Jongin.
"Anghhh... Su-sunhh ahhh... Sunbaehh!"
Jongin memekik saat Sehun dengan cepat malahap puting kanan Jongin dan menghisapnya kuat-kuat. Jongin menggelengkan kepalanya tidak kuat menerima kenikmatan besar yang diberikan Sehun. Sehun menyeringai senang diantara kulumannya melihat Jongin yang kewalahan. Sehun semakin menghisap bulatan kecil itu rakus berusaha mengeluarkan sesuatu dari sana mengabaikan jeritan Jongin ditelinganya.
"Jongin, susunya tidak mau keluar" rajuk Sehun pura-pura cemberut
"Te-tentu saja, karna anghhh... Sunbaehhh... Ahhhnn... Stophh... Ahhstophh..."
Jongin berteriak nyaring ditelinga Sehun. Bahkan sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, Sehun sudah lebih dulu menyerangnya tiba-tiba. Mulut terlatih Sehun menghisap keras puting kiri Jongin tanpa memberi kesempatan pria dibawahnya itu menyelesaikan kalimatnya. Desahan Jongin terdengar bagai melodi surga ditelinga Sehun. Ia semakin liar menghisap bulatan kecil itu mengabaikan nafas Jongin yang terdengar putus-putus.
"Sun-sunbaehh... Ahh Sehunhh sunbaehhh"
Sehun melepaskan kulumannya pada puting Jongin membuat pria dibawahnya itu bernafas lega.
"Yang ini juga tidak mau keluar!" Protes Sehun sembari menjilat sekali lagi bulatan kecil itu menimbulkan lenguhan lirih dari Jongin.
"Kau harusnya tidak melakukannya denganku jika ingin susunya keluar" jawab Jongin kesal. Nafasnya masih belum stabil.
"Jangan marah"
"Aku tidak marah, memang aku siapa berhak marah padamu"
Sehun terkekeh melihat reaksi Jongin yang lucu. Keadaannya masih mengenaskan dengan mulut terbuka meraup oksigen. Sehun memutuskan berbaring dibelakang Jongin yang berbaring menyamping. Ia lingkarkan lengan panjangnya mengitari perut Jongin dan membuat tubuh Jongin semakin menempel padanya. Sedangkan Jongin sendiri berusaha menutupi tubuh bagian depannya yang terekspos.
"Kenapa kau mau kuperlakukan seperti ini, Jongin?" Tanya Sehun pelan mencoba untuk tenang.
"Tidak tahu" Jongin menjawab lirih hingga terdengar seperti desisan.
Sehun mengerti, ini adalah pertama kalinya bagi Jongin. Sehun masih ingat apa yang dikatakan bocah itu sebelum ini. Ia hanya tidak ingin menyakiti hati Jongin. Anak ini masih belum mengerti sepenuhnya tentang dunia seperti ini. Sehun hanya takut jika setelah ini Jongin akan pergi meninggalkannya. Pemikiran-pemikiran seperti itulah yang kini membuat Sehun menatap helaian hitam didepannya sendu. Ia memajukan wajahnya, menenggelamkannya ditengkuk Jongin. Menciumi daerah itu berkali-kali. Membuat Jongin kembali melenguh dan memegang erat lengan Sehun diperutnya. Diluar perkiraan, Jongin justru semakin menempelkan tubuhnya pada Sehun dan menikmati perlakuan Sehun padanya. Dan ketika ciuman itu berhenti, dengan cepat Jongin membalikkan tubuhnya menghadap Sehun. Bergerak sedikit kebawah dan menenggelamkan kepalanya didada Sehun. Sehun tersenyum senang menerima perlakuan seperti itu. Ini benar-benar sangat manis.
"Sunbae, kau dingin" bisik Jongin pelan. Jari-jarinya memainkan kancing kemeja Sehun.
Sehun tak akan menjawab dan tak akan pernah. Karena yah, ia memang dingin dan akan selalu dingin. Yang perlu Sehun lakukan adalah mengeratkan pelukannya pada tubuh Jongin hingga tak ada jarak lagi yang mampu memberi celah pada keduanya. Sehun hanya akan selalu berusaha membuat Jongin hangat didekatnya. Selalu. Percaya diri sekali kau Oh Sehun?
