CRIMINAL, A SasuHinaNaru Fanfiction. Dedicated for my dear friend Chonna.
.
.
.
Warning : AU, OOC, Hard Lime, typos, violence, rape.
Desclaimer : Masashi Kishimoto
Chapter : 1
.
.
.
Uchiha Sasuke adalah murid Konoha Gakuen berumur 15 tahun yang duduk dibangku kelas X. Dia bukan murid yang pintar, hanya seorang siswa biasa yang memiliki sifat anti-sosial dan suka menyendiri.
Sampai suatu hal buruk terjadi. Dikabarkan, Sasuke menganiaya 4 teman sekelasnya, hingga mereka terluka parah, dan akhirnya salah satu dari mereka meninggal dunia. Menurut keterangan, Sasuke mengidap kelainan jiwa. Akibat ulahnya, Sasuke ditahan oleh polisi. Namun, karena ia masih dibawah umur, dia tidak dipenjara. Dia hanya menjalani terapi psikologis selama 6 bulan. Semenjak hal itu terjadi, semua orang takut bergaul dengan Sasuke, bahkan Naruto sahabatnya sendiri pun menjauhinya. Dan kini, ia kembali lagi ke Konoha Gakuen untuk melanjutkan sekolahnya.
.
.
.
"Sasukeeee-kuuuun!" gadis berambut pink itu terus berlari mengikuti seorang pemuda yang namanya terus ia panggil sejak bel pulang sekolah berdentang.
"..." Pemuda yang dipanggil sama sekali tak bergeming.
"Sasuke-kuuuuuuunnn!" sang gadis tak pantang menyerah, dia mengikuti pemuda yang berjalan mendahuluinya menuju ke tempat sepi di belakang sekolah.
"..." Pemuda itu berhenti sejenak, namun tidak berbalik menatap sang gadis.
"Aku ingin bicara dengan mu, ku mohon?" minta gadis bernama Sakura itu.
"..." sang pemuda tetap tak bergeming, kemudian ia masuk kesebuah ruangan kosong.
Sakura pun mengikuti Sasuke masuk ke dalam ruangan yang mirip ruang kelas, namun tidak ada kursi atau meja disana. Sasuke berdiri membelakangi Sakura.
Sakura menarik nafas dalam dan berkata "Sasuke-kun, aku mencintaimu"
"..." lagi, Sasuke diam dengan wajah datarnya.
"Maukah kau menjadi pacarku?"
"..."
"Sasuke-kun tolong jawab aku! Aku janji akan mencintai dan membahagiakanmu"
"..."
"Sasuke-kun..aku tidak perduli pada masa lalu mu, aku benar-benar mencintaimu, aku tak bisa hidup tanpa mu."
"..."
"Sasuke-kun!"
Panggilan Sakura yang terakhir sukses membuat Sasuke berbalik menghadapnya. Sakura terlihat sangat lega dan gembira.
Sasuke berjalan perlahan kearah Sakura.
DEG! DEG! DEG! DEG! DEG!
Detak jantung Sakura sudah tak karuan lagi, saat jaraknya dengan Sasuke semakin menipis.
Sasuke berhenti tepat dihadapan Sakura.
Perlahan tangan kanannya terulur ke bahu kiri Sakura, kemudian naik keatas, dan mendarat di tengkuknya. Sasuke menarik tengkuk Sakura dan semakin mendekatkan wajahnya kewajah Sakura yang merona. Sakura sontak memejamkan matanya pasrah, dan berharap Sasuke akan menciumnya.
.
.
.
'GREBB!' namun harapannya tidak sesuai dengan kenyataan.
"Akhhh" Nafas Sakura tercekat di kerongkongan saat tangan kekar Sasuke tiba-tiba mencekik lehernya dengan sangat kuat.
"Sa-su-akkkh" Sakura pun kesusahan bernafas, tangannya meronta dan memukuli wajah Sasuke sekuat tenaga.
Sasuke hanya menatap datar wanita dihadapannya, dan semakin menguatkan cekikannya. Sakura hampir kehabisan nafas dan tak dapat lagi meronta atau berteriak. Hanya bulir bening yang keluar dari sudut matanya yang terpejam. Dia tidak menyangka bahwa Sasuke akan tega melakukan ini padanya. Apa Sasuke berniat akan membunuhnya? Sungguh ironis, dia akan mati ditangan pria yang sangat ia cintai. Ternyata Sasuke memang benar-benar seorang kriminal. Kesadaran Sakura mulai hilang, tubuhnya melemas, dan pandangannya menjadi gelap.
.
.
.
"HENTIKAN!"
