Love At The First Sight
Pairing : Soonyoung X Jihoon / Mingyu X Wonwoo
Length : Multi-Chapter
Rating : M (16+)
Warnings : typo(s), pemborosan kata, alur tidak jelas (maklum yang buat
masih belajar hihi)
untuk chapter ini Rating masih T aja dulu
HAPPY READING GAYS
.
.
"Aku tidak ingin berbasa – basi lagi—"
"—aku menyukai mu—"
"—dan aku ingin kau menjadi kekasih ku."
Ucapan pria tinggi tampan tadi jelas membuat lawan bicara nya mematung dengan pikiran kosong. Ucapan yang singkat—padat—jelas itu sudah membuat nya berubah jadi tunawicara dadakan
"Aku menunggu jawaban mu besok di perpustakaan sehabis kelas pertama selesai,"
"Aku akan menunggu mu, Lee Jihoon."
Pria itu kemudian pergi, meninggalkan lawan bicara nya yang masih diam mematung—serta bisu sesaat.
Lee Jihoon masih diam disana, dengan tas punggung bewarna merah serta buku catatan kecil yang digenggam nya pada tangan kanan.
Setelah beberapa detik terdiam kaku, jihoon mulai berani melangkahkan kakinya—secara tertatih menuju ruang loker yang terletak dilantai dasar. Jihoon berjalan dengan langkah kaki tak beraturan—serta ekspresi wajah yang tampak seperti baju baru yang belum dicuci—sangat kaku.
Ya benar sekali, jihoon gugup setengah mati.
.
.
Jihoon sudah terdiam lemas diatas ranjang miliknya. Ia menidurkan sebagian tubuhnya pasrah dengan posisi punggung yang menempel pada board serta diselingi sebuah bantal besar.
Sampai sekarang, jihoon masih gugup. Pikiran nya masih tidak bisa melupakan kejadian tadi sore—saat soonyoung menyatakan rasa suka nya secara spontan tanpa basa basi.
Banyak sekali hal – hal yang Jihoon pikirkan sekarang. Namun diantara benyak nya pikiran yang sibuk berputar diotak, terdapat tiga hal berupa pertanyaan yang menonjol serta beruntut di pikiran nya.
pertama— mengapa Soonyoung bisa dengan lantang nya menyatakan cinta secara frontal tanpa menggunakan basi basi terlebih dahulu?
kedua— mengapa soonyoung bisa menyukai nya, padahal mereka baru saja bertemu untuk pertama kali— kemarin pagi didepan toilet perpustakaan?
Ketiga— lantas apa yang harus Jihoon lakukan? Haruskah ia menolak atau menerima pernyataan cinta dari sosok asing yang baru saja ia kenal kurang dari 48 jam yang lalu?
"apakah pria itu sedang mendapat tantangan dari teman – teman nya?"
"atau apakah mungkin pria itu gila?"
"atau apakah mungkin dia benar – benar menyukai ku?"
Tiga pertanyaan itu terus saja berputar - putar dikepala kecil jihoon. ia benar – benar tidak mengerti, mengapa kejadian yang nampak seperti adegan di drama ini bisa terjadi pada nya. jihoon bahkan berfikir, bahwa mungkin ini semua hanyalah mimpi konyol sesaat yang sudah melewati batas.
Tetapi jihoon sudah menampar wajah nya, berkali – kali.
Ini bukan mimpi, sama sekali bukan mimpi.
Kejadian tadi sore itu benar – benar nyata. Sekali lagi—kejadian dimana Soonyoung menyatakan cinta pada jihoon setelah pertemuan pertama mereka didepan toilet perpustakaan, itu benar – benar nyata.
"jihoon, kau tidak perlu gugup atau panik." Jihoon mengelus halus dada nya, sembari perlahan membuka suara, seakan - akan ia berbicara kepada jihoon kedua.
"dia pria gila, kau tidak boleh menganggap ini serius." Ucap nya lagi, pada diri nya sendiri.