Tangan yang melingkar itu kini bergerak kembali diatas tubuh Jongin. Rasa dingin dari telapak tangan itu membuat Jongin bergidik. Untuk kesekian kalinya, Jongin susah untuk sekedar bernafas.
"Biarkan aku menyentuhmu"
"Mhhh..."
Sehun menjilat daun telinga Jongin pelan kemudian menggigitnya lembut membuat tubuh Jongin menggeliat tak nyaman. Kedua tangan Sehun terselip dikedua ketiak Jongin. Membawa tubuh itu sejajar dengannya.
"Biarkan aku melakukannya" bisik Sehun tepat didepan bibir Jongin. Dan Jongin dengan senang hati meraup bibir Sehun. Memulai untuk pertama kali.
Kali ini entah apa yang merasuki diri Jongin hingga ia berani mendominasi bibir tipis Sehun dengan melumatnya kasar. Dan Sehun hanya membiarkan bocah itu melakukan sesukanya. Tangannya memegang kepala Sehun erat dan membawanya untuk duduk. Setelah itu dengan mudahnya ia bergeser keatas pangkuan Sehun. Menempatkan tubuhnya senyaman mungkin dipangkuan Sehun. Tidak ragu untuk menekan tubuhnya hingga tubuh Sehun membentur pagar pembatas dibelakangnya. Tak tahan dengan sikap Jongin yang begitu agresif, dengan gemas ia menggigit bibir Jongin dan melesakkan lidahnya kedalam lorong hangat milik Jongin. Jongin hanya bisa menekankan tubuhnya semakin dalam ketika mendapat balasan dari Sehun. Jemari rampingnya berjalan keatas kepala Sehun mengusak rambut hitam itu hingga berantakan.
Ciuman itu terlepas dengan kasar oleh Jongin. Seperti iblis yang kelaparan, Jongin segera menyerang leher Sehun dengan jilatan, gigitan dan hisapan. Tak mempedulikan permintaan Sehun untuk pelan. Sehun hanya mampu meringis sesekali mendesah menghadapi Jongin yang agresif. Bocah sepolos Jongin bisa melakukan hal seperti ini? Apa dia sering-
"Aanghhh...!"
Sehun mendesah keras saat Jongin menghisap jakunnya kuat. Bahkan anak itu terus saja menghisapnya seperti Sehun yang menghisap putingnya.
Sehun berusaha mendorong bahu Jongin tapi tetap tidak bisa bergerak. Himpitan Jongin terlalu kuat untuk bocah seumurannya. Sehun tak punya pilihan selain mendorong keras tubuh Jongin hingga terbaring kebelakang dan langsung menindih tubuh bocah itu. Sehun menatap lekat wajah Jongin. Ekspresinya terlihat tenang tapi Sehun merasakan ilusi sakit pada dirinya. Rasanya perih sekali hingga masa bodoh pada fakta yang ia tangkap melalui mata Jongin. Bocah itu hanya menginginkannya. Menginginkan tubuh bukan hati busuknya yang mengharapkan bocah dibawahnya itu untuk merasakan apa yang selama ini ia rasakan.
Jongin adalah penipu. Jongin memang tidak pernah tertarik pada siapapun selama ini. Tidak pernah karena ketika mereka menggodanya ia bisa menilai mereka sesingkat mungkin tentang- tubuhnya. Jongin adalah rubah licik yang berhasil membekukan hati Sehun yang dingin tanpa membiarkan dirinya mengetahui lebih jauh Jongin sebenarnya. Jongin bukanlah bocah polos. Selama ini ia tidak pernah tertarik karena tidak ada yang menarik menurutnya. Sampai pada tubuh Sehun yang mmembuatnya menginginkan tubuh itu- menjamah tubuhnya.
Sehun merasakan ilusi sakit karena fakta itu. Kenyataan yang harusnya ia atasi terlebih dulu. Jongin hanya membutuhkan tubuhnya bukan hatinya. Jongin adalah pembohong. Jongin pembohong.
"Pembohong!"
