PROHIBITED
Chapter 1: Bad Feeling
by beethoja
Naruto Characters © Masashi Kishimoto
Warning: semi-canon, might be a bit OOC
Gerbang utama Konoha dipenuhi dengan warga desa. Semua tampak bersorak menghadap ke jalan besar dengan latar belakang hutan rimbun.
Seorang putri cantik yang dinanti-nantikan telah terlihat dari kejauhan, berjalan mendekati gerbang Konoha. Gaun cantiknya terlihat gemerlap tertimpa sinar matahari pagi. Akhirnya seorang putri Suna yang terkenal sangar itu menampilkan sisi femininnya juga.
Tampak sosok Shikamaru berada di tengah kerumunan warga desa─lengkap dengan setelan tuxedo yang membuatnya terlihat makin gagah─seakan seperti focal point yang menonjol di antara kerumunan warga.
"Selamat datang," Shikamaru mengucapkan kata pertamanya saat dirinya hanya berjarak tiga langkah dengan sang putri Suna. Senyum lebar mengembang. "Aku sangat merindukanmu, Temari."
Jarak mereka semakin menipis, putri Suna itu menatap wajah Shikamaru dengan intens. Hanya kata 'Oi' yang terlontar di mulutnya.
Pemuda itu tidak paham, disangkanya sang putri bakal menciumnya atau apa.
Sang putri mengulang sapaan singkatnya, semakin lama semakin nyaring.
.
.
.
.
.
"Oi!"
Shikamaru sedikit terlonjak ketika mendapati wajah Temari hanya berjarak sejengkal dari wajahnya─wajah cantik yang selalu ada di pikirannya selama setahun belakangan ini.
Kalau saja ia melupakan keberadaan Kotetsu dan Izuma yang selalu berjaga di pos, mungkin Pemuda itu sudah menarik tubuh wanita yang ada di hadapannya kedalam pelukannya.
"Kau tidur sambil berdiri, heh?" kalimat kedua yang dilontarkan si gadis. Bukannya 'Hai sayang' atau 'Aku sangat merindukanmu'. Lagipula sungguh aneh memang kalau seorang Temari mengatakan hal-hal semacam itu.
Wajar saja pria itu menunggu sampai-sampai tertidur sambil berdiri. Ia sudah bersiaga dari jam 6 pagi demi menghindari omelan kedua di pagi hari dari seorang wanita apabila ia terlambat─omelan yang pertama tentu datang dari ibunya. Namun rupanya sang Putri Suna terlambat satu jam dari biasanya.
Shikamaru menguap lebar sambil merentangkan satu tangannya. "Kau seperti tidak mengenalku saja. Ayo," pria itu menggosok-gosokan telapak tangan pada tengkuknya, seperti yang biasa ia lakukan. Lalu berjalan mendahului Temari.
"Hm seperti itu ya cara menyapa kekasih yang sudah setahun tidak bertemu?" Temari setengah berbisik sembari menyamakan langkahnya dengan pria itu.
Si pria mengedikkan kepalanya ke arah pos penjagaan, seakan ingin berkata 'apa kau mau kita bermesra-mesraan sementara ada dua orang yang memperhatikan kita di sana'.
"Tunggu sampai kita tiba di penginapanmu." Shikamaru tersenyum nakal melirik gadis di sampingnya.
Dasar wanita lugu, kalau saja dua orang penjaga itu tidak ada, mungkin Shikamaru sudah menghantam bibir ranum itu sejak awal.
Jemari tangan Temari terangkat untuk menempeleng pelan kepala nanas pria itu, "Mau apa kau di penginapanku? Bercumbu?" ujarnya dengan suara keras yang tak disengaja.
Reflek mencengangkan milik Shikamaru membuat tubuhnya berpindah secepat angin, dengan Temari dalam dekapannya. Kedua sejoli itu pun berdiri di belakang sebuah bangunan tua yang jarang─bahkan hampir tidak pernah dilewati orang.
"Dengar," Shikamaru mencengkram kedua pundak gadis itu. "Aku punya firasat buruk. Sepertinya kalau orang-orang desa tahu tentang hubungan kita, segalanya akan runyam."
Temari sempat menatap heran pada pria di hadapannya ini. Namun sejurus kemudian, matanya menunjukkan sorot kalau ia paham dengan situasi yang dibicarakan Shikamaru. Mereka seakan sedang bertelepati.
