Haru
.
.
.
[Sasuke Uchiha, Sakura Haruno]
.
.
.
©Aomine Sakura
.
.
.
Masashi Kishimoto
.
.
.
DILARANG COPAS dalam BENTUK APAPUN!
(Jika tidak suka dengan cerita yang dibuat oleh Author. Silahkan klik tombol 'Back' M for Save or M for Language)
DLDR! Selamat Membaca!
oOo Haru oOo
Sarada tidak menyukai musim semi. Tetapi, bukan berarti dia membenci musim semi. Dia menyukai musim semi karena saat itu dirinya mendapatkan seorang adik laki-laki, tetapi dia tidak menyukai musim semi, karena saat itulah dia kehilangan sosok ibu baginya.
Sarada masih terlalu kecil untuk mengingat sosok ibu saat itu, tetapi dia selalu ingat senyuman yang ditorehkan wanita yang menjadi pahlawannya itu. Setelah kematian ibunya, dirinyalah yang menjadi ibu bagi adik laki-lakinya, Uchiha Kenji.
Kenji tidak pernah merasakan rasanya dicintai oleh seorang ibu. Bagi Kenji, kakak perempuannya dan ayahnya adalah segalanya. Meski terkadang dirinya iri pada teman-temannya yang memiliki ibu, tetapi dirinya tetap bersyukur karena memiliki kakak perempuan dan ayah yang sayang padanya.
.
Sarada menarik nafas panjang ketika selesai menata meja makan. Diumurnya yang beranjak menuju 23 tahun dan baru saja menikah dengan Inojin, bukan hal baru untuknya bangun pagi dan menata meja makan. Setelah kematian ibunya, itu menjadi hal rutin baginya.
"Hn."
Sarada menyelipkan rambutnya di belakang telinganya dan tersenyum ketika melihat ayahnya muncul dengan setelan jasnya. Ayahnya yang berusia empat tiga tahun itu benar-benar terlihat masih gagah dan berwibawa. Tidak terlihat tua dan itu yang membuatnya sedikit iri dengan ayahnya.
"Ohayou, papa." Sarada mencium pipi Papanya.
"Hn. Dimana Kenji?" tanya Sasuke.
"Entahlah. Mungkin masih tidur, semalam dia begadang bersama Inojin. Entah apa yang mereka lakukan." Sarada tersenyum. "Biar aku bangunkan Kenji."
Sarada melangkahkan kakinya menuju kamar adiknya dan menemukan Kenji masih tertidur dengan bergelung selimut. Sarada berkacak pinggang dan menarik selimut Kenji.
"Nee-chan!" Kenji membuka sedikit matanya. "Aku mengantuk, nee-chan!"
"Aku tahu itu, tuan pilot." Sarada tersenyum. "Tapi, tidak ada dalam kamus dirumah ini untuk bangun siang."
"Nee-chan jangan mulai lagi." Kenji menggerutu. "Iya, aku bangun."
"Jangan tidur lagi atau kusita ponselmu."
Sarada tersenyum dan meninggalkan kamar adiknya. Kenji memiliki kulit putih susu seperti milik ibunya dan mewarisi mata ibunya. Yang membuatnya sama adalah rambut hitam yang diturunkan ayahnya. Jika Kenji adalah sosok periang seperti ibunya, maka dirinya adalah sosok yang serius seperti ayahnya.
Memasuki kamarnya, Sarada bisa melihat Inojin sedang memakai dasinya. Putri sulung keluarga Uchiha itu segera membantu suaminya memakai dasinya.
Enam bulan yang lalu dirinya resmi menikah dengan Inojin yang notabene adalah teman semasa kecilnya. Orang tuanya dan orang tua Inojin juga bersahabat, jadi ketika mereka memutuskan untuk menikah, bibi Ino selaku ibu dari Inojin menangis sesenggrukan. Bibi Ino mengatakan jika ibunya pasti senang dengan hal ini.
Sarada tidak bisa mengatakan apapun. Dia akan bungkam jika sesuatu itu menyangkut tentang sosok Ibu.
Pesta pernikahannya diselenggarakan besar-besaran. Bukan hanya karena dirinya putri sulung keluarga Uchiha dan menjadi CEO Uchiha corp. Tetapi karena adiknya lulus sekolah penerbangan dan menjadi pilot termuda diangkatannya yang lulus.
