—Within Your Heart—
Sekuel "Alones"
Author: Rin
Chapter: 1/2
Disclaimer: All casts is belong to themselves.
Rated: T
Pair: KyuSung (Kyuhyun – Yesung), slight KyuSeo.
.
Warning: AU, Shonen-ai/BL, OOC, Crack Pair, ._. Sedikit SuGen, tapi bukan berarti saya SuGen Shipper. :p
.
Genre: Romance – Hurt/Comfort
.
DON'T LIKE DON'T READ
.
.
—Bahkan walau memori telah terhapus dan ingatan akan dirinya tak lagi ada, hati masih tetap ingat bahwa rasa itu tidak akan pernah hilang—
.
.
"Hyukkie-hyung, boleh aku bertanya?"
"Ne, waeyo, Kyu?"
"Namja yang duduk di pojok itu... siapa?"
"Ah, itu Jongwoon-hyung, dia sering ada di sini. Wae?"
"Aniyo, hyung. Bukan apa-apa…"
.
.
.
Jongwoon-hyung, ya? Namja yang manis... kurasa aku... menyukainya...
.
.
Kyuhyun menatap tajam dua namja di hadapannya. Sesekali mengalihkan pandangan keluar jendela. Ia—dan Hyukjae serta Donghae—tengah berada di tea shop tempat sang pemilik gummy smile itu bekerja. Tempat yang sama dimana ia selalu memandangi seorang namja manis yang selalu duduk di salah satu sudut yang hampir tak terlihat. Berdalih dengan alasan kencan dengan Seohyun untuk saling mendekatkan diri, tentu saja. Ia tak mungkin diizinkan keluar rumah kalau bukan dengan alasan itu—kecuali untuk bekerja mungkin.
Dan dengan alasan yang sama pula ia berada di tempat ini—lagi.
Kyuhyun ingin berhenti mengunjungi tempat ini. Hanya mengingatkan akan cintanya yang tak mungkin ia raih—walau ia tahu mereka memiliki perasaan yang sama.
Status dan posisi mereka membuat segalanya jelas terlihat mustahil. Akan lebih mudah kalau saja mereka bukan siapa-siapa. Bukan putra pemilik perusahaan besar, juga bukan seorang public figure yang telah sangat dikenal masyarakat.
Alasan yang klise, sekaligus yang paling masuk akal. Tak ada lagi harapan untuk mereka, bahkan sebelum mereka bisa saling mengenal.
Ia akan menikah—lima hari lagi—dengan seorang yeoja yang sama sekali tidak ia cintai. Dijodohkan. Jelas. Yeoja yang cantik, juga manis di saat yang sama. Hanya saja tidak dapat membuatnya berpaling, bahkan simpati pun tidak. Ia sudah terlalu terpikat dengan namja manis itu. Wajah, suara dan setiap ekspresi yang dikeluarkannya ketika berbicara pada Hyukjae.
Indah.
Membuat dirinya tanpa sadar malah mengulas senyum lembut, yang seringkali disalahartikan oleh yeoja Seo itu untuknya. Yah, tidak masalah sih. Setidaknya itu bisa membantunya menutupi apa yang ia rasakan.
Kyuhyun kembali menatap dua sosok di hadapannya, sedikit melayangkan tatapan penuh harap. Kalau saja bukan karena berita yang tadi pagi ia baca, ia tidak akan mau meluangkan waktunya—hingga tidak mengikuti sesi kuliah hari ini—dan memberanikan diri menemui Hyukjae serta kekasihnya yang sering ia lihat mengobrol dengan Jongwoon.
"Mian, Kyu..."
"Tidak ada untungnya untukmu menanyakan hal itu. Toh kalian juga tidak saling mengenal, jadi ini tidak ada hubungannya denganmu."
Lee Donghae sadar, ketika ia mengucapkan kalimat itu dan Jongwoon ada di sini, mungkin sepupunya itu akan langsung mengamuk padanya.
"Kajja, Hyukkie..."
Donghae beranjak, menarik tangan Hyukjae agar mengikutinya. Namja fishy itu tak lagi melirik Kyuhyun, sementara Hyukjae hanya bisa mengikuti kekasihnya setelah sebelumnya melayangkan pandangan minta maaf pada namja yang lebih muda dua tahun darinya itu.
Kyuhyun bersandar pada kursi yang ia duduki. Menghela nafas lalu memejamkan kedua matanya. Tadinya ia hanya ingin menanyakan dimana keberadaan Kim Jongwoon pada Hyukjae. Tak disangka ia tengah bersama dengan kekasihnya—yang kelihatannya membencinya.
