LAUNDRY
.
.
Mingyu x Wonwoo
Pagi itu terlihat seorang pemuda yang sedang mengangkat sekeranjang besar cucian kotor dari depan rumahnya. Namanya Jeon Wonwoo. Umurnya sudah 21 tahun dan masih pengangguran. Kegiatannya sehari-hari terkadang membantu ibunya untuk mencuci pakaian orang, atau istilah lebih kerennya Laundry.
"Ibuuuu~ ini berat. Tolong bantu aku" pekiknya saat mengangkat sekeranjang besar cucian kotor itu. Wonwoo merupakan orang yang malas. Tubuh yang tinggi dan sehat itu terlihat rapuh saat mengangkat sekeranjang besar cucian kotor.
"Sudah ibu bilang, kalau tidak kuat mengangkat, kau bisa menariknya di lantai!" Nyonya Jeon yang kuat langsung mengambil alih keranjang itu dan membawanya ke dalam rumah.
"Ibu cerewet sekali, sudah untung aku bantu" gumam Wonwoo pelan sambil menarikan mimic wajahnya.
"APA KAU BILANG?! IBU MENDENGARKAN JEON WONWOO!"
"IBU SANGAT CANTIK. AKU MENCINTAIMU NYONYA JEON"
Pagi ini seperti biasa, Wonwoo akan bangun pukul 12 siang dan langsung menuju dapur untuk mencari makanan.
"Ibuuu~ kenapa tidak ada makanan?" sambil membuka pintu lemari es, Wonwoo berjongkok dan mengerucutkan bibirnya lucu.
"Tidak ada makanan sebelum kau mendapat pekerjaan Jeon!" suara sang ibu dari dalam ruang Laundry.
Sebagai gambaran, rumah Wonwoo cukup besar. Di bagian depan, terdapat pagar hitam besar dengan model garis horizontal. Setelah itu, terdapat halaman yang cukup luas. Di sebelah kanan halaman, terdapat taman bunga Nyonya Jeon dan kolam ikan. Lalu memasuki area rumah. Pertama kita akan di sambut oleh ruang tamu, di dindingnya terdapat pigora ukuran A2 dengan tata letak vertical dan memampangkan foto dari keluarga Jeon sendiri. Ngomong-ngomong, Wonwoo mempunyai seorang adik laki-laki, namanya Jeon Bohyuk.
Kamar Wonwoo terletak di atas. Sendirian. Sedangkan kamar pertama bawah di tempati oleh Bohyuk, lalu kamar kedua bawah ditempati oleh Nyonya dan Tuan Jeon. Di dapur, terdapat dua ruangan. Ruang sebelah kanan di fungsikan sebagai ruang makan dan dapur. Di sebelah kiri, ruang yang cukup luas itu digunakan Nyonya Jeon untuk bisnis Laundrynya.
"Tapi ibuuu~ mencari pekerjaan itu susah. Aku selalu gagal setelah mendaftar kerja" sela Wonwoo yang masih terduduk di depan lemari es.
"Karena kau bodoh"
"Yak! Ibu, aku pintar!" Wonwoo berdiri dan membating pintu lemari e situ lumayan keras dan beranjak menuju kamarnya yang diatas.
Di kamar atas, bisa terbilang istimewa. Wonwoo yang suka mendekorasi ruang, memiliki kesempatan di kamar atas. Saat sampai di atas, bisa dilihat ruang seperti ruang keluarga. Terdapat sofa dengan model yang sangat nyaman berwarna orange. Lalu tumblr lamp yan di setiap lampunya terdapat foto polaroid hasil jepretannya maupun foto Wonwoo sendiri. Terdapat tv yang tergantung di dinding itu. Belum lagi sticker wall dengan macam-macam model lalu terdapat rak buku yang tergantung di dinding. Dari tampak luar memang terlihat feminine. Tapi, itulah Jeon Wonwoo. Sangat suka dengan hal-hal seperti itu. Disamping rasa malasnya, tentu.
Di kamar Wonwoo sendiri, masih normal. Cat dinding berwarna biru pastel dan di dalamnya banyak hiasan tema laut. Wonwoo menyukai tema laut karena Tuan Jeon sendiri merupakan seorang Pelayaran. Lebih tepatnya Nahkoda. Ayah Wonwoo sering sekali membawakan barang-barang yang berkaitan dengan laut itu. Bahkan cermin di kamarnya terdapat macam-macam kerang dan rumput laut.
