Pangeran menemukan sepatu kaca, mencari sang Ciderella. Bertemu, lalu hidup bahagia selama-lamanya. Hei, siapa yang tidak mau?!
Perburuan pangeran dimulai!
...
Unexpected Cinderella Story © Eternal Dream Chowz
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
|I don't own any chara in this fanfict. This is an unprofitable fanwork. |
Pairing: [Sasuke U. X Hinata H.]
Genre: Humor
Rate: T
Warning: Out of Character, Typo(s), Alternate Universe, Rush Plot
.
.
Hyuuga Hinata, sepulang sekolah buru-buru berlari ke kamarnya di lantai dua. Melempar tas, kaos kaki, dan buku teks ke lantai. Ia seakan dikejar waktu, terbirit-birit melaju ke toilet dan berganti pakaian. Lantas menyeka wajah dengan handuk kering setelah terlebih dahulu membilasnya dengan air. Ia panik layaknya dikejar setan.
"A-aduh, harus cepat!" pekiknya panik saat menyisir rambut.
Ia kembali berlari menuju lantai satu, Neji berteriak kesal karena suara rusuh tidak jelas yang ditimbulkan Hinata.
"Hinata, jangan lari!"
Gadis itu mengabaikan teriakan sepupu lelakinya itu. Peduli amat. Ini perkara masa depan. Menyangkut masalah jodoh, uhuy!
Sepatu kets dekil dipakai. Satu plastik bening dipakai untuk menyarungkan sepasang sandal. Jaket hoodie dipakai untuk menutupi kepala. Hinata siap berburu.
Jangan tanya apa. Hinata hanya salah satu dari gadis remaja yang ingin berburu roti sobek di tengah kota Konoha. Roti yang itu, bukan yang ini. Roti yang nganu. Ah, walau ambigu aku yakin kalian paham. Senyum sajalah. Ini akan menyenangkan.
Hyuuga Hinata sekali lagi membanting pintu—berusaha membuat Neji mengamuk—lantas kabur secepat kilat menuju tempat berburu paling mantap di kotanya. Stasiun. Stasiun berjarak lima ratus meter dari rumah Hinata.
Kalian tidak salah dengar. Stasiun.
Hinata sudah riset seminggu lamanya demi mencari pangeran idaman. Dibuktikan dari majalah kencan Ocha Icha Weeks, stasiun Konoha adalah tempat yang ramai dikunjungi lelaki tampan dari sekolah-sekolah lain. Bukti lainnya, teman-teman Hinata banyak yang mendapat kenalan di stasiun. Pokoknya cerita mereka sama layaknya plot shojo manga yang sering ia curi dari kamar Hanabi. Perfect!
Perfect apanya ... euh, terserah sajalah, Hinata. Sakarep.
Hinata menatap langit. Cuaca cerah, stasiun ramai di akhir minggu, dan hola, saatnya berburu!
Wish her luck ...
.
.
.
"Uh, rasanya gugup juga."
Hinata menatap kanan-kiri sebelum beraksi. Ia berdiri di tengah stasiun. Melepas salah sepatu yang ia kenakan. Ia kembali lirik sana-sini. Awas.
Eh, asal kalian tahu saja, Hinata ini punya asas aneh dalam berburu roti sobek. Katakan saja, di umur lima belas tahun, ia masih percaya dongeng Cinderella. Kisah putri bersepatu kaca yang hidup bahagia selamanya dengan pangeran. Entah dungu atau kelewat polos, Hinata sepenuhnya mempercayakan nasib pada sepatu kets yang sebentar lagi akan ia layangkan.
Sial saja siapa yang kena gebuk. Mending kalau digebuk sepatu mahal, ini malah sepatu dekil yang sudah diikhlaskan kalau nantinya berujung sial.
Percaya tak percaya, Hinata berniat melempar sepatunya. Mendarat kena siapa, di sanalah takdir berjodoh. Eh, ini bodoh namanya. Kalau kena cowok ganteng sih boleh sajalah. Tapi kalau kena om-om atau gangster, Hinata tidak akan segan kabur. Entah apa maunya ... terserah Hinata sajalah. Nasib ditanggung masing-masing.
Hinata menghela napas. Mengumpulkan kenekatan untuk menggebuk orang dengan sepatu terbang.
Ia meminggirkan tubuh ke tempat yang agak sepi, kalau nyasar nanti bisa kabur. Lempar batu sembunyi tangan, tenang, Hinata jagonya. Sudah paten. Kalau dikejar larinya paling cepat. Ini bakat berkat sering diganggu anak tetangga jelmaan setan.
Semoga dapat lelaki ganteng, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, kaya tujuh turunan, batin Hinata sebelum beraksi.
Hyuuga Hinata, ingin membuktikan teori Cinderella, dengan polosnya melayangkan sepatu kets dekil ke udara di tengah stasiun yang ramai. Berharap akan menemukan pangeran. Ekspektasi menembus parameter impian. Jelas-jelas berkhayal.
Sepatu melesat, lantas jatuh dengan kecepatan tinggi menuju kerumunan orang.
BLETAK!
Hinata sembunyi. Astaga, suaranya keras juga. Hinata buru-buru lari, pindah lokasi. Sendal di plastik segera dipakai, menciptakan alibi.
"ASTAGA, SIAPA YANG MELEMPAR SEPATU!"
Hyuuga Hinata pura-pura mendekat dengan tampang polos sok panik. Padahal sudah semangat ingin menguntit si lelaki beruntung (sial) yang kena tabok sepatunya. Kulit tan dan mata biru layaknya air laut membuatnya terpesona. Alamat dapat pangeran bule. Hinata lupa daratan.
"TEMANKU PINGSAN KENA GEBUK SEPATU! TOLONG!"
Hinata kalang kabut. Panik seketika. Rasanya ada yang tidak benar-sebenarnya sejak awal ini sudah salah besar. Pandangan berlari ke pemuda berwajah pucat yang kini pingsan di pangkuan pangeran bule. Ups. Takdir atau musibah. Hinata salah sasaran. Apes. Wajahnya murung seketika-tidak kasihan sama sekali pada korban lempar sepatunya.
Baru disinggung tadi, eh, sudah tampak wujudnya.
Bukannya dapat pangeran bule malah dapatnya iblis. Sial saja. Hinata mengerang, kecewa besar. Bukan di rumah atau di stasiun tempat berburu cowok, Hinata apes malah menggebuk orang yang ia kenal baik dengan sepatu.
Uchiha Sasuke. Tetangga. Jelmaan setan.
Hinata antara kasihan dan senang bisa membuat tetangganya itu pingsan. Eh tapi... kalau begini ceritanya, artinya Hinata ditakdirkan bersama Sasuke?! OH, TIDAK BISA.
Ini beda cerita pasalnya. Hyuuga Hinata angkat kaki, lantas lari dengan kecepatan tinggi. Berharap Sasuke akan bangun dengan amnesia sehingga tidak mengenali bahwa sepatu tersangka itu adalah milik Hinata.
Oh, sial.
Hinata cari mati namanya kalau berani menggebuk Sasuke dengan sepatu. Gawat.
Kalau ketahuan, mati. Hinata pasti dikejar sampai kubur.
. .
Bersambung ...
A/N: Maaf singkat ya~~ nanti dilanjut kok. Wkwkw...
Thanks for reading~
Salam,
Gin