Sasuke menoleh pada sumber suara, di dapatinya seorang gadis berambut indigo yang ter-engah-engah sambil memegang tongkat bisball ditangannya. Sasuke mamandang tajam gadis itu. Gadis itu menatap pemuda di depannya, dingin, misterius dan mengerikan, itulah kesan pertamanya. Ia memang tidak pernah bertemu pemuda ini. Gadis itu mulai masuk di sekolah ini sekitar 3 bulan yang lalu. Dia hanya mendengar gosip tentang pemuda bernama Sasuke ini saja. Tapi, ia tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu.
"Jangan sakiti sahabatku!" teriak gadis itu lagi, kali ini ia mengangkat stik itu dan bersiap akan memukul Sasuke. Sebenarnya gadis ini hanya menggertak, ia tak mungkin tega memukul pemuda jangkung itu, walau pun pemuda itu berlaku jahat.
"BRUKK!"
Sasuke menjatuhkan tubuh Sakura yang tak sadarkan diri diatas lantai dengan sangat kasar.
"Ah! Sakura-san!" gadis itu panik dan khawatir akan keadaan sahabatnya.
Tap..
tap..
tap
Gadis itu meneguk ludah beberapa kali. Sasuke berjalan perlahan kearah gadis yang terlihat gemetar itu. Gadis itu refleks mundur beberapa langkah, namun langkahnya terhenti ketika punggungnya menyentuh tembok.
"Jangan mendekat, atau kau akan ku pukul" dia mengancam, meski dengan nada yang lemah. Sasuke tak bergeming, malah semakin mendekat. Selama ini tak ada orang yang berani melawannya, apalagi hanya seorang gadis. Lagi pula siapa gadis ini, dia belum pernah melihatnya.
Begitu Sasuke sampai tepat dihadapannya, Gadis tersebut mengayunkan tongkatnya hendak memukul Sasuke.
"GREPP"
Sasuke menangkap tongkat itu dengan tangannya, dia menatap gadis mungil itu dengan aura kelam yang sangat menakutkan. Dia lemas dan tak berkutik, saat Sasuke mengambil tongkat itu dari tangannya.
"Berlagak jadi pahlawan" kalimat retoris keluar dari mulut Sasuke. Gadis itu mengumpulkan keberaniannya dan berkata.
"Kau boleh menyakitiku, tapi jangan sakiti sahabatku"
Sasuke menyeringai, kemudian mengangkat stik bisball dan mengayunkannya kearah gadis itu. Dia memejamkan matanya dan pasrah apabila Sasuke akan melukainya.
"BRAKK!"
Suara benturan benda yang sangat keras menggema diruang yang bisa disebut dengan gudang itu. Sepi, karena memang ini adalah jam pulang sekolah, jarang sekali ada siswa yang masih tinggal disekolah.
.
.
.
Hinata membuka matanya, dan melihat tongkat itu hancur di bawah lantai. Rupanya Sasuke mengarahkan stik tadi kearah tembok dibelakang Hinata.
Hinata pun sedikit lega, tapi belum sepenuhnya lega, karen sekarang Sasuke sedang menundukkan kepalanya agar sejajar dengan Hinata.
"Siapa kau?"
Sasuke mencoba memandang lavender Hinata yang ketakutan, namun Hinata menunduk.
"Jawab!" Sasuke mengangkat dagu Hinata agar dapat menatap onyx kelamnya yang sangat menakutkan.
"Hinata" jawabnya lemah, lavendernya menatap onyx itu dalam, Hinata bagaikan terhipnotis saat itu juga.
.
.
.
Ia bagaikan terperosok dalam lubang hitam yang menakutkan dan membuatnya ingin segera pergi menjauh dan berteriak sekeras-kerasnya, dan selanjutnya ia tak tahu apa yang terjadi, tubuhnya seperti mati rasa.
.
.
Basah, Hinata merasakan bibirnya basah seperti ada sesuatu yang basah dan panas menempel di bibirnya. Penglihatannya buram, ia mencoba mengerjapkan matanya tapi sia-sia, sepertinya indera penglihatannya tidak berfungsi lagi. Hanya indera perasanya yang bekerja dan merasakan terpaan nafas yang memburu diwajahnya, kemudian Hinata rasa benda basah dan panas itu adalah bibir manusia, ia juga merasakan ada sebuah benda lunak yang memaksa masuk kedalam mulutnya melalui celah bibir Hinata yang masih tertutup.