Sehun menyambar bibir Jongin kasar tapi justru membuat Jongin menyeringai senang. Seringaian itu hanya bertahan beberapa saat ketika Sehun mulai melucuti pakaiannya dan menelanjangi Jongin. Jongin menggigil ketika angin membelai tubuh polosnya. Matanya terlihat sayu menggoda. Sehun berdiri sembari mengangkat tinggi-tinggi pakaian Jongin. Sehun menyeringai dan Jongin membelalakkan matanya saat Sehun melepaskan pegangannya dari seragamnya hingga seragam itu terbang bebas kelantai dasar. Jongin tidak punya apa-apa untuk menutupi tubuhnya sekarang dan Sehun dengan senang hati akan mengabulkan keinginannya.
Sehun kembali menindih tubuh polos Jongin. Menciumi wajahnya dan melumat bibir penuh itu nafsu. Mulutnya turun keleher Jongin kembali menciptakan lenguhan dan desahan diseluruh permukaannya. Dua bulatan kecil didada Jongin tak luput dari sentuhannya. Hingga Sehun mulai turun menuju perut membasahinya dengan saliva. Melukisnya dengan gigi dan bibirnya. Mulutnya berhenti dipinggang Jongin yang ramping mengamati ekspresi bocah itu dari bawah sana.
"Jangan haa ahh... berhenti"
"Tidak akan"
"Ahhh...! Eurmmhhh...! Aahh... Terushhhh... Nghh jahh aahh nganhh... Be- berhentihhh... Anghhh..."
Jongin menjambak rambut Sehun kasar tidak tahan dengan pekerjaan mulut Sehun pada penisnya. Jongin memejamkan matanya saat Sehun dengan rakus menghisap ujung penisnya yang sensitif.
"Ahh... Telanhhh... Semuanya- semuanyahh Sehunhhh...!"
Sehun memasukkan penis Jongin seutuhnya kedalam mulutnya sembari menikmati ekspresi Jongin yang dipenuhi nafsu dan gairah. Kepalanya terasa pusing merasakan manis penis Jongin dimulutnya. Tangan Jongin yang mencengkeram rambutnya dan paha Jongin yang menjepit kepalanya. Sehun melepaskan penis Jongin dari kulumannya beralih pada twinsball Jongin. Mengecupnya berkali-kali membuat Jongin merintih nikmat. Ketika jepitan paha Jongin pada kepalanya melonggar Sehun segera melahap twinsball Jongin dan dihadiahi oleh jeritan manis dari bibir Jongin.
"Sehunhhh... Ahhhh... Sehunhhh... Anghh hisapphh... Kuathh..."
Jongin tersentak sekaligus nikmat disekujur tubuhnya saat Sehun menggigit kecil twinballnya. Mulutnya terbuka menyuarakan desahan dan rintihan. Sehun melepaskan kulumannya. Memandang tubuh berbalut saliva didepannya.
"Itu semua milikku" Sehun menyeringai setan melihat tubuh Jongin yang terbalut saliva miliknya. Membuat Sehun menjilat bibir bawahnya lapar.
"Ambil milikmu Sehun"
"Akan kupastikan kau lumpuh setelah ini"
"Lakukan"
Sehun kembali menelan penis Jongin kasar. Menghisapnya kuat dan mengigit sepanjang batang tegang itu. Jongin benar-benar dibuat lumpuh oleh Sehun. Jari kakinya melengkung manahan nikmat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Teriakannya yang nyaring mengundang seluruh pasang telinga untuk mendengarnya. Ruang kelasnya, 10-3 pun semakin ribut dengan suara tawa membahana oleh sosok-sosok menyeramkan berseragam menengah atas. Seperti ikut menikmati permainan temannya yang kini tengah menggagahi Jongin. Sama halnya dengan ruang komputer yang dipenuhi oleh seringaian menggoda menatap layar komputer yang menampilkan pertunjukan dua makhluk berbeda jenis di rooftop sekolah yang tengah berusaha melepaskan diri masing-masing. Sang betina akan melakukan ekspresi malu-malu yang menggoda sedangkan pejantannya akan menyeringai dan tertawa membahana.
