Di tengah malam yang sunyi.

Drap! Drap! Drap!

"Sial!"

"Woy tunggu jangan kabur!"

Drap! Drap! Drap!

"Heh! Ke mana perginya dia?"

"Entahlah, tadi kulihat dia ke sini. Mungkin sudah lari ke sana."

"Ayo kita kejar lagi!"

Drap! Drap! Drap!

"Huh, untunglah aku masih bisa sembun-"

Bruk.

Harvest Moon © NATSUME

"Hey, hey."

"Huuh! HEEEEEEY!"

"Um?"

"Wah, akhirnya bangun."

"Mmm."

"Kamu tidak apa-apa kan?"

"Hey, aku cuma ingin tahu siapa kamu? Lalu kenapa tubuhmu penuh luka? Terus kenapa kau tidur di sini?"

"Kenapa tidak jawab?"

"A-aku... Diusir."

Diusir

by

Kamui Sayaka

Gadis berkerudung merah itu tetap memandangi pemuda yang tergelatak lemas di depannya. Mata birunya menatap lekat setiap goresan luka yang melekat di wajah si pemuda. Tangan mungilnya mengambil sesuatu dari keranjang yang ia bawa.

"Makanlah roti ini, mungkin kau lapar."

Si pemuda hanya diam melihat gadis yang baru membangunkannya menyerahkan sebuah benda yang sangat dibutuhkannya. Setelah terdiam beberapa saat, dengan segenap tenaganya diraihnya bungkusan roti yang begitu menarik jiwanya tersebut. "Te-terima kasih."

Si gadis hanya tersenyum, apalagi melihat pemuda di depannya memakan roti pemberiannya dengan rakus membuat tawanya meledak. "Hahaha, kau ini lucu yah."

"Uhuk... Hn, ma-maaf."

"Huh! Kalau muntah jangan di baju orang dong!"

Warning: OOC, AU, OOT, Typo(s), GaJe dll. Kalau tidak suka, tekan CTRL + W atau ALT + F1 sampai F9 atau buka CMD lalu tulis "shutdown -s" atau pukul komputer anda dengan golok atau tidak usah baca saja.

"Itu kan baju orang lain, untung bukan bajuku, hehe."

Si pemuda hanya diam dan mengangguk karena kesalahannya tadi telah mengotori baju jemuran milik orang yang berada di sampingnya.

"Hey, hey! Kau belum jawab pertanyaanku tadi!"

"Te-tentang apa?"

"Tentang namamu dan kenapa kau bisa luka-luka dan berada di sini."

"Oh, na-namaku Mark. Ka-kalau lu-luka ini karena..."

"Karena apa?" Si gadis menatap pemuda berambut pirang di depannya curiga.

Si pemuda menghela napas lalu mulai menjawab, "Ka-karena aku terlalu ganteng."

Gubrak!

"Yang bener!" bentak gadis berkerudung merah yang baru saja-tidak sengaja-jatuh.

"I-iya. I-ibuku tadi malam marah-marah sambil memegang pisau." Si pemuda kembali menghela napas.

"Oh, jadi ibu kamu yang melukai kamu?" tanya si gadis cemas.

"Bukan, aku cuma gak sengaja jatuh dari atap gara-gara disuruh benerin antena TV."

Si gadis ingin jatuh lagi tapi ditahan, "Hm? Terus kenapa lukanya seperti diiris-iris gitu?"

"Di bawah atap ada kasur yang sedang dijemur," jawab si pemuda sembari menggigit rotinya.

"Jangan bilang kau tidak menabraknya saat jatuh? Karena tidak mungkin kasur bisa melukai sepepti itu," ujar si gadis, menganalisa jawaban si pemuda.

"Ti-tidak, aku malah menabraknya kok, untunglah punggungku dulu yang jatuh," jawab si pemuda, menyangkal analisa si gadis.

Si gadis menatap pemuda di depannya tidak percaya. "Ta-tapi bagaimana mungkin kasur bisa melukai wajahmu sampai segitunya? Katanya punggungmu duluan yang jatuh?"

"Iya, memang punggungku duluan yang jatuh ke kasur. Tapi ibuku yang marah malah melemparku dengan pot bunga."

Si gadis bergidik ngeri, "Ew, sakit?"

"Tidak," jawab si pemuda singkat.

Si gadis bertanya lagi dengan sangat penasaran, "Lho? Padahal sampai berdarah gitu. Emang kenapa sampai gak sakit?"

"Karena aku ganteng."

Gubrak!

