Jimin | Yoongi | Boy's Love | Most of Slice of Life | Ficlet collection | other member's appear

.

Do not plagiarize!

.

Enjoy!

.

.

.

.

Desember, 2011.

.

Di sebuah sore didalam ruangan latihan BigHit Entertainment hanya tersisa mereka berdua disana...

.

.

.

"Yoongi-hyung, jadilah kekasihku."

Yoongi mendongak dan menghela napas. Lelaki bersurai gelap di hadapannya yang menjadi rekan sesama trainee yang jauh lebih muda dua tahun darinya itu menatap Yoongi serius. Tegas dan penuh kepercayadirian.

Namanya Park Jimin, kalau mau tahu.

.

"Dengar ya Park Jimin, usiamu—"

.

BRAK

.

"Berhenti menganggapku anak kecil, Hyung!" Jimin memukul tembok terdekat tepat di samping ia berdiri sekarang dengan kepalan tangannya. Ia menatap tajam pemuda yang lebih tua dua tahun daripadanya itu dengan tajam, kesal.

.

Yoongi membulatkan kedua mata sipitnya, Jimin berani membentaknya langsung dihadapannya seperti ini. Ia kemudian balas menatap tajam Jimin. "Bagaimana aku bisa berhenti menganggapmu anak kecil kalau sikapmu saja terus seperti ini!"

.

Jimin mendengus.

Selalu seperti ini.

Hal seperti ini bukanlah yang pertamakali ia hadapi bersama 'Hyung' kesayangannya itu.

Jimin sudah berkali-kali melakukan confess untuk rapper manis satu itu dan selalu berkali-kali berakhir sama seperti sekarang.

.

Tak ada kepastian. Dan ia yang selalu dianggap bocah.

.

Demi Tuhan ia sudah lewat tujuhbelas tahun! Dan masih dianggap anak-anak oleh crush-nya sendiri?

.

Jimin semakin frustasi saja di buatnya. Cinta tak memandang usia, kok. Apalagi ini hanya berbeda dua tahun.

Dua setengah tahun sih tepatnya.

.

.

Jimin mengerti, sangat mengerti dan sadar bahwa perasaannya itu bukanlah perasaan main-main. Ia merasa... Benar-benar mencintai Yoongi. Mencintainya tulus dari dalam hatinya.

.

Berkali-kali Jimin mencoba mengalihkan perasaannya itu dengan orang lain, tetapi yang terjadi hanyalah perasaannya yang kembali dengan Yoongi.

Jimin sudah terpikat, ia terjerat dalam pesona Min Yoongi.

Tetapi...

.

Setiap kali ia mengakui perasaannya pada Yoongi. Yoongi tak pernah menanggapinya. Ia bahkan tak pernah memberikan jawaban pasti pada Jimin.

Yoongi tak pernah memberi jawaban 'ya' ataupun 'tidak' sekalipun. Ia hanya akan mencela Jimin karena usianya.

.

Intinya, Jimin merasa digantung.

.

Padahal selama ini Yoongi menerima saja pendekatan Jimin padanya. Tetapi ia tak pernah mau mengakuinya barang sedikitpun.

Yoongi masih menyembunyikan perasaannya sendirian.

.

Tentu saja, Jimin kesal dibuatnya.

Ia jadi merasa bahwa ia yang paling dipermainkan disini.

.

.

"Lalu, bisakah kau memberiku jawaban, Hyung?! Jangan membuatku terus terombang-ambing dengan perasaan seperti ini!" Kesal Jimin, masih dengan nada tingginya. Emosi.

Yoongi menghela napas. Ia mendekati Jimin. Lengan kirinya meraih lengan Jimin. Menggenggamnya lembut. Dan lengan kanannya merambat naik untuk mengelus pipi kanan Jimin.

Jimin tak menolak sentuhan Yoongi, tetapi ia masih menatap Yoongi tajam.

Sekali lagi Yoongi menghela napas. Ia menatap Jimin lembut sembari mengelus pipinya.

"Bolehkah aku meminta satu hal?"

.

Jimin lama-lama luluh juga dengan sentuhan telapak tangan Yoongi di pipinya. Ia memejamkan kedua matanya dan menggenggam lengan Yoongi di pipinya dan membawa telapak tangan halus itu untuk ia ciumi wanginya yang seperti bayi dari sana.