Jongin mendorong keras tubuh Sehun hingga kini ia yang menindih Sehun. Jongin menunduk diantara kaki Sehun dan melahap penis yang sedari tadi menggodanya untuk ditelan. Ia membasahi seluruh batang tegang itu dengan salivanya setelah itu ia masukkan kembali kemulutnya dan ia hisap kuat-kuat. Sehun mendongakkan kepalanya menahan nikmat. Mulutnya terbuka dan nafasnya tersengal-sengal.
"Oh... MAMA... Mhhh... Jonginhh..."
Jongin melepas penis Sehun dari mulutnya. Tapi selanjutnya ia mencengkeramnya erat menimbulkan rasa sakit dan nikmat pada Sehun. Jongin mengarahkan penis Sehun keatas hingga benda kembar itu terlihat jelas dimatanya. Tanpa menunggu lagi Jongin kembali memenuhi mulutnya dengan benda tersebut membuat Sehun menegakkan tubuhnya seketika. Ia terduduk dengan kaki yang mengangkang karena bagian bawahnya benar-benar diperkosa oleh Jongin. Bersyukurlah karena pemandangan Jongin yang menungging didepannya terlihat sangat indah.
Dengan nafas terengah Sehun memasukkan jari tengahnya kedalam mulutnya sendiri. Melumurinya dengan saliva kemudian ia arahkan jarinya ke lubang belakang tubuh Jongin. Jongin menggeliat erotis saat merasakan sebuah benda kurus dan panjang menembus lubangnya. Sehun semakin terengah menikmati pemandangan didepannya. Jongin yang menyumpal mulutnya dengan twinball Sehun dan pinggul Jongin yang bergerak erotis akibat jari Sehun yang keluar masuk dilubangnya. Tangannya yang menganggur Sehun gunakan untuk meremas pantat Jongin yang seksi menimbulkan desahan Jongin dalam kulumannya dan berimbas pada dirinya sendiri.
"Ohhh... Jonginhh... Ini nikmathhh..."
"Ermhhh..."
"MAMA! Arghhhhh... Anghhhh... Jonginhhh..."
Semakin cepat Jongin mengulum twinballnya semakin cepat pula jarinya keluar masuk lubang Jongin. Dan keduanya tidak tahan dengan semua itu, Jongin keluar lebih dulu membasahi lantai rooftop dengan cairannya. Sehun segera menarik Jongin menjauhi area pribadinya.
"Ayo Jonginhh, kita bersenang-senang sayang"
Sehun menarik lengan Jongin membuat bocah itu terduduk dipangkuannya. Dengan pelan ia membaringkan tubuh Jongin dengan pantat bocah itu yang masih bertumpu pada pahanya. Jongin terengah melihat penis Sehun yang benar-benar telah siap. Ia membasahi bibir bawahnya dengan lidah. Nafsu menguasai keduanya saat ini. Jongin melebarkan kakinya hingga lubang pantatnya terlihat jelas. Memudahkan Sehun untuk memperkosanya.
Sehun mengarahkan penisnya dipintu masuk lubang Jongin. Menggodanya sebentar kemudian memasukkannya dengan tiga kali dorongan. Jongin segera merengkuh leher Sehun. Menenggelamkan wajahnya disana. Menyapu permukaan jenjang itu dengan nafas panasnya.
Perlahan. Pelan Sehun menggerakkan penisnya tapi detik berikutnya ia menambah kecepatannya membuat Jongin tak bisa bicara dan hanya mendesah. Jongin memejamkan matanya erat saat ia rasa penis Sehun bergerak terlalu cepat bahkan ia pikir ini sudah melewati batas kecepatan manusia biasa.
"Arghht! Sehun... Anghhh! Ahhh ahhhh...! Ter- laluhh cepathh... Anghhh Sehunhhhh...!"
"Anghh... Ak-akuhh bisa le- anghhh... Lebihh dari ini saya- anghhhh...!"
"Anghh! Sehunnhhh...!pelanhhh pelanhhh- aarghhhh!"
"Sorry I can't, ughhh..."