Sarada tersenyum bangga ketika melihat Kenji mengenakan seragam pilotnya. Dan tiga bulan lagi adalah debut pertama menjadi pilot.
"Hoaaamm.. selamat pagi, Papa." Kenji mencium pipi Sasuke yang sedang membaca korannya dan duduk di kursinya.
Sarada meletakan tomat di piring adiknya sebelum memakan sarapannya.
"Nee-chan, sudah aku katakan jika aku tidak menyukai tomat." Kenji meletakan tomatnya di piring milik Inojin.
"Bagaimana kamu mau memiliki pacar jika sikapmu manja seperti itu." Sarada memutar bola matanya.
"Aku memiliki pacar kok, bahkan sudah melamarnya."
Sarada tersedak makanannya dan Inojin buru-buru menyodorkan air minum kepada Sarada. Sasuke yang sedari tadi bersikap tenang melirik putra bungsunya yang tersenyum ceria. Senyuman yang selalu mengingatkannya akan mendiang istrinya.
"Apa?!" Sarada melotot memandang Kenji dan segera ditenangkan oleh Inojin. "Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?!"
"Untuk apa?" tanya Kenji. "Nanti saja. Aku berniat mengenalkannya kepada keluarga besar kita, mungkin lusa. Jadi, aku bisa menikah dengannya sebelum aku pergi nanti."
Sarada menarik nafas panjang dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi makannya. Adiknya itu memang menyebalkan.
"Hn. Papa menunggunya."
Kenji tersenyum sombong.
"Baik, Pa! Tenang saja, pilihan Kenji tidak akan pernah salah."
.
Sarada memijat kepalanya yang terasa pening. Perkataan adiknya tentang kekasihnya membuatnya nyaris terkena serangan jantung. Dia pikir, adiknya tidak pernah bisa serius dengan gadis manapun. Kenji dikaruniai wajah yang tampan dan mudah bergaul, bahkan Kenji kerap sekali bergonta-ganti pacar.
Jadi, ketika mendengar perkataan Kenji tadi pagi membuatnya benar-benar shock. Mengambil ponselnya, Sarada memutuskan untuk mmeberitahu keluarga besarnya.
"Bibi Ino, ada yang ingin aku bicarakan."
.
Kenji sedikit bersiul sembari memainkan ponselnya. Menyandarkan tubuhnya di mobilnya, Kenji menatap gadisnya yang sedang membimbing beberapa anak kecil yang sedang bermain. Kenji tidak bisa menahan senyumnya ketika gadisnya tersenyum kearahnya.
"Kenji-kun?"
Kenji menolehkan kepalanya dan tersenyum lebar. Gadis dengan rambut ungu dan mata biru itu tersenyum malu-malu.
"Himawari-chan, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Kenji.
"Itu.. aku tadi kebetulan baru saja pulang dari kantor tou-san." Himawari tersenyum sopan. "Aa.. selamat atas kelulusanmu, Kenji-kun."
"Hehe... terimakasih, Himawari-chan." Kenji menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Mau aku antarkan pulang?"
Pipi Himawari merona merah.
"Tidak usah, Kenji-kun. Aku mau mampir membeli kue pesanan kaa-san."
"Oh, baiklah jika begitu."
Himawari membungkukan badannya sembari menahan degub jantungnya. Kami-sama, mimpi apa dia semalam hingga bisa bertemu dengan pujaan hatinya.
Setelah menunggu, Kenji tersenyum ketika kekasihnya menghampirinya.
.
.
"Teme! Tumben sekali kamu datang mengunjungiku."
Sasuke mendudukan dirinya di sofa di ruangan milik Naruto. Pria yang masih energik diumurnya yang sudah kepala empat itu tidak bisa menahan cengirannya. Tangannya mengambil sekaleng soft drink dari dalam kulkas yang ada di ruangannya dan memberikannya kepada sahabatnya itu.
"Jaaa... bagaimana dengan ruanganku?" Naruto tersenyum lebar. "Boruto yang mendekorasi semua ini."
Sasuke memandang sekeliling ruangannya. Memang ruangan Naruto lebih nyaman dan lebih bersih dari sebelumnya. Tidak ada dokumen yang menumpuk dan menjulang seperti menara di mejanya.