"Harus mencari kerja dimana lagi" gumam Wonwoo sedikit frustasi. Dengan cepat Wonwoo menyambar Laptop berlogo apple itu.
"Lowongan pekerjaan" itulah yang sedang dicari oleh Wonwoo.
Dengan cekatan, Wonwoo mencari dan menemukan yang menarik.
"Aku baru tahu kalau Seoul menyediakan kantor penyedia lowongan pekerjaan" Dengan semangat Wonwoo beranjak dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk menuju Kantor Lowongan Kerja itu.
"Ibu~ Aku akan pergi mencari kerja" Wonwoo turun dengan pakaian yang menurut Nyonya Jeon sangat aneh. Kemeja pastel magenta lengan pendek dan terdapat tali dengan motif sedikit berenda. Dan celana skinny jeans berwarna putih tulang. Sepatu Puma model bow berwarna hitam dan backpack hitam."Kenapa berpakaian seperti perempuan Jeon Wonwoo!" Wonwoo mengendus kesal.
"Ini fashion ibuuu~"
"Kau akan melamar kerja di mana?" Tanya Nyonya Jeon.
"Nanti saja aku cerita. Sekarang sedang tidak ada bahan cerita" Wonwoo mengahampiri Nyonya Jeon dan memberi kecupan di pipi wanita berumur 45 tahun itu.
"Aku pergi dulu"
Sudah 1 setengah jam Wonwoo berputar-putar di daerah Myeongdong dan belum menemukan Kantor yang ia tuju.
"Apa aku ditipu?" Wonwoo bertanya pada dirinya sendiri yang sedang sibuk memperhatikan maps yang ada di ponsel pintarnya itu.
"Atau aku di tipu maps?" Wonwoo memiringkan kepalanya dan menutup ponselnya.
"Baiklah aku akan mencari tanpa maps!" Wonwoo memasukan ponselnya ke saku celana dan berpegang erat ke tas yang ia bawa.
Wonwoo sudah 3 kali berputar di tempat yang sama, dan disaat putaran ke-4 Wonwoo berhasil menemukan gedung berwarna putih yang sendari tadi ia lewati.
"Kenapa bodoh ini mengikutiku sampai sini. Padahal sudah kusuruh dirumah saja"
"Ckk.." Wonwoo berdecak dan menggelengkan kepalanya.
"Selamat pagi. Ada yang bisa dibantu?" Wonwoo yang baru saja memasuki gedung itu di sambut oleh receptionist.
"Namaku Jeon Wonwoo, aku ingin mencari pekerjaan. Yang aku baca, kantor ini menyediakan lowongan kerja kan?"
"Benar. Bisa langsung menuju lantai 4"
"Terima kasih" Wonwoo berjalan menuju lift dan menekan tombol 4. Sebenarnya Wonwoo sedikit takut untuk menaiki lift karena sering melihat film-film dengan adegan horror di lift.
Sesampainya di lantai 4, Wonwoo langsung menuju meja dengan placard name Choi Seungcheol.
"Selamat Pagi"
"Pagi"
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Namaku Jeon Wonwoo, aku mencari pekerjaan yang cocok denganku" Pria bersurai hitam di depannya mengangguk dan mengambilkan secarik kertas yang diketahui itu adalah kertas form.
"Tolong diisi terlebih dahulu" Wonwoo mengambil kertas itu "Apa kau punya bulpoin?" Tanya Wonwoo.
"Ini"
"Aku sudah lama tidak menulis, jadi kalau tidak jelas jangan salahkan aku, oke?" Seungcheol mengerutkan dahi nya bingung dengan pemuda aneh yang ada di depannya ini.
Setelah 7 menit mengisi form yang menurut Wonwoo sedikit membingungkan itu, ia menyerahkan kepada Seungcheol.
"Baiklah, disini tertulis keahlian mencuci baju dan…." Jeda sejenak.
"….ahli tidur cepat" Seungcheol menatap pemuda yang ada di depannya. Wonwoo menaik turunkan alisnya dan tersenyum lebar. Mungkin saat ini senyumnya terlihat sangat creepy.
"Baiklah, pekerjaan apa yang cocok dengan Wonwoo"
Wonwoo menunggu dengan sangat antusias.