Akhirnya Jihoon berhasil menutup mata nya untuk tidur, setelah 4 jam bertarung dengan rasa gugup yang sebelumnya terus menantang pikiran Jihoon hingga sukses membuat rasa kantuk nya musnah entah kemana.
Jihoon bersikap tenang, dengan sebuah buku tebal di meja yang sedang sibuk ia baca.
Jihoon, dengan sebuah kacamata bulat besar serta sweater warna abu abu— terlihat sangat manis.
Apalagi ditambah dengan rambut hitam nya yang tertata rapih dibagian belakang, namun sedikit berantakan dibagian depan— membuat para seme luluh akan penampilan nya.
Termasuk Kwon Soonyoung.
Soonyoung, yang terkenal akan mata rasio 10 : 10 itu juga menyukai jihoon, bahkan untuk tatapan pertama kali.
Soonyoung yang secara tidak sengaja saling bertatapan dengan jihoon saat sedang memilah buku , langsung jatuh cinta tanpa alasan.
Bukan lagi sekedar suka, tetapi jatuh cinta.
Hingga rasa nya, soonyoung ingin segera memilikinya.
Setelah eyecontact itu berakhir, soonyoung segera sibuk berpikir—mencari cara supaya ia bisa berbicara dengan pria asing yang berhasil membuat nya jatuh cinta.
Hingga akhirnya ia dengan percaya diri melangkahkan kaki menuju tempat pria rambut hitam itu yang berada disamping katalog computer.
"Ha—hai?" Ucap soonyoung, tentu saja terbata.
Jihoon menoleh sedikit dan menatap soonyoung, "ya?" sangat dingin.
Sunyi sejenak
"ka—kau tau letak dimana toilet pria?" pertanyaan bodoh berhasil keluar dari bibir soonyoung.
Sangat bodoh, hingga rasanya soonyoung ingin menerjunkan diri dari atas jurang.
Jihoon hening, menatap soonyoung sedikit aneh, namun kemudian kembali memasang ekspresi wajah datar.
"sepuluh langkah kekanan, dari tempat kau berdiri." Ucap Jihoon.
Singkat—padat—jelas—cerdas.
Segera setelah mendengar ucapan jihoon, soonyoung secara refleks langsung menolehkan kepala nya menuju kearah kanan, dan mendapati dua buah pintu besar disana yang bertuliskan 'toilet'.
Sudah dibilang, pertanyaan soonyoung sangat bodoh dan tidak bermutu.
Beberapa detik setelah menoleh, soonyoung terkekeh bak orang bodoh. Ia kemudian menatap kembali Jihoon yang masih setia dengan ekspresi wajah datarnya.
"oo—oh, aku tid—tidak melihat ada pintu toilet disana" Ucap Soonyoung, dengan nafas sedikit sesak.
Mendengar ucapan soonyoung, jihoon hanya membalas nya dengan sebuah senyuman kecil.
Sial, senyuman kecil itu bisa saja jadi racun mematikan buat soonyoung.
"kau harus lebih teliti, perpustakaan ini tidak sebesar dari yang kau pikir"ucap jihoon kemudian.
Soonyoung bahagia setengah mati.
"oo—oh hehehe iya, aku sangat bodoh—terima kasih— Jihoon?" balas Soonyoung, setelah berhasil mencuri curi pandang pada nametag yang dikenakan pria rambut hitam ini.
"oh? Ya sama – sama, Kwon Soonyoung?" ucap jihoon, setelah menatap balik nametag miring yang dikenakan soonyoung dibagian dada sebelah kiri.
Soonyoung mengangguk bodoh, tersenyum kemudian. Ia berlari kecil menuju toilet setelah itu.
Pertemuan pertama itu, tidak akan pernah dilupakan soonyoung.
Kelas pertama akan berakhir kurang dari 30 menit. Beberapa mahasiswa yang setengah mengantuk selalu menyempatkan diri untuk melirik kearah jam dinding yang masih setia menujuk pukul 09:30— semua menantikan agar kelas ini segera berakhir. Kelas yang membosan kan ini, benar – benar membuat mereka gila.
