The Uchihas

Story by

Avery Emmeline

Disclaimer

Naruto by Kishimoto Masashi

1999

Rate

T

Kenalin, nama gue Uchiha Sasuke.

"SASUKEEEEEEEEEEEE"

Gue anak bungsu dari 3 Uchiha bersaudara sekaligus yang paling cakep (kata orang).

"Kampret, mana lagi tu anak"

Gue cuma anak SMA biasa yang (pengennya) menjalani hidup dengan biasa.

"Awas klo ketemu nanti ya tu anak"

Tapi, lagi-lagi kedua kakak gue yang semproll tu ngancurin semuanya.

"Ketemu juga lo akhirnya"

Semvrol banget kan.

"Woy,baka otouto, pinjem hape lo", ujar Uchiha Itachi, kakak tertua. "Ogah", jawabku kesal. "Pasti berhubungan sama misi nya", gue udah tau isi otaknya. "Ayolah, sekali ini doang", rayu kakak dafuq tu. "Kenapa gak pake hape lo aja? Klo lo pake hape gue, terus ada musuh lo ngelacak dan nemuin nomor hp gue gi mana?",bentakku kesel. Uchiha Itachi, si genius #hoekk bukanlah warga negara Jepang biasa. Dia itu anggota—jangan kasih tau siapa-siapa—CIA. Iya, lo bener kok. CIA yang di Amerika tu. Central Intellegent Agency. Dan posisi nya di sana udah gak bisa di anggap remeh, tinggiii banget. Lebih tinggi dari gunung Fuji bahkan#Oke abaikan. "Udah ya. Gue cabut dulu", kata tu musang sambil nyelonyor minggat setelah ambil hp gue. "Shit".

Gue turun ke meja makan dengan perasaan dongkol. Baru selangkah kakak kedua gue menampakan batang idung nya. Sebenernya kita bukan saudara kandung sih. Kita cuma sepupu. Dia tu cewek blasteran. Bapaknya—saudara sepupu ibu gue yang tercinta—nikah sama orang Prancis—mama nya. Tapi mama nya meninggal waktu dia masih kecil—10 tahun. Karena bapaknya yang super duper sibuk, mama gue memutuskan untuk ngerawat dia—1 tahun yang lalu.

Uchiha Misaki—namanya di Jepang, kakak bule gue. Umurnya sekarang 20 tahun—selisih dua tahun mah Itachi yang lebih tua. Hah? Lo tanya kemana dia dari umur 11 tahun—setelah mama nya meninggal—sampe 19 tahun—sebelum mama gue adopsi dia—?. Gue juga gak tau. Dia tu punya sejuta rahasia yang gak bisa lu bongkar apalagi lu tebak. Of course, karena dia juga agen rahasia kayak Itachi. Tapi bedanya, dia bukan agen FBI atau CIA. Dia agen SSA, super secret agent, sangat rahasia. Gue bahkan gak tau keberadaan agen macam begituan sebelum setahun yang lalu, dia kasih tau ke kami sekeluarga aja. Tu manusia satu itu adalah warga negara Prancis dan bukan separo-paro coeg! Dia anggota keluarga salah satu bangsawan di Prancis, Blanchard. Dan namanya di Prancis sana adalah Annette Blanchard. Klo lo pada bingung kok tiba-tiba dia jadi bangsawan, sini gue jelasin, ternyata mama bule nya tu punya darah biru. Dan cukup soal kakak misterius tu.

"Yo, 'sup. Gi mana sekolah lo?", tanya tu bule. "Untuk detik ini masih normal", kata gue sambil menekan kata "masih" dan "normal". "Wakakaka, sante aja", katanya sambil ngaduk susu coklat—favoritnya. Kriiiiinngggg…. Kriiiiiiiiiinggg…. , hapenya bunyi. "Allô?", jawabnya. "Bien… Bon travail… Merci", lalu ia menutup teleponnya. "Huft, selesai juga satu misi", katannya lalu lanjut minum susu coklatnya. Annette alias Misaki punya otak yang IQ nya lebih tinggi dari Itachi. Dia mahir beberapa bahasa, ahli taktik, bahkan kadang jadi kayak detektif.

"Udah ya, Sasuke. Gue mau istirahat"

"Hn", jawabku seperti biasa.

Ketika dia lewat di sebelah gue, gue baru nyadar, dia punya kantung mata tipis. "Dasar agen tingkat tinggi". Cewek yang tinggi nya 170 cm itu punya kelemahan, gak bisa masak. Kritis banget kan sebagai cewek—walau tomboy sih.