"Sepertinya tidak ada…"
"Apa kau punya keahlian lain" Tanya Seungcheol.
"Coba sebutkan pekerjaan apa yang sudah terdaftar disitu" balas Wonwoo.
"Pembersih ikan?"
"Tidak. Aku alergi ikan"
"Cleaning service?"
"Aku alergi debu juga"
"Penjaga perpustakaan?"
"Hmmm….membosankan. Yang lain?"
Begitu terus sampai 20 menit. Dan itu membuat Seungcheol sangat kesal dengan bunny ini.
"Sudah habis. Tidak ada pekerjaan yang cocok denganmu. Silahkan pergi. Terima kasih telah datang" Ucap Seungcheol sedikit menahan marahnya.
"Apa benar-benar tidak bisa? Aku bisa melakukan apapun. Aku janji"
"KAU BERKATA AKU TIDAK BISA INI ITU…"
"Sudahlah, kau pulang saja dan belajar di rumah" untung saja Seungcheol tidak jadi marah-marah di kantor.
"Baiklah, aku pergi. Terima Kasih" Wonwoo berpamitan dan beranjak keluar gedung itu.
Saat melihat dompet, Wonwoo menyadari bahwa Ibunya telah menambah uang sakunya. Jadi setelah dari kantor penyedia lowongan kerja itu, Wonwoo langsung berjalan untuk belanja dan mukbang di Myeongdong.
Drrrrtttttt…
Drrrrtttttt…
Wonwoo yang merasa ada sesuatu yang bergetar, segara meghentikan langkahnya dan merogoh benda persegi panjang itu.
"Yeoboseyo?"
"…"
"KAU SUDAH KEMBALI DARI JEPANG?!"
"…"
"Baiklah, aku akan kerumahmu, oke?"
Wonwoo menutup sambungan ponselnya dan langsung menuju arah busway.
Yang menelfon Wonwoo tadi adalah sahabatnya, Hoshi. Wonwoo dan Hoshi berteman baik dari Junior High School. Bahkan, Senior High School mereka juga sama. Hoshi melanjutkan sekolahnya ke Jepang, sedangkan Wonwoo melanjutkan menjadi pengangguran.
Setelah sampai di kompleks Hoshi, Wonwoo dengan semangat berlari menuju rumah berwarna Coklat di kompleks itu.
"HOSHIIIIII~" Panggil Wonwoo dengan suara yang cukup keras.
"Tidak bisakah kau menekan bel. Dasar tamu tidak sopan" Lalu muncul lah sosok dengan mata sipit dengan surai berwarna orange.
"HOSHIIIIIII!" Wonwoo dengan refleks langsung memeluk pemuda yang ada di depannya ini.
"Ya-yak, kau membuatku susah bernafas"
"im sorry" Wonwoo langsung melepas pelukannya dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah itu.
"Si pemilik rumah bahkan belum mempersilahkan masuk" Hoshi tekekeh pelan melihat tingkah sahabat karibnya yang tidak berubah sama sekali.
"Aku dengar di Jepang sangat seru. Apa benar begitu?"
Kini Wonwoo sedang ada di kasur Hoshi dengan ice cream cup orea besar di tangannya.
"Ya seperti itulah. Menurutku masih seru di Korea"
"Itu karna kau merindukanku, bukan?" Hoshi langsung melemparkan boneka Tedy ke arah Wonwoo.
"Jadi kau tidak merindukanku?" Wonwoo memasang wajah memelas sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
God damn!
Hoshi langsung berhamburan dan memeluk Wonwoo hingga jatuh di kasur bersprei putih itu.
"Tentu saja aku merindukanmu, Jeon!"
Hubungan mereka benar-benar Sahabat Karib. Namun, sangking dekatnya, banyak yang mengira mereka berdua adalah sepasang kekasih. Dengan sifat Wonwoo yang sedikit manja, dan Hoshi si penurut, membuat mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Namun, tittle mereka hanya sebatas Sahabat karib. Tidak lebih. Tidak tahu lagi kalau salah satu dari mereka memiliki perasaan yang lebih dari itu.
"Hoshi-ya, aku mau pulang" Hoshi berhenti memberi tanda kemerahan di leher Wonwoo. Sambil membantu mengancingkan kemeja yang sedikit terbuka.