.

"Hmm, apa yang kau inginkan, Hyung?"

Yoongi tersenyum merasakan tingkah manja Jimin di telapak tangannya. Ia kemudian menepuk pelan pipi Jimin untuk membuatnya membuka mata dan menatap Yoongi.

.

"Bisakah kau...," Yoongi mengelus kembali pipi Jimin dan tersenyum begitu tulus. Penuh harapan.

"Menunggu sampai kita debut nanti?"

.

.

.

.

Desember, 2013.

.

.

Sudah dua tahun semenjak Yoongi mengucapkan permintaannya.

Sudah dua tahun pula Jimin menuruti permintaannya itu.

.

Bahkan, permintaan Yoongi itu telah melewati batas waktunya.

Tentu saja melewati batas waktu.

Sekarang mereka sudah debut!

Siapa yang tak kenal rookie hip-hop tahun ini, Bangtan Boys!

.

Oh. Bahkan sekarang sudah hampir enam bulan setelah mereka debut.

Dan tak ada tanda apapun dari Yoongi yang telah membuat Jimin berjuang untuk menunggunya.

Menunggu perasaannya.

.

.

Jimin menghela napas. Ia mengaduk choco milkshake di tangannya dengan sedotan. Menatapi minuman tersebut dengan malas dan tak tertarik.

.

Jimin kini sedang berada di ruang latihan bersama member lainnya. Latihan baru saja selesai dan Jimin duduk begitu saja di sudut lantai ruangan itu. Member lainnya sibuk sendiri kesana-kemari dalam ruangan itu. Entah melakukan apa.

.

Tak berapa lama, seorang lelaki dengan cengiran khasnya menghampiri Jimin dan duduk bersama di lantai disampingya. Ia menepuk pelan bahu Jimin untuk membuatnya sedikit bersemangat.

Namanya Kim Taehyung.

"Mikirin apa sih, jelek banget mukanya, hahaha." Taehyung tertawa setelahnya. Membuat Jimin menatapnya malas.

Jimin mendengus, "Kepo."

"Huh, pasti Yoongi-hyung lagi deh." Taehyung mengibaskan tangannya.

Jimin makin cemberut dibuatnya. "Diam kau."

.

.

Semua member tahu tentang hubungan canggung Jimin dan Yoongi. Semuanya hanya terlalu kelihatan. Dan mereka tak pernah berani ikut campur atau Yoongi akan memukulmu keras di bahu.

.

"Haah kau butuh bicara dengannya." Taehyung menepuk-nepuk bahu Jimin. "Atau melupakannya."

Jimin mengerang. Ini bukan pertamakalinya Taehyung bilang padanya (atau mengingatkannya) untuk melupakan perasaannya terhadap Yoongi.

.

Tetapi Jimin tak bisa...

Entah apa yang Yoongi lakukan padanya, tetapi Jimin tak bisa untuk melupakan atau sekedar mengalihkan perasaannya untuk Yoongi.

Hatinya hanya untuk Yoongi seorang.

Apapun yang terjadi.

.

"Tidak, Tae." Jimin berdiri. Ia melihat sekeliling untuk menemukan Yoongi. Yoongi yang sedang mondar-mandir dengan sebungkus roti di tangannya dan entah sedang melakukan apa itu tiba-tiba berhenti.

Merasa ada yang menatapnya, Yoongi menengok kesana-kemari kemudian ia melirik ke arah Jimin dan membuat eye-contact dengannya.

.

.

"Aku tidak akan menyerah. Lihat saja..." Jimin mulai berjalan kearah Yoongi yang menatapnya heran dan meninggalkan Taehyung.

Taehyung menyeringai. Ia segera berseru setelah mendengar perkataan sahabat seperjuangannya itu. "Fighting, Bro!"

.

.

Yoongi mengerutkan dahinya dengan bingung menatap Jimin yang berjalan ke arahnya, dan Yoongi segera terkejut ketika Jimin sampai dihadapannya dan langsung menggenggam lengannya kemudian menyeretnya keluar dari ruangan latihan itu.

"Eh, apa-apaan ini?! Lepas, Jimin!" Yoongi mencoba memberontak, namun langkah Jimin tetap menyeretnya keluar tanpa berbicara sepatah kata pun.