Benci?
Kyuhyun mendengus pelan. Benci karena apa? Ia bahkan tidak tahu apa-apa. Tidak tahu dan tidak ingin tahu.
"Tidak ada hubungan apa-apa ya..." Kyuhyun tersenyum—sinis, "aku memang tidak ada hubungannya, kenal saja tidak... tapi aku... benar-benar mencintainya..."
.
.
.
"Hae…"
Hyukjae berusaha untuk mengikuti langkah kaki sang kekasih—berusaha mengejarnya. Hampir berlari, ia bahkan hamper terjatuh karena menginjak kerikil-kerikil kecil yang sedikit bertebaran di sekelilingnya.
"Hae!"
Masih tak ada jawaban, langkah Donghae bahkan terlihat penuh emosi. Bukannya Hyukjae tidak mengerti apa yang tengah dirasakan kekasihnya. Ia mengerti, bahkan mungkin merasakan hal yang sama. Hanya saja ini bukan saat yang tepat. Bukan saatnya mereka menyalahkan Kyuhyun atas—yah, kemungkinan besar menjadi penyebab Jongwoon menjatuhkan dirinya ke sungai. Itu bukan kecelakaan, mereka cukup mengerti akan apa yang terjadi hanya untuk menganggap itu kecelakaan. Kyuhyun adalah satu-satunya alasan hyung yang sangat mereka sayangi itu sampai bisa melakukan hal bodoh seperti bunuh diri. Tapi Kyuhyun tidak salah sepenuhnya dalam masalah ini.
Mereka hanya korban—dari perasaan yang selalu disebut-sebut perasaan paling indah yang pernah dirasa manusia. Cinta hanya membawa mereka pada posisi yang sulit. Saling mencintai, namun tidak bisa bersama—bahkan tanpa harus saling mengenal bagaimana diri masing-masing.
"Lee Donghae… berhenti sekarang juga atau kita putus!"
Langkahnya terhenti namun ia tidak berbalik. Hyukjae menghela nafasnya. Dihampirinya sang namjachingu. Sedikit terdiam, ia memeluk sang kekasih. Tanpa harus melihat wajahnya, ia tahu kalau Donghae sedang dipenuhi emosi. Tapi bukan hal yang tepat menyalahkan Kyuhyun. Setidaknya walau orang itu adalah penyebab utamanya.
"Jangan terlalu menyalahkan Kyuhyun. Ia bahkan tidak tahu apa-apa…"
Donghae masih diam, tapi dari tarikan nafasnya Hyukjae tahu kalau kekasihnya itu berusaha untuk meredam emosinya. Takut kalau ia justru malah melampiaskan emosinya pada Hyukaje.
"Kita beritahu Kyuhyun ya? Kurasa mereka lebih saling membutuhkan daripada harus menjauhkan mereka. Setidaknya… biar mereka sendiri yang memutuskan apa yang akan terjadi dengan mereka nantinya…
Gesturenya melunak. Donghae hanya menghela nafasnya. Ia marah pada Kyuhyun, kesal—ingin menghajarnya kalau saja itu bukan café tempat Hyukjae bekerja. Kekasihnya itu yang akan dapat masalah kalau ia benar-benar melakukannya.
"Baiklah…"
Hyukjae tersenyum. Berikutnya hanya tinggal Jongwoon dan Kyuhyun. Masalahnya… bagaimana dengan Jongwoon sendiri?
.
.
.
Kyuhyun berlari, menyusuri jalan setapak seukuran mobil. Ia bahkan beberapa kali hampir menabrak pejalan kaki lainnya. Pekikan makian meluncur, namun tak ia pedulikan. Tujuannya hanya satu. Rumah sakit tempat Jongwoon dirawat.
Ia spontan pergi ke tempat ini tepat ketika Hyukjae memberi alamat rumah sakitnya. Melupakan bahwa ia memiliki mobil dan malah menggunakan bus atau jalan kaki. Melupakan bahwa ia ada janji dengan Seohyun untuk menemaninya mengambil gaun pengantinnya. Ah, mungkin ia juga turut melupakan kalau ia akan menikah hanya dalam hitungan hari.
Kyuhyun melangkahkan kakinya masuk ke lokasi rumah sakit yang—yah, terlihat minimalis, pengaruh dari lokasinya yang agak di pinggir kota mungkin…
Setelah bertanya beberapa kali, bahkan hampir tersesat padahal rumah sakit ini terlihat kecil kalau dilihat dari depan. Namja berambut ikal itu menghela nafas, menarik lalu mengeluarkannya lagi. Berdiri di hadapan pintu berwarna putih. Kyuhyun memutar kenop pintu—tidak sopan sebenarnya karena tidak mengetuknya terlebih dahulu. Yah, biarlah…
Kyuhyun melangkahkan kakinya, memasuki kamar yang berbau chamomile itu. Rasanya aneh, karena bau obat hampir tidak tercium. Jauh berbeda dengan kondisi rumah sakit tempatnya dirawat dulu…
"A-annyeong…."