"Baiklah aku akan mengantarmu" Hoshi mengacak-acak surai Wonwoo dan mengajaknya turun untuk mengantarnya kerumah. Sekalian untuk bertemu Nyonya Jeon yang sudah tidak ia temui 4 tahun lamanya.
"Ibuuuuuu~ Aku pulang" Wonwoo memasuki rumahnya dengan suara yang sedikit ramai itu.
"Ibu, lihatlah siapa ini?" Nyonya Jeon keluar dari ruang Laundrynya dan mendapat pemuda bermata sipit dengan rambut orangenya.
"Hoshi" Nyonya Jeon langsung memeluk pemuda itu, sesekali mengelus-elus punggung lebarnya.
"Sudah lama sekali tidak kesini. Apa Jepang sangat nyaman?"
"Masih nyaman di Seoul sebenarnya"
"Masuklah dan duduk sambil menikmati teh dan kue. Akan Ibu buatkan untukmu" Hoshi di persilahkan duduk dan Wonwoo dengan senang hati mengajak sahabatnya itu untuk berbincang-bincang lagi.
"Sebenarnya Won, minggu depan aku harus ke Jepang"
"are you seriously?"
"Aku akan bekerja di salah satu perusahaan design disana. Aku telah di kontrak" Hoshi mengucapkannya dengan nada yang pelan dan tidak bersemangat.
"it's okay Hosh. Don't be sad" Wonwoo memeluk sahabatnya itu.
"Kau mau ikut bekerja denganku di Jepang?" Wonwoo langsung membulatkan matanya.
"A-Aku sudah memiliki pekerjaan disini. Baru saja aku di terima"
You are sucker liar Jeon!
"Benarkah? Wonwoo telah di terima kerja?!" Tiba-tiba Nyonya Jeon datang sambil membawa 3 cangkir teh dan kue salju.
"Aku senang akhirnya kau tidak jadi pengangguran lagi" Hoshi tertawa renyah.
"Aku dengar tadi kau akan ke Jepang lagi?"
"Benar"
"Sayang sekali, padahal aku senang saat kau disini" itu ucap Nyonya Jeon.
"Tapi aku sudah di kontrak, jadi aku tetap harus mematuhi kontrak itu"
"Itu benar. Kontrak tetaplah kontrak"
Mereka bertiga berbincang asik sambil menikmati suguhan teh dan kue salju. Lalu Wonwoo mengajak Hoshi ke atas untuk berbincang berdua.
"Aku akan mengatakan ini.." Hoshi tiba-tiba membuat atmosfer tegang diatara keduanya.
"Aku menyukaimu Jeon"
"Sejak kita dekat dulu, aku sudah menyukaimu" pengakuan Kwon Hoshi, 21 tahun.
"I know. Im a gay and you a bisexual"
"Tapi aku lebih sadar saat hubungan kita memang hanya sebatas sahabat" Wonwoo tetap tidak bersuara dan masih setia memasang telinga untuk mendengarkan pengakuan Hoshi.
"Jadi aku mau berpamitan dan setelah aku beranjak dari tempat ini, aku jamin aku sudah tidak menyukaimu lagi. Dan aku akan mencari seseorang yang memang juga mencintaiku tanpa memandangku hanya seorang sahabat" mata rubah Wonwoo kini tertumpuk air mata.
"Saat di Jepang, aku bertemu seseorang. Namanya Jihoon. Dia manis, sama sepertimu. Mungkin aku bisa mencintainya" Hoshi tersenyum miring sambil menatap mata Wonwoo.
"Boleh aku meminta satu permintaan?" Wonwoo mengangguk.
"goodbye kiss?"
"Kita memang sering berciuman, tapi, untuk kali ini saja, yang terakhir"
Wonwoo mendekatkan wajahnya dan menghapus jarak itu dengan mempertemukan bibir keduanya.
Ciuman perpisahan atau Ciuman kesedihan?
Nampak Hoshi yang meneteskan airmata di sela ciuman hangat itu. Wonwoo mengalungkan kedua
tangannya di leher pemuda bersurai orange.
Hoshi melepaskan tautan itu dan memeluk Wonwoo dengan sangat erat.
"Aku akan tetap menjadi sahabatmu. Jika ada kesulitan, kau bisa datang kepadaku" Wonwoo mengangguk lemah sambil membalas pelukan sahabatnya itu.