Jongin memeluk tubuh Sehun erat melampiaskan kewalahannya. Matanya mengabur saat titik sensitifnya ditumbuk berkali-kali. Tak lama setelah itu Jongin menegang merasakan cairan kenikmatan mengalir menembus tubuhnya. Jongin terengah hebat. Dadanya naik turun dengan cepat mengatur nafasnya. Sedangkan Sehun terlihat jauh lebih baik. Tubuhnya seperti tak mempunyai rasa lelah bahkan nafasnya terlihat sangat stabil, terlalu stabil malah.
"C'mon baby, kita belum selesai"
Sehun menarik lengan Jongin hingga terduduk didepannya. Sehun menyeringai senang melihat tubuh Jongin yang lemas karenanya. Tapi bukan berarti Sehun akan berhenti. Dia tidak akan berhenti hingga Jongin pingsan. Sehun benar-benar ingin membuat bocah licik itu mendapatkan kesenangannya. Tak peduli jika ilusi itu bertambah kuat dan Ia akan dihukum oleh MAMA nantinya. Ia tidak peduli.
"Kemari, sayang"
Sehun menghimpit Jongin pada pagar pembatas rooftop. Posisi mereka kini adalah setengah berdiri dengan bertumpu pada lutut. Sehun menekan tubuh bagian depan Jongin pada pagar pembatas, menghasilkan rintihan lemah Jongin karena tubuhnya bergesekan dengan permukaan yang kasar terutama penisnya. Sehun kembali memasukkan penisnya kedalam lubang Jongin yang sialnya masih terasa sempit meski baru beberapa saat yang lalu ia menghajarnya. Jongin melenguh begitu penis Sehun langsung mengenai titik sensitifnya. Dan lenguhan itu berubah menjadi jerit desahan nikmat yang mengundang banyak jiwa yang telah mati berpesta dibawah sana.
Jongin menancapkan kukunya pada permukaan kasar didepannya walau percuma. Nikmat yang diberikan penis Sehun pada lubangnya benar-benar mengerikan. Kecepatan yang diluar batas kewajaran itu membuat Jongin menginginkannya lagi dan lagi. Nikmat pada lubangnya mengantarnya pada bagian depan tubuhnya yang bertubrukan dengan pagar pembatas dengan keras. Lubang dan penisnya benar-benar dihajar oleh kenikmatan.
"Ya Tuhan... Sehuuunhhhh... Anghhh...! Kau menyiksakuhhh...! Anghhh anhhhh...!"
"Aghh kau suka- anghh... Kau suka siksaanku eumhhhh...?"
"Yahhh... Akuhh sukaaahhhh... Anhhh...!"
"Bagaimana denganhhh inihh?"
Sehun menambah kecepatan tusukannya menjadi tak terkendali.
"Anghhh! Sehunhhh ampunhhh...! Arghhhh! Anghhhh... Ya Tuhan...anghhhh!"
"Memohonlah sayanghhh..."
"Arghhhh! Janganhhh berhentihhh!"
Jongin berteriak nyaring tidak mampu menahan nikmat. Tubuhnya bergerak dengan cepat, penisnya telah mengeluarkan cairan yang terus mengalir seiring hujaman Sehun pada lubangnya yang semakin cepat membuatnya pusing. Jongin mencoba tertawa ditengah siksaan itu. Ia merasa luar biasa gila karena ini. Menikmati sodokan Sehun yang tak kunjung berkurang kecepatannya bahkan semakin cepat. Jongin mengetatkan lubangnya serapat yang ia bisa. Ia tersenyum senang mendengar geraman Sehun ditengkuknya menerima pijatan dari lubang belakangnya. Untuk kesekian kalinya Jongin kembali keluar menumpahkan sarinya dan membuat cairan itu terciprat kemana-mana.
Sudah batasnya. Jongin sudah tidak mampu menyangga tubuhnya sendiri dan ambruk kedada Sehun yang masih setia menggenjot lubangnya. Jongin mencengkeram lengan Sehun yang melingkari perutnya. Tubuhnya masih saja bergerak brutal akibat perlakuan Sehun. Ditambah dengan tangan Sehun yang mempermainkan penisnya, mulutnya tak henti mendesah keras. Jari kurus yang dingin itu dengan tega mengorek lubang di ujung penis Jongin membuat bocah itu kembali berteriak penuh siksa. Jongin berusaha meraih tangan Sehun yang menyiksa lubang penisnya tapi gagal. Ia dikalahkan oleh kenikmatan yang menggila. Kepalanya mendongak dengan mulut yang terbuka tak mampu bicara. Tangannya tetap berusaha meraih tangan Sehun yang masih mengorek lubang penisnya dibawah sana.