Terbata, Kyuhyun mengeluarkan suaranya. Rasanya bukan dirinya kalau seperti ini.
"Ne?"
Deg.
Kyuhyun mematung di tempatnya. Menatap namja yang beberapa hari belakangan selalu memenuhi pemikirannya. Masih sama, hanya yang membedakan perban di beberapa bagian tubuhnya. Kim Jongwoon masih sama dengan yang biasa ia lihat. Hanya saja… tatapannya… ada yang berbeda…
"Nuguya?"
Kyuhyun melemas. Siapa? Bukannya mereka saling mengetahui walau tidak saling mengenal? Lalu kenapa orang ini masih bertanya siapa… dirinya?
Dilupakan… atau apa?
.
.
.
"Jongwoon-ssi mengalami benturan keras di bagian kepalanya. Hal itu mungkin menyebabkannya mengalami amnesia, namun tidak total. Hanya beberapa hal yang dilupakannya… tidak semuanya…"
"Beberapa hal?" Kyuhyun mengernyit. Saat ini ia berada di ruangan dokter yang menangani Jongwoon.
"Semacam tekanan psikologis mungkin. Seperti melupakan hal yang benar-benar menyakitkan atau yang benar-benar ingin ia lupakan. Mungkin itu juga penyebabnya memutuskan untuk menjatuhkan dirinya ke aliran sungai yang lumayan deras."
"Termasuk orang yang melukainya?"
Sang uisa diam.
"Justru mungkin itu adalah salah satu penyebab utama dia mengalami sedikit gejala amnesia…"
.
.
.
Kyuhyun melangkahkan kakinya keluar pelan. Sedikit lesu, tapi lebih banyak berpikir. Ini salahnya. Jongwoon hampir bunuh diri karena dirinya. Karena sikapnya yang justru malah menyakitinya walau ia tidak pernah memiliki maksud untuk itu. Ia bahkan memutuskan untuk melupakan rasa cintanya pada Jongwoon demi kebaikan orang itu. Seorang public figure seperti dirinya pasti akan mendapat masalah besar kalau ketahuan menyukai dirinya, seorang namja.
Namja itu bersandar pada tembok rumah sakit. Iris gelapnya menatap sekelilingnya. Sepi, hampir tidak ada orang. Mungkin karena di lorong ini hanya ada ruang dokter. Ia mengambil ponselnya, melihat belasan pesan singkat mampir di layarnya dan puluhan panggilan tidak terjawab. Dari Seohyun.
Kalau dilihat dengan perasaannya yang sedang kacau seperti ini, segala hal yang berhubungan dengan Seohyun malah jadi terkesan menyebalkan.
Kyuhyun menarik nafasnya. Sudah ia putuskan bahkan walau mungkin ia harus melawan takdir, melawan keluarganya sendiri. Bahkan walau harus menyakiti orang lain. Ia berhak bahagia, dengan apa yang diinginkan dan ia putuskan sendiri. Dengan orang yang ia pilih, bukan karena masalah status atau karena ada orang lain yang mengatakan itu baik untuknya.
Namja berambut coklat itu beranjak dari tempatnya. Ada yang harus ia selesaikan dulu sebelum ia melakukan rencananya.
Ia—mereka—berhak bahagia. Bukan karena ucapan orang lain atau karena status mereka. Persetan dengan status. Apapun yang terjadi… ia harus melakukan ini…
Pergi dengan Jongwoon—sejauh mungkin kalau perlu ke luar negeri. Yang penting adalah menjauh dari orang-orang yang mengenal mereka. Dan yang terpenting adalah… membuat Jongwoon mengingat lagi—tentang dirinya dan cintanya atau… memulai segalanya dari awal…
.
—To Be Continued—
.
a/n ini untuk yang minta sekuel dari Alones. Dan ingin ending yang gak sad. ^^ Kalau lebih ingin yang sad ending gak usah dibaca. Ah, dan satu lagi ini two-shots.
Cukup sekian ya, endingnya ntar saya publish minggu depan. Tapi saya gak jamin ini bakalan bener-bener happy. Hehehe… ^^
See you on the other story…
.
BEST REGARDS
—RIN—
.