Sudah satu jam semenjak kepergian Hoshi dari rumahnya. Wonwoo masih setia duduk di sofa orange itu sambil sesekali mengambil tissue untuk membersihkan airmatanya.
"thanks to loving me"
Wonwoo berusaha menetralkan lagi pikirannya supaya tidak terlarut dengan keadaan yang mengharu biru.
Memang benar apa kata Hoshi. Wonwoo hanya menganggap Hoshi sebagai Sahabat nya dan tidak lebih. Meskipun mereka terkadang suka lovey-dovey.
Triinnggggg…..
Bel rumah berbunyi, Wonwoo segera turun dan menemui siapa yang bertamu di malam hari.
"Permisi, apa benar ini Jeon Laundry?" Wonwoo terdiam terpaku menatap seorang pria dengan keranjang cucian di tangan besarnya.
"Ya"
"Hmm.. Ini tolong cuci dan setrika sekalian ya" Wonwoo menerima keranjang itu dan mengambil secarik kertas dan bulpoin. Ekspresi Wonwoo tetap sama. Masih terpaku.
"Atas nama siapa kalau boleh tahu?"
"Kim Mingyu. K-I-M M-I-N-G-Y-U" Pria bernama Kim Mingyu itu tersenyum sekilas.
"Rumahku ada di sebelah rumah ini. Jadi kalau sudah selesai bisa diantar kesana. Dan, bisa kah, lusa sudah selesai? Karena ada baju praktek yang harus ku pakai untuk lusa" Wonwoo mengangguk dan menulis sesuai perkataan Mingyu tadi.
"kenapa aku baru tahu ada tetangga tampan seperti mingyu?!"
"baiklah, aku permisi"
"Mingyu-ssi!"
"Ya?"
"Kau suka messi?" Mingyu mengeryitkan dahinya bingung.
"Sejujurnya aku lebih suka dengan Wayne Rooney" kali ini Wonwoo yang mengeryitkan dahinya bingung.
"Ah aku juga suka dia" Wonwoo menjawab dengan canggung.
"Kalau begitu aku permisi"
Setelah kepergian Mingyu, Wonwoo langsung berlari mencari Ibunya.
"Ibuuuuu! Ibuuuu!" Wonwoo memutari rumah itu dan berusaha mencari Nyonya Jeon.
"BERISIK WONWOO!" kini Nyonya Jeon muncul dari arah kamarnya.
"Ada apa?"
"Ibu tahu Mingyu?"
"Tahu"
"KENAPA AKU TIDAK TAHU"
"Pelankan suaramu!" Nyonya Jeon menyumpal mulut Wonwoo menggunakan kaos kaki yang ada di tangannya.
"YAK! IBU! KAOS KAKI AYAH BAU" Wonwoo sedikit kesal dengan Ibunya.
"Kenapa dengan Mingyu"
"Aku marah dengan ibu" Wonwoo memalingkan wajahnya acuh.
"Baiklah" Belum sempat Nyonya Jeon beranjak, Wonwoo sudah bersuara "Yak! Ibu, marahku sudah selesai" Nyonya Jeon terkekeh pelan, lalu berjalan menuju anak sulungnya itu.
"Mingyu anak sebelah rumah kita kan?"
"Kenapa aku tidak tahu?"
"Itu karena kau jarang bergaul dengan kompleks sini" Wonwoo mengangguk paham. Memang benar, Wonwoo tidak terlalu suka bersosialisasi dengan tetangga-tetangganya.
"Mingyu tadi menitipkan baju, dia mau laundry"
"Tumben sekali, biasanya anak itu mencuci pakaiannya sendiri"
"Benarkah?" Wonwoo terlihat antusias.
"Mingyu kan senior Bohyuk di Universitas Seoul. Mingyu mengambil fakultas arkeolog"
"Jadi Mingyu calon arkeolog?"
"Sepertinya…"
"Memang ada apa?" Nyonya Jeon bertanya.
"Mingyu sangat tampan" ucap jujur Wonwoo yang membuat Ibunya menggelengkan kepala.
"Kebetulan ibu juga kenal dengan ibunya Mingyu, apa perlu ibu jodohkan?" Wonwoo langsung terkejut dengan pernyataan sang Ibu.