Dapat.
Jongin membawa tangan Sehun kewajahnya. Mengemut jari Sehun yang digunakan untuk mengorek lubang penisnya. Libido Sehun meningkat melihat aksi Jongin yang dengan nikmat mengulum jari panjangnya. Tanpa sadar Sehun menghajar lubang Jongin lebih keras menyebabkan tubuh keduanya tersentak hebat. Jongin melepaskan kulumannya karena paru-parunya mulai menyempit. Dan saat ia sudah tidak bisa bernafas Jongin berteriak keras seiring dengan kenikmatan yang kembali menghampirinya.
Sehun menempelkan pantatnya dilantai memangku tubuh lemah Jongin. Jongin terbatuk karena benar-benar kekurangan oksigen. Ekspresi wajahnya seperti hampir menangis.
"Eunghh... Tunggu, biarkan aku bernafas dulu"
Jongin mencegah tangan Sehun yang mencoba meraih kembali penisnya yang benar-benar becek mengenaskan. Ia beranjak dari paha Sehun kemudian berbaring telentang untuk merilekskan otot-ototnya. Sehun diam memperhatikan. Dengan perlahan ia merangkak mendekati Jongin, duduk jongkok ala 'L' tokoh death note kesukaan author. Tangannya terulur mengelus surai hitam yang sedikit basah itu lembut. Kontrol nafas Jongin semakin stabil setelah itu, membuat Sehun tersenyum. Jongin melirik Sehun yang jongkok disampingnya.
"Sunbae?"
"Hmm?"
"Kau sama sekali belum keluar"
Jongin menatap tajam Sehun dan dibalas dengan senyuman manis dari sunbaenya.
"Aku tidak bisa keluar"
"Biarkan aku mengeluarkannya"
Setelah mengatakan itu Jongin langsung mendorong Sehun hingga terduduk dilantai rooftop. Tangannya membuka kedua kaki Sehun lebar-lebar dan merangkak perlahan mendekati penis Sehun. Jongin mengecup ujung penis itu pelan dan sensual. Pandangan Sehun tak beralih pada area bawahnya. Pandangannya terkesan datar. Tapi saat Jongin mulai memasukkan penisnya kedalam mulut ia sedikit meringis geli. Tangannya mengelus rambut Jongin. Satu bagian seks paling normal yang baru pertama mereka lakukan. Give them big applause.
"Jongin, aku tidak akan keluar"
"Eurmh timhakkh, 'au ha'us heluarmhh"
"Tidak Jongin"
'Aku tidak akan pernah bisa keluar'
Jongin melepas kulumannya dan menatap Sehun sedih.
"Apa aku tidak cukup memuaskanmu?"
"Bukan seperti itu"
"..."
"... Berbaringlah"
Sehun meletakkan dengan lembut kepala Jongin dilantai rooftoop. Ia mengambil kemejanya dan berlari menjauhi Jongin, menghilang dibalik pintu rooftop. Jongin memejamkan matanya lelah. Tapi baru saja ia melakukannya, Sehun sudah lebih dulu muncul disampingnya. Jongin mencoba untuk bangun tapi tangan Sehun menahannya untuk tetap berbaring. Jongin menatap bingung kemeja Sehun yang basah. Sehun tersenyum geli melihat ekspresi bingung Jongin. Sehun memeras kemejanya kemudian mulai menggosokkannya pada tubuh Jongin- membersihkannya. Ia melakukannya dengan penuh perhatian. Tanpa sadar Jongin tersenyum mendapat perlakuan manis dari Sehun. Ia berpikir, apakah ia juga akan mendapatkan perlakuan sama seperti ini jika orang itu bukan Sehun?
"Sepertinya tidak" gumam Jongin menatap lekat wajah Sehun.
"Apa yang kau pikirkan?" Sehun mendongak sambil tersenyum. Tetap pada pekerjaannya.
"Semuanya"
"..."