Si gadis tak bisa menahan keinginannya untuk jatuh kembali. "Maaf mas, jangan terlalu narsis yah, bisa cerita dengan benar gak sih?" tanyanya agak marah.

"Ba-baiklah, aku akan menceritakan semuanya." Si pemuda menghela napasnya lalu mulai bercerita.


Malam itu, di sebuah rumah tua.

"Hehehe, apa kau sudah siap Gray?" Seorang lelaki berambut putih berjalan sambil menenteng sebuah pisau menuju pemuda bertopi yang tak berdaya di depannya.

"A-apa yang a-akan kau lakukan, Skye?" Pemuda bertopi yang bernama Gray menatap ketakutan lelaki yang bernama Skye yang sekarang berada tepat di depannya.

"Aku cuma ingin bermain," jawab Skye datar, lalu menjilati pisau yang dibawanya.

"La-lalu untuk apa pisau itu?" Gray kembali bertanya dengan ketakutan yang telah memuncak.

Skye menyeringai, "Tentu saja untuk bermain. Bermain cabut nyawa!"

Jlep!

Skye menusukkan pisaunya ke mata kanan Gray lalu pelan-pelan memutarnya, membuat cipratan darah segar mengalir diikuti rintihan Gray yang mengusik jiwa. Skye lalu menusukkan lebih dalam pisaunya ke mata Gray lalu mengirisnya dan mencongkel bola matanya. Belum sempat Gray berteriak, Skye telah menghujamkan pisaunya ke leher Gray dan menyayat urat-urat lehernya hingga menyemburkan darah ke mana-mana.

"Nah, Gray. Sekarang aku akan menikmati tub-"

Kresek!

"Wah! Sial! Padahal nih sinetron lagi-lagi rame-ramenya! Kenapa TVnya rucek gini sih!" umpatku kesal.

"Yah, udah. Kamu benerin dulu saja antenanya, Mark," perintah Ibuku.

"Iya bu," jawabku lalu beranjak menuju luar rumah.

Cuaca di luar sangat panas, memang karena sinetron 'Sapa dan Marah' ini ditayangkan setiap jam 12 siang, jadi terpaksa panas-panasan deh naik ke atapnya. Tapi karena atapnya tinggi, harus naik tangga dulu dan karena aku tidak punya tangga jadi pinjam dulu ke tetangga.

"Pak Saibara, pinjem tangganya dong."

Pak Saibara yang sedang membawa golok menatapku, "Untuk nyolong mangga punya bapak lagi, hah?"

"Gak kok, aku cuma pengen benerin antena doang, paling besok nyolongnya. Duh, keceplosan!"

"Apa kamu bilang!"


Setelah berusaha mati-matian meminjam, akhirnya aku berhasil juga berada di atap rumahku, tentunya dengan beberapa benjolan yang menghiasi kepalaku. Aku pun lalu mulai mendekati antena dan mencoba untuk memutarnya.

"Mark! Cepat turun! TVnya udah bener lagi tuh! Ternyata tadi gangguan! Pokoknya ibu sayang ayah!" Ibuku berteriak-teriak tidak jelas dari bawah, maklumlah saya lagi di atas atap jadi tidak jelas suaranya.

Karena ibu menyuruhku turun jadi aku urungkan niat untuk membenarkan antenanya tapi karena kurang hati-hati saat mau turun, kakiku terpelesat dan aku terjatuh.


"Oh, jadi gitu. Kasihan."

"Iya."

Si gadis terus menatapi wajah pemuda yang telah selesai menceritakan kisah indahnya. Setelah diamati cukup lama, ternyata pemuda tersebut benar. Dia memang ganteng!

"Umm, a-apa aku boleh tahu. Ke-kenapa kau bi-bisa diusir?" tanya si gadis malu-malu, tanpa disadarinya wajahnya memerah.

"Sebenarnya aku ga-"

Ketika si pemuda hendak menyelesaikan perkataannya tiba-tiba muncul dua orang yang langsung mengejutkannya.

"Hehehe! Akhirnya kami menemukanmu!"

Bersambung.

A/N: Maaf ficnya GaJe dan pendek, tadinya mau OneShot tapi keburu ada kerjaan. Cerita dikit yah, fic ini sebenarnya pengalaman saya pas masih kecil, kabur dari rumah gara-gara gak dikasih jajan(kasian) terus teman saya request fic tragedy & suspense yah terpaksa deh saya buat ini, padahal nih fic melenceng banget dari genrenya yah. Jadi ada yang mau fic ini dilanjutin atau gak? Silahkan Review saja kalau mau.