Uchiha Sasuke melangkahkan kakinya lebar-lebar di lorong sekolah Hidden Leaf International High School ketika— "KYAAAAAAA SASUKE-SAMA", "AISHITERUUU SASUKE-KUN", "SASUKE SENPAI". Ck, kelar sudah hidupnya, dua kakak semprol dan sekarang fans kampret yang tidak diharapkan. Sasuke cepat-cepat membuka pintu kelasnya, segera menutupnya dan finish.

Finish?

Ternyata finish tak semudah itu. "WOIIII, TEME!",teriakan Uzumaki Naruto yang cempreng itu merusak telinganya dalam sekejap.

"Ck, apaan sih, dobe?!",bentak gue garang. "Pagi-pagi udah bikin ribut aja",gerutu si pirang cerewet itu. "Bacot. Itu bukan salahku", belaku kesal. Hell,itu memang bukan salahku. "Siapa suruh muka lo kayak pangeran gitu",si dobe itu ngotot aja. "Mangkanya lain kali—",cerocosan Naruto berhenti setelah melihat death-glare ku dan digantikan tawanya dalam sekejab.

Pelajaran hari ini berlangsung seperti biasa. Membosankan. Bahkan si pemalas jenius Nara Shikamaru sudah menguap berkali-kali. Ya, ini karena kami sudah kelas 3 SMA jadi mau tidak mau harus begini.

KRIIIIIIIINGGGG!

KRIIIINGGGGG!

Melodi indah tiada duanya itu melantun. "Pelajaran sensei sampai di sini saja",tutup Asuma-sensei yang disambut sorakan girang para murid.

Aku melangkahkan kakiku dengan kesal. Gara-gara musang satu itu yang mem-begal motorku pagi tadi sekarang aku jadi harus jalan kaki menuju rumah. Dan yang mengesalkan, kakak laki-laki berambut panjangku itu sebenarnya sudah punya motor sendiri! Mungkin hari ini aku naik bus saja, putusku. Tapi ekspentasi tak seindah realita. "Target menuju E" suara seseorang yang kukenal. Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan melihat Uchiha Itachi—yang dalam penyamaran. "Sekali lagi, target menuju E" katanya. Dia lalu membalikan badan dan melihatku yang melongo melihat kerjanya itu.

"Sasuke? Oh, kebetulan sekali" Oh,tidak…. Aku merasakan firasat buruk. "Ayo naik ke motor. Kau akan ikut dalam misi ini" Itachi menepuk kursi motor sport-nya lalu memakai helm dan menyodorkan helm yang lain kepadaku. Shit. Bruuuumm… bruuuuumm… dia menghidupkan mesin motornya. Tapi…tunggu dulu, ini kan motorku! Tidak salah lagi ini motor sport kesayanganku—walaupun nomor polisinya sudah ditutupi tapi, aku mengenali motorku sendiri!. Aku segera duduk di kursi penumpang. "Hei,baka aniki, ini kan motorku"geramku. "Memang"jawab Itachi singkat. "Pegangan! Aku akan mengebut" sebagai agen CIA mahir menggunakan motor—apalagi kebut-kebutan dengan pelaku, bisa dibilang wajib. Lalu Itachi menancapkan gasnya dan mulai mengebut.

"Target menuju C, ganti" suara komando terdengar. Mereka sedang mengejar pelaku toh. "Dimengerti, ganti"jawab Itachi, masih fokus dengan jalanan. "Misa, selanjutnya kuserahkan kepadamu"kata Itachi lagi. Rupanya kakak bule-ku juga ikut. Well, walaupun mereka tidak sama terkadang Misa ikut membantu penangkapan yang dilakukan Itachi dan kawan-kawan—yang jelas menguntungkannya karena Misa nyatanya jauh lebih lihai dan pro dari pada si musang ini.

Uchiha Itachi membelokan motor(ku) dengan tajam. "Hei, hati-hati" protesku yang nyaris terjungkal karena gerakan tiba-tiba Itach—CKIIIIIIITTTTTT… Tiba-tiba Uchiha Itachi mengerem mendadak yang nyaris membuatku terpental. "WHAT THE…" geramku. Bisa-bisa rem motorku soak kalo kayak gini caranya. "Ayo turun ,Sasuke. Target sudah di depan mata" Itachi melepas helmnya. Ck, inilah tidak enaknya mengikuti mereka. MEREKA ITU GILA!

BRUAAKK!

Tiba-tiba terdengar sesuatu yang jatuh disusul rintihan orang.

Itachi segera berlari mendekati asal muasal suara itu—disusul aku. Dan nampaklah Uchiha Misaki sedang mengunci pergerakan seseorang—yang kuasumsikan target mereka. Itachi—yang mengenakan jas hitam lengkap ala agen CIA, segera memborgol kedua tangan orang itu.