"Aku mengantuk" Jongin menguap lebar sembari mengucek matanya.
"Kau tidak boleh tidur, Jongin"
"Aku mengantuk, sunbae"
Jongin bergerak-gerak mencari tempat senyaman mungkin. Matanya memberat mengajak Jongin untuk beristirahat. Menghiraukan ucapan Sehun untuk jangan tertidur.
"Jongin, kau tidak bisa tidur. Kau harus bangun"
"Mhh sebentar saja sunbae"
"Tidak Jongin, ayo bangun"
"Aku mengantuk, biarkan aku tidur"
"Tidak, Jongin bangun. Bangun Jongin... Jongin... Bangun Jongin... Jongin...-"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"-Jongin! Bangun sayang!"
Dokk dokk dokk
"Jongin! Kau bisa telat ke sekolah! Cepat bangun!"
Bagaikan di alam bebas, Jongin seperti berada diantara pepohonan yang hijau dan rindang. Tidak ada suara bising ibunya yang jelas-jelas berteriak didepan pintu kamarnya, yang ia dengar hanyalah suara gemericik air dan dedaunan. Angin menerpa wajahnya lembut dan sinar matahari merambat melewati celah-celah dedaunan.
Slapp
Jongin membuka matanya cepat dan langsung mendudukkan tubuhnya diatas ranjang. Suara tenang angin yang berhembus melalui jendela kamarnya menarik perhatian. Tirai putih tipis itu berkibar lembut tertiup angin pagi yang segar. Menyerap sinar matahari dalam kelembutannya. Jongin terbengong ditempat. Dia sedikit mengalami amnesia sesaat. Entahlah, sepertinya dia mengalami morning shock.
'Bukankah jendelanya tidak kubuka dari kemarin pagi?'
"Oh Gosh!" Jongin segera melempar selimut yang menutupi setengah badannya lalu menundukkan kepalanya, memandang kearah selangkangannya.
"Kering" gumamnya tak percaya.
"Harusnya aku sudah basah kan? mana mungkin bermimpi seperti itu dan celanaku masih kering?" Jongin memasang wajah paling bodoh yang ia punya. Matanya melotot lebar karena shock. Tiba-tiba ia teringat dengan satu hal.
"Sejak kapan aku menghayal tentang seseorang bernama Oh Sehun! Siapa dia!? Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu!?"
"Jongin! Suaramu, sayang!"
Jongin menoleh sebentar kearah pintu kamarnya mendengar teriakan ibunya. Ekspresinya tetap sama. Jongin rasa ini adalah sesuatu yang patut diberi respon "wow, this is the great morning shock attack, eomma!"
"Jongin, jangan teriakkk!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jongin berjalan dilorong kelas tak bersemangat. Beberapa kali orang menyapanya tapi ia memilih mengabaikan sapaan itu. Hingga sosok sunbae yang menjadi sahabat sekaligus kembar siamnya merangkul bahunya dari belakang sambil mengucapkan selamat pagi.
"Kenapa dengan wajahmu, Jongin"
"Mungkin itu adalah karma"
"Apa?"
"Seseorang telah mengutukku karena itu"
"Kau ini bicara apa , Kkamjong"
"Aku tersambar petir pagi tadi"
"Jong, berhenti bicara ngawur. Aku tahu kulitmu itu memang gosong. Kau tidak usah malu mengakuinya dengan berdalih habis tersambar petir"
Jongin berhenti melangkah seketika dan memandang datar sahabatnya yang cengengesan. Dan disaat yang tidak tepat, Suho, kakak sepupu Jongin datang menyelamatkan Taemin secara tidak sengaja.
"Pagi Jong Taem"
"Pagi hyung"
"Ada apa dengan wajahmu, bocah?"
"Dia habis kesurupan hyung"
Pletakk
"Aushh, sakit Jong"
"Aku tidak apa-apa hyung, hanya-"
Jongin kicep. Beneran. Didepannya itu ada sebuah kelas. Dan papan kayu kecil diatas pintunya ada tulisannya. Yang bikin Jongin beneran hampir tersambar petir lagi itu tulisannya 11-3.
"Jongin!"
"Ye, kenapa?"
