~Bebek~
Silmarillion © J.R.R. Tolkien
Summary: Bebek yang kurang beruntung itu berhasil mengungkap sesuatu di antara mereka berdua. Celegorm/Aredhel
K+ . General/Romance . 350 words (story only)
A/N: Lahir dari thread 'Drabble Berantai Keroyokan' di Infantrum. Prompt 'bebek' diberikan oleh himura kyou. Thanks for the prompt!
A/N 2: Nama yang digunakan adalah nama Quenya.
Celegorm: Tyelko, Tyelkormo
Aredhel: Irissë
Fingon: Findékano
.
.
.
Tali busur menegang, panah melesat, unggas-unggas menjerit—sepuluh bebek di rawa beterbangan, dan kembali lagi tak lama kemudian. Sepuluh bebek sialan yang berhasil menghindari semua anak panah Irissë.
"Meleset, tuh," kata sang pemuda pirang, menyeringai lebar. "Sudahlah, panahmu barusan yang terakhir, kan? Kita masih punya jeruk, kok."
Irissë menarik-narik kepangan rambutnya, frustrasi. "Coba saja kau yang memanah gelap-gelap begini, Tyelkormo! Bebek-bebek sialan itu terbang seperti elang-elang Manwë!"
"Aku tidak keberatan hanya makan jeruk malam ini," Tyelkormo meleletkan lidahnya, mengipasi emosi Irissë. Ia tahu gadis itu belum makan sejak pagi tadi—Irissë pergi tanpa izin dari rumah untuk memenuhi ajakannya berburu. Kedua ayah mereka tidak boleh tahu mereka berdua sering berburu bersama.
Irissë makin cemberut. Dan Tyelkormo makin tidak membantu. "Tahu tidak, Irissë?" tanyanya sambil melahap jeruk.
"Apa?" ujarnya galak.
"Kalau kau mendekati mereka sambil manyun begitu, bebek-bebek itu akan mengira kau salah satu dari mereka dan kau bisa menangkap satu dengan tangan kos—aduh!" pemuda itu berguling menghindari tinju sepupunya.
"Kau cuma bisa omong besar, Tyelko," Irissë mengibaskan rambut gelapnya yang berkilau, cuping hidungnya melebar. "Buktikan kalau kau bisa memanah bebek-bebek itu."
"Hadiahnya apa?" tanya Tyelkormo malas-malasan.
"Bebek buat makan malam, tentu saja!"
"Kan tadi kubilang aku tidak keberatan makan jeruk," balasnya santai, tepat saat perut Irissë berkeriuk keras.
"Aku yang masak!"
Tyelkormo mengibaskan tangannya malas-malasan, "masakanmu tidak lebih enak dariku."
Rasanya ada asap yang membubung dari kedua telinga Irissë. Dengan wajah merah padam dan tangan terkepal, ia berseru, "baik! Panah bebek sialanmu dan buatkan aku makan malam! Akan kupenuhi apapun yang kau inginkan!"
"Hei, hei… serius nih?" Tyelkormo langsung bangkit berdiri, ekspresinya jahil. Ia memasang anak panah pada busur, membidik—dan sembilan bebek beterbangan ke udara. Tyelkormo langsung mengambil si bebek yang kurang beruntung dan memanggangnya untuk mereka berdua. Irissë makan dalam diam, wajahnya masih merah karena malu dan marah.
Selesai makan, Tyelkormo langsung mengutarakan hadiah yang diinginkannya. "Kudengar dari Findékano kalau kau sering menolak ajakan kencan, jadi bagaimana kalau kau kencan denganku minggu depan?"
Tyelkormo yang berharap wajah gadis itu akan memerah malu mendapati wajahnya sendiri yang memerah ketika Irissë mengerutkan alis dan bertanya,
"Memangnya ini bukan kencan, ya?"