Dengan posisi Temari sebagai ambassador Suna, mungkin ada benarnya apa yang ditakutkan Shikamaru. Mungkin itu bisa sesuatu yang sepele, mungkin juga serius. Tidak ada yang tahu. Yang pasti keduanya kini sama-sama mengerti kalau mereka harus merahasiakan hubungan mereka yang baru berjalan dua tahun itu.
"Aku mengerti," ucap gadis itu pelan.
Senyum Shikamaru mengembang, wajahnya mulai condong ke depan, mengeliminasi jarak di antara mereka. Hanya beberapa centi lagi kedua bibir itu bersentuhan, tiba-tiba Temari mengangkat telunjuknya untuk mendorong bibir Shikamaru dengan perlahan.
"Tunggu sampai kita tiba di penginapanku," ujarnya dengan nada jahil, mereka ulang kata-kata Shikamaru belum lama tadi. Tubuhnya melenggang pergi meninggalkan Shikamaru yang masih mematung.
"Heh, dasar wanita merepotkan," dengusnya sebelum ia mengejar gadis cantik itu dan bersama-sama pergi menuju kantor Hokage.
"Kalian terlambat," suara alto yang berwibawa nan tegas terdengar oleh kedua partner kerja itu dari balik pintu ketika setelah sang pria mengetuk sebanyak dua kali.
Sang gadis melempar tatapan 'uh-oh!' sementara si pria hanya menggosok-gosokan tengkuknya dengan ekspresi malas.
"Ohayou, Tsunade-sama," Temari menjadi orang pertama yang angkat bicara setelah pintu itu terbuka seluruhnya, "Maaf, perjalananku sedikit terhambat."
"Apa yang terjadi?" sang Hokage berujar. Wajahnya hampir tertutup oleh tumpukan-tumpukan kertas yang bertengger di atas mejanya. Namun ekspresi wajahnya bisa tetap terlihat. Sepertinya wanita awet muda (*syarat dan ketentuan berlaku) itu sedang dalam mood yang buruk.
Temari terlihat ragu sebelum menjawab, karena jawaban yang akan dilontarkan terdengar konyol dan sangatlah tidak terhormat. "Eh, aku.. sakit perut. Jadi-"
"Baiklah, tidak usah dilanjutkan," Tsunade menyela dengan cepat.
Sementara itu Shikamaru terlihat menahan tawa mati-matian.
"Kalian langsung ke ruangan biasa," ujar Tsunade yang langsung disambut dengan anggukan mantap dari sepasang jounin itu, "Tugas sudah menumpuk. Aku mengutus Anko untuk memberikan detail pekerjaan hari ini. Laksanakan!"
"Baik!" sahut keduanya bersamaan.
Tinggal dua meter lagi mereka mencapai pintu keluar, langkah keduanya terhenti ketika mendengar suara Tsunade yang terdengar seperti hentakkan halus, "Nara Shikamaru!"
Sepasang rekan kerja-tapi-mesra itu berhenti tanpa menoleh ke belakang.
"Aku tidak ingin ada hubungan khusus dalam bentuk apapun selain rekan kerja. Paham?"
Shikamaru menelan ludah. Bagaimana wanita judes itu bisa mengetahui tentang mereka berdua? Jelas sekali Shikamaru dan Temari jarang bertemu─mengingat mereka hanya memiliki kesempatan bertemu setiap setahun sekali─dan mereka jelas-jelas adalah pasangan kekasih yang cukup cuek dan tidak pernah memperlihatkan sedikitpun bukti bahwa mereka menjalin hubungan khusus.
"Paham, Hokage-sama," sahutnya pelan namun mantap.
Tsunade sempat melirik tajam sekilas ke arah kedua anak buahnya yang seding berdiri membelakanginya, sebelum akhirnya berkata, "Bagus."
Pintu ruang kerja Hokage tertutup sempurna. Keudanya tampak berpandangan untuk beberapa saat, kemudian mereka bersama-sama berjalan menyusuri lorong itu dan menuju ruang kerja mereka.
Dugaan Shikamaru tepat sasaran.
-to be continued-
A/N: Saya ngaku saya nekat banget publish2 fanfic di tengah-tengah ngurus kolokium. Tapi gimana ya, abisnya fandom ini ngangenin banget :") seperti biasa, karena saya ga jago bikin penpik yang plotnya berat2, makanya saya nulis yang enteng begini aja lagi, hehehe. Mohon masukannya ya guys :) Terima kasih buat yang udah mau baca :) semoga updatenya ga molor2 amat ahahha