.

BLAM.

.

Helaan napas terdengar setelah Jimin menutup pintu ruang latihan yang menyisakan sisa member yang masih bersiap-siap untuk kembali ke dorm itu.

"Semoga kali ini mereka dapat menyelesaikannya." Namjoon mengerang sembari meregangkan kedua tangannya keatas.

"Kalian bawa tas Yoongi dan Jimin. Kurasa mereka pulang telat ke dorm malam ini."

.

.

.

.

BLAM.

.

Ternyata Namjoon salah mengira. Jimin langsung menyeret Yoongi pulang ke dorm.

.

Sesampainya di dorm...

Jimin membuka pintu dorm itu dengan tergesa. Menyeret Yoongi kedalamnya dan menutup pintu depan tersebut dengan sedikit membantingnya. Juga mendorong Yoongi untuk bersandar di pintu tersebut dengan Jimin yang menahan kedua tangan Yoongi diatas kepalanya.

Yoongi terus memberontak, dan hanya membuat Jimin terus menahannya dari berontakannya itu.

Sekeras dan sekencang apapun Yoongi memberontak, Jimin tak mudah dirobohkan begitu saja. Ia mencengkeram kedua pergelangan Yoongi dengan kuat, sampai kedua lengan itu memerah pun Jimin tetap menahannya kini di pintu, tepat diatas kepala Yoongi.

.

"Lepaskan, Jimin! Maumu apa, sih?!" Bentak Yoongi. Ia menatap tajam Jimin dihadapannya. Yoongi sudah lelah memberontak karena percuma, ia kini hanya membiarkan Jimin mencengkeramnya. Mengabaikan rasa sakitnya karena cengkeraman Jimin di tangannya.

.

Jimin balas menatap Yoongi tajam. Ia kemudian memejamkan kedua mata dan menarik nafas untuk menenangkan dirinya.

"Ini akan jadi yang terakhir kalinya aku menagih janjimu, Hyung." Ucap Jimin dengan nada seriusnya. Ia semakin mendekatkan tubuhnya dengan Yoongi. Yang membuat Yoongi agak berjinjit karena ia tak bisa menjauh dari Jimin karena tubuhnya yang sudah terjebak diantara pintu dorm dan tubuh Jimin sendiri.

"Jawabanmu, Yoongi-hyung. Aku tak bisa menunggu lagi lebih dari ini."

.

Yoongi menghela nafas. Ia jadi berpikir mungkin saat inilah ia bisa memberikan jawaban tentang hubungannya bersama Jimin. Tetapi disisi lain masih ada perasaan ragu menghantuinya.

.

"Aku..." Yoongi mengulum bibir bawahnya sendiri. Ia mengalihkan pandangannya dari Jimin. Tak berani menatap tatapan tajam itu lebih lama lagi.

Jimin menelisik. Ia melembutkan tatapannya dan menatap sendu Yoongi yang tak mau menatapnya itu.

"Hyung..."

Yoongi kembali berpikir ke pikiran awalnya. Kalau ia menjawab 'Ya' apa nanti semuanya akan tetap seperti biasa?

"Yoongi-hyung...?"

Kalau ia menjawab 'Tidak' apa nanti juga semuanya akan berjalan tetap seperti biasa?

"Min Yoongi...?"

Yoongi inginnya ketika ia memberikan keputusannya kepada Jimin nanti, tak kan ada hal yang berubah. Baik untuk dirinya, Jimin sendiri, dan juga karir mereka...

"Min Yoongi."

.

Yoongi tersentak ketika Jimin tiba-tiba meraih dagunya. Membuatnya kini langsung menatap kedua manik gelap tegas milik Jimin itu.

"Apa yang kau pikirkan, Hyung?" Tanya Jimin tak sabaran. Lama-lama ia gemas juga.

Yoongi mengerang. "Aku..."

"Kau masih meragu?"

Yoongi mengangguk sekilas dengan pelan, ragu.

.

Jimin menghela napas kembali. Ia melepaskan cengkeramannya di tangan Yoongi dan menjauhkan tubuhnya selangkah ke belakang dari Yoongi.

"Setelah hampir dua tahun?" Jimin berucap, menatap sendu Yoongi. Kemudian setelahnya ia berbalik dan meninggalkan Yoongi. "Kau masih meragukan perasaanku?"