"Kau yang kenapa, apa ada yang istemewa dengan papan namanya?" Tanya Suho menahan tawa sedangkan Taemin cekikikan dibelakangnya. Hanya berjaga-jaga kalau Jongin bakal ngamuk lagi.
Jongin menghiraukan ucapan hyungnya dan memilih menghampiri kelas tersebut. Ia menempelkan tubuhnya pada kaca jendela membuat murid-murid yang berada didalam sana heran. Ada satu bangku yang menjadi pusat perhatian Jongin. Dan tiba-tiba saja pipinya memanas mengingat mimpinya semalam. Tubuhnya menggigil kedinginan membuat Taemin dan Suho yang berada didekatnya bingung. Taemin dan Suho menempatkan diri mereka dikiri kanan Jongin ikut melihat kedalam kelas. Jari telunjuk Jongin terangkat menempelkannya pada jendela tapi menunjuk kesatu bangku. Taemin Suho pun mengikuti arah telunjuk Jongin.
"Meja itu, siapa yang menempatinya?" Tanya Jongin penasaran.
"Yang pojok itu?" Suho memastikan. "Mungkin Taemin lebih tahu. Aku pergi dulu ada rapat besar hari ini" tambahnya.
"Ayo katakan" ucap Taemin antusias
"Ya ya, semoga jam kosong kalian menyenangkan, aku pergi dulu"
"Bye, hyung!"
"Taemin"
"Hmm?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku"
"Hm, Bukan apa-apa Jong" jawab Taemin kalem "Hanya cerita klasik tentang seorang siswa yang mati secara misterius disuatu tempat disekolah ini belasan tahun yang lalu. Orang-orang bilang ia sedang mengerjakan tugas sekolah seorang diri hingga tengah malam dan selanjutnya, tidak ada yang tahu"
"Aku sedang menyelesaikan tugas sekolah"
"Apa itu benar?"
"Sepertinya, tidak mungkin kalau cerita itu hanya sebuah lelucon sampai harus membuat Kepala Sekolah sendiri yang turun tangan"
"Maksudmu?"
"Bangku itu selalu kosong sejak entahlah, orang bilang sejak kejadian meninggalnya siswa itu"
"Apa mereka juga menyebutkan namanya?" Jongin menatap datar meja kosong didalam sana.
"Kenapa?"
"Hanya penasaran"
"Kalau tidak salah namanya Oh Sehun" jawab Taemin santai sembari mengitarkan matanya kesekeliling kemudian membelalakkan matanya mendapati Key, teman yang sebenarnya baru tadi ia jahili mengejarnya hingga kemari.
"Jong, Jongin, aku mau ketoilet, aku duluan ya, bye!"
Tanpa menunggu balasan dari Jongin, Taemin berlari menjauh sekuat tenaga dengan diiringi teriakan Key yang terkenal maha dahsyatnya. "Lee Taemin, mati kau!"
Jongin bergeming dari tempatnya. Pandangannya tak teralihkan sedari tadi. Menatap intens meja kosong didalam sana. Murid-murid pemilik kelas itupun menjadi risih dan memberikan tatapan tajam pada Jongin ketika tahu apa yang sedari tadi diperhatikan anak itu. Seorang siswa akhirnya keluar dan menghampiri Jongin.
"Hei bocah kelas satu, bisa kau pergi dari sini? Kau mengganggu kami"
Jongin tak menjawab ucapan kesal sunbaenya. Ia hanya berlalu dengan ekspresi tak percaya yang terlihat jelas diwajahnya. Tapi bukan si rubah licik namanya kalau Jongin terus memasang ekspresi seperti itu. Beberapa langkah kakinya menjauhi kelas itu ia menyeringai setan sembari menundukkan kepalanya.
"Jadi, kau mau bilang aku sudah bercinta dengan seseorang yang sudah mati?" Dan Jongin tertawa rendah setelahnya "Lucu sekali".
Jongin memasukkan tangannya kedalam saku celana, mulutnya bersiul riang dan berjalan semakin jauh dari sana. Menyisakan seseorang yang tengah meringkuk di pojok ruang perpustakaan yang gelap seraya menyeringai mengerikan dibalik lipatan tangannya.
"You're right my mine, khukhukhu"