"Hn. Setidaknya Boruto lebih rapi darimu."
"Apa maksudmu-ttebayou!" Naruto memprotes perkataan sahabatnya dan mendudukan diri di sebelah Sasuke. "Oi, Teme. Kamu tahu Himawari? Dia sekarang sudah semakin cantik dan mempesona."
Sasuke melirik Naruto.
"Lalu?"
Naruto menunjukan cengirannya sebelum melanjutkan perkataannya.
"Aku ingin menjodohkan Himawari dengan Kenji. Aku tidak sengaja menemukan buku harian Himawari dan melihat tulisan tangannya bahwa putriku itu sudah lama mencintai Kenji. Mungkin kita bisa berbesan setelah ini, Teme."
Onyx milik pria itu melirik sahabatnya sebelum menarik nafas panjang. Tangannya meletakan kaleng soft drinknya diatas meja.
"Hn. Maafkan aku, Dobe. Sepertinya kita tidak bisa menjadi besan," ucap Sasuke. "Kenji sudah melamar kekasihnya dan lusa akan memperkenalkannya kepada kami."
Naruto mengedipkan matanya beberapa kali.
"Souka. Hahaha.. tidak apa-apa, Teme. Aku yakin Kenji pasti memilih yang terbaik."
Sasuke tersenyum tipis dan bangkit dari duduknya.
"Bagaimana jika kita makan siang? Sudah lama kita tidak mengobrol."
.
.
Kenji tersenyum dan tangannya merangkul erat pinggang kekasihnya. Mereka memasuki sebuah restauran dan Kenji memilih duduk di pojok ruangan.
"Sakura, kamu cantik sekali hari ini."
Gadis yang dipanggil Sakura tersenyum dan menyelipkan beberapa helai rambut di balik telinganya. Emeraldnya memandang emerald Kenji.
"Terimakasih, Kenji-kun."
Mereka bertemu setahun yang lalu di sebuah toko buku. Awalnya, Kenji tertarik karena kemiripan Sakura dengan mendiang ibunya. Dia tidak menyangka jika gadis itu bernama Sakura juga, hanya yang membedakan marganya saja.
Kenji dengan percaya diri mengajak gadis itu kenalan. Karena Sakura sedikit tertutup, rasanya agak sulit baginya untuk mengajak gadis itu berkenalan. Namun, lambat laun Kenji mulai bisa mengenal pribadi Sakura dan dirinya langsung jatuh hati.
Sakura sendiri tidak memungkiri jika dia mengagumi ketampanan Kenji dari mereka bertemu. Apalagi ketika mengetahui marga yang disandang Kenji, membuatnya sesak nafas.
Siapa yang tidak mengenal Uchiha? Pemilik perusahaan raksasa di kota Jepang dan menguasai pasar perekonomian Jepang. Dan rasanya seperti mimpi, ketika pemuda tampan itu mengajaknya berkenalan, bahkan memintanya untuk menjadi kekasihnya.
"Sakura, aku kagum denganmu." Kenji menyeruput ocha hangatnya.
Sakura memandang kekasihnya dengan lembut.
"Kagum? Seharusnya aku yang kagum padamu. Kamu tampan, sopan, ramah, baik dan juga-"
"Aku sudah bosan mendengarnya, Sakura." Kenji memegang tangan Sakura yang tersemat cincin dengan berlian sederhana. Cincin yang diberikan Kenji saat melamarnya. "Semua orang mengatakan begitu, tapi saat bersamamu aku bisa menjadi diriku sendiri. Apalagi di usiamu yang sama denganku, kamu sudah berusaha bekerja di sebuah TK. Maksudku, kamu benar-benar mengagumkan. Disaat teman-teman kita yang lain bersenang-senang, kamu mengorbankan masa mudamu."
"Hahaha.. kamu tahu bukan, jika aku bukan dari kalangan orang yang berada."
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi." Kenji mencium tangan Sakura dengan lembut. "Saat kita menikah nanti, aku janji akan membuatmu bahagia. Aku janji."
Sakura tersenyum dan menyeka air matanya yang hampir tumpah.
"Terimakasih, Kenji-kun."
oOo Haru oOo
Kenji menatap hingar bingar disekelilingnya dengan kepala yang terasa pening. Hari ini dia akan mengenalkan Sakura kepada keluarga besarnya, tetapi dia tidak menyangka jika semuanya akan hadir disini.