Yoongi terdiam. Ia menggeleng pelan dan menatap khawatir pada punggung Jimin.

Jimin melangkah ke arah kamarnya dan Taehyung. Tetapi ia berhenti sejenak. Kepalanya menoleh ke belakang untuk menatap Yoongi yang masih berdiri di pintu dorm itu.

"Rasanya sakit, Hyung."

.

"Berhenti!"

Yoongi berteriak. Tetapi Jimin tetap melangkahkan kakinya dan meraih knop pintu kamarnya dan membukanya. Mengabaikan Yoongi.

"Berhenti disitu, Park Jimin!"

Jimin berhenti. Sebelah tangannya masih di knop pintu dan ia berhenti disana. Tanpa menatap atau sekedar membalikkan tubuhnya kearah Yoongi pun tidak.

.

"Kau bilang rasanya sakit?"

Yoongi tersenyum kecil. Menatap sendu punggung Jimin yang masih berdiri terdiam disana.

"Apa kau berpikir kalau aku juga merasakan sakit yang sama?" Lanjut Yoongi.

Jimin masih terdiam tak merespon apapun.

Yoongi menghela napas. Dan ia mulai melanjutkan kata-katanya.

"Apa kau tahu kalau selama ini... Selama ini aku meragu... karena takut?

Aku takut kalau hubungan kita nanti akan menghalangi fokusmu untuk karirmu sendiri. Saat itu kau masih labil, aku juga takut kalau kau tak serius dan aku mencoba berusaha mengujimu untuk itu.

Tapi apa?

Pada akhirnya aku menyesal. Ya, aku menyesal kenapa perasaanku begitu rapuh, kenapa tak sejak dulu aku menerimamu, dan kenapa aku begitu mencintaimu. Aku juga menyesal telah membuatmu menunggu. Dan kini rasanya—"

Jimin membalikkan tubuhnya. Ia menatap Yoongi selagi ia berjalan cepat kearahnya. Yoongi hanya membalas tatapan Jimin dan ia melanjutkan perkataannya.

"—aku tak pantas untuk berada dalam perasaanmu—"

"Berhenti berkata seperti itu, Hyung. Kumohon..." Jimin segera memeluk Yoongi untuk menghentikan ucapannya. Merengkuh tubuh rapuh itu dengan erat seolah tak ingin lepas begitu saja dan juga memberinya perlindungan.

Yoongi menghela napas lega ketika Jimin memeluknya. Jantungnya berdebar dan perasaannya menghangat. Perlahan ia merambatkan kedua tangannya di punggung Jimin. Membalas pelukannya.

.

"Berhenti meragukanku, aku mencintaimu, Yoongi-hyung."

Jimin mengecup pelipis Yoongi dengan sayang, masih memeluknya.

Yoongi bukanlah orang yang mudah mengungkapkan perasaan dalam hatinya dengan kata-kata, kecuali jika ia benar-benar dalam keadaan terdesak seperti yang tadi ia akui kepada Jimin panjang lebar.

Maka dari itu, Yoongi segera merenggangkan pelukannya, kemudian ia agak mendongak untuk mencium Jimin di bibirnya dengan sekilas sebagai jawaban dari pernyataannya tadi, kemudian buru-buru kembali memeluk Jimin dan menenggelamkan wajahnya di bahu lebar Jimin.

Jimin terkekeh gemas setelahnya. Ia mengeratkan kembali pelukannya dan berbisik di telinga Yoongi.

"Kau milikku, Hyung."

.

.

.

.

End.

.

.

.

.

Nb :

Udah gitu doang, cheesy ya? ;-;

Ahaha halo! Ketemu lagi sama saya disini :3

Umm ini ficlet collection, jadi ya tiap chapternya beda isi tapi settingnya sama hehe.

.

Btw... BTS COMEBACK LAGI AAAA ;_;

Padahal mereka masih wara-wiri buat promosi, eh udah pengumuman mau comeback aja, kan kasian baby Jungkook nya pasti kecapekan huhu ;A; *pelukin*

.

Yasudahlah, terimakasih sudah membaca sampai sini.

Kritik, saran, dan sumbangan idenya boleh banget ditampung.

Review, please? :3

.