"Aku mau ke kamar Bohyuk" Wonwoo langsung berjalan menuju ke kama Bohyuk dan menutup wajahnya yang merah karena pernyataan mendadak Ibunya.
"Bohyuk~" Wonwoo langsung merangkul adik kesayangannya itu.
"Menyingkirlah Jeon Wonwoo, aku sedang belajar" Wonwoo langsung terduduk di pinggiran kasur Bohyuk.
"Kau rajin sekali"
"Langsunglah to the point. Tidak biasanya kau ke kamarku"
"Kau mengenal Mingyu?" Bohyuk yang sebelumnya fokus dengan buku-buku tebal kedokteran itu langsung menoleh ke arah Wonwoo.
"Ada apa?"
"Kenapa kau balik bertanya!" Wonwoo melempar boneka minion yang ada di kasur Bohyuk.
"Ya. Aku mengenalnya. Kenapa?" Tanya Bohyuk yang kini fokus lagi di buku-bukunya."Ceritakan tentang Mingyu. Akan ku traktir ice cream nanti"
"Tidak mau, hyung kan pembohong" Wonwoo berkacak pinggang dan berjalan cepat menghampiri adiknya itu.
"Kembailah ke kamarmu. Kalau ingin tahu, cari tahu sendiri" Wonwoo yang merasa diremehkan oleh adiknya itu segera pergi dari kamar yang 'panas' itu.
"Awas kau Bohyuk" gumam Wonwoo kesal.
Wonwoo menatap creepy layar laptopnya. Tidak sia-sia dulu ia belajar tentang cara hacking information. Kini Wonwoo dengan mudah mendapat informasi tentang Mingyu.
"Ternyata lebih muda satu tahun"
Wonwoo masih surfing dengan senangnya.
"Jadi dia sudah magang di di pusat cagar budaya Seoul?"
"Sepertinya iya"
"Mingyu sudah pernah ikut penelusuran jejak manusia purba di Jogjakarta, Indonesia ternyata"
"Cukup keren. Pantas saja kulitnya sedikit kecoklatan"
"Wah, ada akun sns nya!" setelah puas dengan stalking, Wonwoo mengambil ponselnya dan memfollow akun sns dari Mingyu.
Wonwoo melihat betapa keren nya hasil jepretan dari Mingyu dan terkagum-kagum dengan caption yang sangat mengena di hatinya itu.
Wonwoo baru ingat, bahwa rumah Mingyu merupakan rumah tingkat. Segera saja Wonwoo keluar dari kamarnya menuju balkon.
Namun nihil.
Wonwoo yang masih memegang ponsel itu tidak sengaja menekan aplikasi kamera. Dengan isengnya Wonwoo mengarahkan kameranya ke rumah sebelah, rumah Mingyu.
"OH MY GOD!" Wonwoo terkejut, ternyata Mingyu sudah ada di balkon rumahnya dengan segelas minuman yang ia pegang.
"Hai" sapa Mingyu.
"O-oh. Hai" Wonwoo menggaruk tengkuk yang tidak gatal itu.
"Kalau boleh tahu, berapa umurmu?" Tanya Mingyu sambil menyesap minuman itu secara….. sexy?
"21 tahun?"
"Ah, hyung"
"Namamu? Aku belum mengetahui namamu"
"Jeon…"
"Wonwoo"
"Namamu cantik" semburat merah kini menghiasi wajah Wonwoo.
"Aku masuk dulu"
"Oh iya" Wonwoo membalas kaku.
"Tentang messi. Aku menyukai messi" ucap Mingyu sambil tersenyum sebelum menghilang dari pintu kayu rumahnya.
"YES!" Wonwoo berteriak kegirangan. Wonwoo dengan semangatnya berputar-putar kamarnya dan terus menyerukan "YES" dengan suara yang keras.
"bunny yang lucu" kemudian Mingyu menutup pintu balkon rumahnya.
Hai, im comeback dengan ff baru. Maaf banget buat yang nunggu ff Que Sera-Sera dan ILYFS. Serius, aku lupa jalan cerita selanjutnya gegara deadline yang terus terusan dateng TT kalau kalian punya saran untuk kelanjutannya bisa chat aja di line: aigyuu. Pengen banget ngelanjutin tapi bingung lanjutannya XD
Untuk ff ini kira-kira end apa lanjut ya?