Emeraldnya memandang kakaknya yang sedang sibuk menata makanan bersama bibi Ino, bibi Temari, bibi Hinata dan bibi Karui. Sesekali Chouchou dan Himawari ikut membantunya. Di sudut ruangan yang lain, Papanya sedang berbincang dengan paman Sasori selaku kakak laki-laki dari mendiang ibunya, lalu ada paman Naruto, paman Shikamaru, paman Sai, paman Gaara, paman Chouji, dan paman Kankurou.
Niatnya dia hanya ingin pesta kecil-kecilan. Dan tiba-tiba saja kemarin saat dirinya sampai dirumah, pasukan tawuran ini yang entah datang dari mana langsung menyambutnya. Bibi Ino langsung menginterogasinya di tempat dan itu menyebalkan. Sebenarnya, ini mau tawuran atau mau memperkenalkan calon istri?
"Kau brengsek, Kenji!" Boruto memukul bahu Kenji sebelum duduk di sebelahnya. "Kau akan menikah dan adikku patah hati karenamu."
"Maksudmu, Himawari?" tanya Kenji tidak mengerti.
"Memang ada berapa adikku, Kenji?!"
"Maafkan aku, nii-chan. Aku sungguh tidak tahu jika Himawari menyukaiku. Aku-"
"Kenji! Apa yang kau lakukan?!" Ino berkacak pinggang memandang Kenji. "Kekasihmu akan datang setengah jam lagi dan kamu belum bersiap. Shikadai dan Inojin sudah ada di kamarmu untuk mendandanimu. Ayo, sekarang bergegaslah."
Kenji memutar bola matanya dan memandang kakaknya yang sedang menaikan kacamatanya. Seolah mengetahui pikiran adiknya, Sarada angkat bicara.
"Bukan aku yang mengusulkan semua ini. Aku hanya memberitahu bibi Ino dan bibi Ino yang menyiapkan semua ini."
Kenji menarik nafas panjang dan berjalan menuju kamarnya. Belum menikah saja sudah semerepotkan ini, apalagi jika dirinya menikah nanti? Merepotkan.
.
.
Kenji tersenyum ketika mobil yang membawa kekasihnya datang. Sakura muncul dengan balutan gaun hitam, make up natural dan rambut sepunggung kekasihnya yang digulung membuatnya semakin cantik. Baru kali ini Kenji melihat Sakura secantik ini.
"Kenji-kun, apa dandananku berlebihan?" tanya Sakura ragu-ragu.
Kenji tersenyum dan memagut bibir Sakura dengan lembut.
"Tidak. Sungguh sempurna." Kenji menggandeng tangan Sakura masuk ke dalam kediaman Uchiha. "Akan aku perkenalkan dengan keluarga besarku."
Mereka menuju ruang makan yang telah diisi oleh banyak orang itu. Mereka belum menyadari kehadiran keduanya. Kenji sedikit berdeham sehingga semua mata mengarah kepadanya dan juga Sakura.
Ino nyaris berteriak melihat siapa yang dibawa Kenji, dan Temari tidak bisa menahan mulutnya yang terbuka. Naruto bahkan tidak berkedip memandang gadis yang dibawa Kenji dan Sasori tidak sanggup untuk mengatakan apapun lagi.
Sarada hanya bisa menahan nafasnya. Tidak mungkin. Tidak mungkin.
Kenji tersenyum lebar, belum menyadari perubahan suasana di sekelilingnya. Tangannya mengapit lengan Sakura.
"Perkenalkan semuanya, namanya Haruno Sakura dan dirinya adalah calon istriku."
Sakura membelalakan matanya seketika ketika pria berambut biru dongker bermata onyx yang tajam memeluknya dengan erat. Pria itu merengkuhnya ke dalam pelukannya begitu saja. Bahkan, Sakura bisa merasakan pelukan pria itu sarat akan kerindukan.
"Sakura.. aku merindukanmu."
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Mungkin aneh karena memakai Original Character disini..hehe.. habisnya rasa-rasanya cocok OC deh :3
Baiklah, sebelum Author mulai gila..
Review? Sampai ketemu di chap depan!
-Aomine Sakura-