"Mission Completed"seringai mautnya. Tak lama, beberapa agen CIA lainnya mendekat dan membawa pelaku yang terborgol tak berdaya itu. "Misa"panggil Itachi, lalu kedua agen rahasia itu high five bersama. Dan aku? Aku seperti anak anjing di sini. "Kau pulanglah dulu dengan, Sasuke. Ada yang harus kuselesaikan dulu" Itachi melempar pelan kunci motorku lalu melangkah pergi meninggalkan aku,Uchiha Sasuke, dan Uchiha Misaki dan motor sport kesayanganku. "Ayo,Sasuke, kita pulang" Misa memakai helm dan menaiki motorku itu. Motor yang malang. Sedangkan aku mengerutu. Ini motorku dan kenapa malah dia yang mengendarainya. Lalu aku memakai helm dan menduduki kursi penumpang dengan ogah-ogahan. Aku jadi seperti anak kecil yang diantar kakak perempuannya dengan motor sport. Dan mungkin aku melupakan fakta bahwa Misa,kakakku, juga suka mengebut.

CKIIIIIIIITTTTT…

Uchiha Misaki mengerem motor(ku) itu dengan brutal tepat di depan rumah kami. Keluarga sinting. Aku heran mengapa aku lahir di tengah keluarga absurd ini. Tapi, aku bersyukur setidaknya aku masih belum berakhir di rumah sakit jiwa atas kelakuan kedua kakak gilaku ini. "Ck, aku lapar" gerutu Misa sambil memegangi perutnya. "Minum saja susu coklatmu seperti biasanya" jawabku, ketus. "Hei, kau mau ke mana?" Misaki bertanya setelah melihatku menaiki tangga, dengan keras. "Kamar" jawabku singkat. "Aku lelah" lanjutku dengan sarkastik. Cewek bule itu hanya mangut-mangut saja lalu menuju ke dapur—untuk mengobrak-abrik kulkas. "Sial, kapan kaasan pulang dari Osaka"samar-samar aku mendengar gerutuannya dari atas kamarku. 2 minggu lagi,bodoh. Pikirku dengan perasaan dongkol. Masih 2 minggu lagi sebelum kaasan kami pulang dari liburannya di Osaka.

Aku terbangun dari tidurku. Tunggu… AKU KETIDURAAAAANNNNNNNNNNN! Aku segera bangkit dari kasurku. "WHAT THE F*CK! KENAPA GAK ADA YANG BANGUNIN! JAM BERAPA SEKARANG? WHAT! JAM 6 SORE." Aku bermonolog dengan paniknya.

Aku menuruni tangga dengan brutal sehingga menimbulkan bunyi gedebum yang keras. "APAAN SIH?!" pekik Misaki. "Kenapa gak ada yang bangunin aku?!" pekikku. "Hah?"Misaki lemot sambil berjalan gontai keluar kamarnya. Rupanya dia juga ketiduran. "WHAATTT! JAM 6. SASUKE, CEPAT BELI MAKANAN DI DEPAN! KEBURU TUTUP!"perintahnya begitu saja. The hell. Dia sendiri juga punya motor sport. Menyadari arti pandanganku dia segera berkata, "Gue masih ngantuk. Lu mau gue kecelakaan dan ditangkap polisi gara-gara mengemudi sambil mengantuk?". Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala lantas mengambil kunci motorku dan melesat keluar.

Kriiiiiingg… Kriiiiing…

Misaki menatap kepergian Sasuke untuk membeli makanan lalu mengambil smartphone hitamnya yang berbunyi dari sakunya. "Ya?" ia menjawab telepon itu.

Uchiha Sasuke memacu motornya dengan ganas.

"Ngomong-ngomong kemana si musang tadi?"pikirnya. "Masa dia masih mengurus yang tadi? Udah ah. Bodo amat"putusnya sambil memacu motornya lebih ganas lagi. "Jangan tutup dulu… jangan tutup dulu… jangan tutup dulu…" Sasuke memohon dalam hati. Iman dan kondisi perutnya dipertaruhkan saat ini. "Ah, obasan, tunggu dulu! Jangan tutup dulu!" pekiknya OOC. "Oh, Sasuke-kun, aku sudah menunggumu dari tadi" bibi pemilik warung tersenyum ramah. "Maaf, aku ketiduran" Sasuke memarkirkan motor sport-nya lalu berjalan masuk ke warung itu sambil melepas helmnya. "Oh,daijoubu. Kalau Mikoto pergi memang repot ya" bibi itu tersenyum

To be continue

Hai, saya author baru di sini. Ini fanfic pertama aku. Belum bagus, abal, ngaco, dan berbagai kekurangan lainnya. Oleh karena itu, saya perlu bantuan dari para senior atau senpai di sini. Mohon bantuannya ya. Yoroshiku onegasimasu.