Namun tidak untuk Lee Jihoon.
Jihoon justru menginginkan agar kelas pertama hari ini akan terus berlangsung sampai besok—bahkan untuk selama nya.
Jihoon terus berkutat dengan tumpukan buku yang ada dimeja, membaca mereka—guna memperlambat waktu.
Hei Lee Jihoon, itu tidak akan berguna sama sekali!
Wajah jihoon –yang entah sejak kapan sudah kembali kaku seperti baju baru.
Ting! Ting!
Kelas akhir nya berakhir.
Tamatlah riwayatmu, Lee Jihoon.
"baiklah kelas berakhir sampai sini, jangan lupa kerjakan tugas yang kuberikan dan jangan sampai telat mengumpulkan!" Ucap Prof. Jeon, entah pada siapa.
Satu persatu mahasiswa bubar dari dalam kelas, berniat ingin membebaskan diri dari ruangan yang sering disebut sebagai neraka kecil ini. Semua sudah meninggalkan kelas, kecuali Jihoon.
Jihoon (lagi – lagi) terdiam kaku dengan dua buah buku yang digelatakkan bebas di meja serta sebuah tas punggung yang kali ini berubah menjadi warna hitam.
Kedua tangan Jihoon tiba – tiba saja berubah suhu menjadi dingin—tanda ia sedang gugup setengah mati.
Setelah beberapa menit setia dengan posisi nya, Jihoon mulai memberanikan diri untuk menggerakan tangan kanan nya, berniat mengelus lembut dada kecil nya.
"ini hanya omong kosong, tidak perlu kau pikirkan." Batin Jihoon, menenangi diri nya sendiri.
Bagai robot yang baru saja dipasang batre, Jihoon membangkitkan tubuhnya dari kursi dan berjalan kaku menuju perpustakaan.
Kedua tangan nya tiba – tiba saja bergetar kecil entah kenapa. Keringat dingin pun juga mulai muncul diantara pelipis mata dan keningnya entah sejak kapan.
Seseorang tolong bantu Jihoon untuk mengendalikan emosi nya.
Jihoon sampai di aula depan perpustakaan, dan untuk kesekian kali nya kembali terdiam mematung tidak tau harus berbuat apa.
Pikiran nya kembali bertempur sendiri. banyak sekali hal yang tiba – tiba saja kembali melayang dipikirkan Jihoon. Hingga akhirnya ia mulai memberanikan diri untuk memasuki perpustakaan kampus yang terletak disebelah danau.
Untuk sekedar informasi, sebenarnya Jihoon itu bukanlah tipikal orang yang lemah atau mudah panik. Meskipun penampilan fisiknya tidak meyakinkan (karena postur kecil tubuhnya), sebenarnya jihoon itu tipikal orang yang kuat secara mental dan terkesan cuek terhadap lingkungan.
Hanya saja, semua sifat cuek jihoon itu akan sirna sesaat—jika sudah berhubungan dengan cinta.
Jihoon sangat lemah bila harus berhubungan dengan cinta. Alasan nya, karena ia sendiri tidak tau apa itu cinta 'yang sebenarnya' dan ia tidak pernah memiliki pengalaman berpacaran dengan orang lain.
Jadi, maklumi saja jika Jihoon bersikap sangat aneh untuk sekarang.
Kita kembali lagi ke pembicaraan awal.
Jihoon sudah berdiri diam degan jarak 10 langkah dari pintu toilet—
—ia menemukan sosok Soonyoung yang berdiri tegap diseberangnya, dengan charisma yang luar biasa.
"oh tidak apa yang harus aku lakukan?"
TBC
.
.
aku butuh review parah nih huhuT_T soalnya ini first fanfict yaoi aku yang dipublish di sini~
kecepatan update tergantung respon kalian sama waktu luang aku ya gays
makasih udah ngabisin waktu kalian buat baca cerita tidak jelas ini hihihhi