"Emmppaahh" Hinata seketika mengerang dan membuka mulutnya saat benda tajam yang ia yakin adalah gigi manusia menggigit bibir bawahnya. Beberapa detik kemudian, benda lunak yang lumayan besar menerobos masuk kedalam rongga mulutnya. Saat benda lunak itu menyentuh lidahnya, ia tahu bahwa benda lunak itu adalah lidah manusia yang kini bergerak liar di dalam mulutnya. Hinata merasakan nafasnya hampir habis, beruntungnya terpaan nafas dan lidah yang tadi ada di dalam mulut mulai menghilang. Kini, ia merasakan seseorang membuka bajunya, setelah itu ia merasakan terpaan nafas memburu di daerah leher dan dadanya yang terbuka. Cukup, Hinata akan mencoba mengumpulkan semua tenaga yang tadi telah menguap entah kemana, ia mencoba menggerakkan tangannya dan juga kakinya. Saat ia menggerakkan tangannya dengan kuat, ia merasa menyentuh tubuh manusia. Oh tidak! Sekarang ia merasakan bibir yang tak henti-hentinya mencium dan menyesap, lidah yang terus menjilati dan gigi manusia yang menggigit leher dan dadanya dengan ganas. Untungnya, perlahan ia dapat merasakan kembali tubuhnya, ia merasa ada tubuh manusia yang menghimpitnya ke tembok. Sekuat tenaga Hinata mencoba memukul tubuh itu, namun ia merasakan sebuah tangan mencengkramnya. Sekali lagi, Hinata mengerjapkan matanya, agar dapat melihat dengan jelas. Perlahan gambaran buram di pelupuk matanya membentuk sesuatu berwarna hitam dan mencuat, akhirnya Hinata tahu dengan jelas bahwa itu adalah rambut manusia. Setelah ia sadar sepenuhnya, barulah ia tahu bahwa yang melakukan itu semua tak lain tak bukan adalah
Uchiha Sasuke.
.
.
Hinata tahu apa yang sedang Sasuke lakukan padanya. Ini adalah pelecehan sexual, ia sungguh tidak terima, ingin rasanya ia ia pergi dari sini saat itu juga, tapi tidak bisa.
Kenapa Sasuke melakukan ini padanya? Apa yang ada difikiran pemuda itu? Hinata tak habis fikir. Bulir-bulir bening mengalir dari permata lavender Hinata, ia menangis.
"H-henti-kan...hikss..hikss" Hinata terisak dengan air mata yang sudah menganak sungai.
.
.
.
Mendengar isakan Hinata, Sasuke menghentikan acara make outnya yang berlangsung cukup lama, tanpa mereka sadari sekarang sudah hampir petang. Sasuke masih memandangi leher dan dada Hinata yang memerah, ia menyeringai lebar dan tertawa
"AHHAHAHAHAHAHHAAH!" tawa Sasuke membahana di gudang tua itu, tubuh Sasuke bergetar begitu juga dengan Hinata yang masih dihimpit oleh Sasuke.
Setelah puas tertawa Sasuke menarik tubuhnya dari Hinata, seketika tubuh Hinata merosot ke lantai dan jatuh terduduk dengan isakan kecil. Hinata melihat tubuh bagian atasnya yang hampir naked tanpa kemeja sekolahnya dan penuh dengan bercak kemerahan.
'SRETT'
Sasuke menjambak dengan kasar helaian indigo Hinata, sehingga kini kepalanya mendongak kearah Sasuke dihadapannya.
"Ahh" Hinata berteriak kesakitan.
"Jangan mengganggu ku lagi, atau kau tahu akibatnya!" Sasuke membentak seraya berdiri dan melemparkan kemeja kearah Hinata.
Apakah dia menyesal telah mengganggu Sasuke yang jelas-jelas akan membunuh Sakura, sahabatnya sendiri? Mungkin jika ia tidak mengikuti Sasuke dan Sakura kesini, ia akan baik-baik saja. Tapi, tidak, Hinata justru akan menyesal jika ia tidak datang dan melihat Sakura mati. Lebih baik dia menderita begini, daripada melihat sahabatnya mati.
Sasuke berdiri, dipandanginya tubuh Hinata yang masih bergetar dan kepalanya masih tertunduk diiringi isakan tangisnya yang membahana.
Sasuke terus menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Namun sekilas, Sasuke menarik sudut bibirnya, dan dengan itu Sasuke pun pergi berlalu.
.
.
.
Sambil masih menangis, Hinata meraih kemeja yang tadi di lempar oleh Sasuke dan memakainya, kemudian merapihkan penampilannya yang benar-benar berantakan.
Hinata memandang gudang yang tampak remang-remang, ia mengedarkan pandangan mencari sesuatu dan pandangannya terhenti pada seonggok benda yang ternyata adalah sosok tubuh Sakura. Hinata menyeret tubuhnya mendekati tubuh Sakura yang tergeletak tak berdaya. Dia pun meraba dada sebelah kiri Sakura mencari-cari sesuatu. Saat dirasakannya ada getaran lemah di dada Sakura, ia menyunggingkan senyum leganya, kemudian merengkuh tubuh semampai itu.
"Syukurlah Sakura-san, aku tidak terlambat." ucap Hinata terisak di bahu Sakura yang masih tidak sadarkan diri.
.
.
TBC
.
.
.
"Forget pain, you deserve happiness"
From : Rhe Muliya Young with love
