Disclaimer : NG Life by Kusanagi Mizuho
Pasti sudah bisa menduga apa jadinya kalau NG Life itu buatanku hahaha *tawa mencurigakan*
Pairing : Syricuse (Sirix) & Sumiruna (Smyrna)
Udah di warning ya hahai
Warning : OC, OOC! Ceritanya melambaaaiiiiiiii
Cerita geje yang aneh dan bisa menyebabkan anda-anda sekalian sakit kepala, mual-mual, muntah-muntah, ataupun pingsan! Harap hati-hati! (bercandaaa haha XDDD)
A/N : MARI MERAMAIKAN FANDOM NG LIFE! *teriak-teriak gj*
FF pertama yang bersambung! Hahaha. Cerita ini terinspirasi dari volume terakhir NG Life hihi.. Dan karena saya merasa kasian sama Sumiruna, dibuatlah ff ini. Mohon dibaca nih ff pertama saya yang to be continued ini. Silahkan di review. Saya menerima kritik, saran, terutama pujian /plak. Sekali lagi terimakasih ^^
Sumiruna's Secret Love
"Sumiruna, aku... suka padamu. Maukah kau menerima cintaku? Menikahiku? Sudikah kau bersamaku dalam setiap kegirangan maupun kepedihan hati?"
"Vellius... Aku... Aku bersedia menikahimu."
"Kalau begitu, tunggu aku sampai kemenangan menjadi milikku. Aku akan menikahimu setelah perang berakhir. Sudikah engkau menungguku?"
"Aku akan selalu menunggumu Vellius."
Janji. Sumiruna sering mendengar janji itu terngiang ditelinganya. Membuka luka lama yang menyakitkan. Menorehkan kepedihan baru dalam dada. Sering ia menangis terpejam membayangkan saat janji itu terucap. Saat terindah dalam hidupnya. Diringi berjuta suara percikan arus Sungai Sarnus yang menghantam bebatuan, Vellius mengucapkan janjinya. Mengingatnya bagai mengukir ulang luka di hati Sumiruna.
Aku benci pemuda-pemuda Pompeii! Aku benci harus dilahirkan sebagai wanita yang ditakdirkan mencintai laki-laki! Aku benci harus mencintai! hati Sumiruna terus berkeluh kesah. Ia bisa merasakan gejolak kepedihan dalam hatinya. Dia benci dengan pemuda-pemuda Pompeii yang suka seenaknya.
Hingga pada suatu hari, Sumiruna menemukan orang yang sangat ia cintai. Saat itu Sumiruna sedang pergi ke rumah sahabatnya, Aglaia. Ditengah perjalanan, ia bertemu dengan tiga orang pemuda Pompeii yang menghalangi jalannya. Sumiruna benci pemuda-pemuda itu. Pemuda-pemuda itu bau minuman memabukkan, menutupi wewangian musim semi yang mendamaikan hati.
"Kau Sumiruna ya? Kakaknya Selena 'kan?" tanya salah satu pemuda berkalung aneh sambil berjalan ke arah Sumiruna. Tubuhnya bergoyang-goyang karena mabuk.
Sumiruna tidak menjawab sedikitpun. Ia tidak mengenal pemuda-pemuda itu. Sumiruna menduga mereka salah satu bawahan Brutus.
"Hei Sumiruna. Jangan sombong ya!" tukas laki-laki yang satu lagi. Pemuda itu mengenakan tunik sekelam abu.
"Semenjak ditinggal mati tunanganmu, kau jadi sombong begini ya." hardik salah seorang diantara mereka yang menggunakan bandana merah.
Sumiruna merasa bagai disengat listrik berjuta-juta volt. Ia merasakan hatinya bergejolak. Entah karena luapan kemarahan atau kesedihan. Bahkan mungkin keduanya. Sumiruna ingin menangis sejadi-jadinya saat itu juga. Namun apa daya. Alih-alih menjerit dalam tangis, Sumiruna meneteskan butiran-butiran kepedihan yang mulai menyusup keluar dari matanya. Dia menangis dalam diam. Dari sudut matanya, Sumiruna bisa melihat ketiga pemuda itu memasang muka puas.
"Kau sedih karena ditinggal mati Vellius ya?" kata pemuda bertunik abu itu. Hati Sumiruna bergetar saat mendengar nama seseorang yang dulu pernah merebut hatinya, dan kini dicampakannya hati Sumiruna menjadi jutaan keping.
"Sudah diam! Jangan ganggu aku!" kata-kata itu keluar secara tiba-tiba dari bibir Sumiruna.
"Hei? Beraninya kau menyuruh kami!" tukas pemuda berkalung aneh. "Reis, keluarkan Doin!" tambahnya selagi menatap pemuda berbandana merah.
Pemuda yang berbandana merah-yang ternyata bernama Reis-langsung mengeluarkan sesuatu dari kantung yang ia bawa. Sesuatu yang menyilaukan berbentuk pendek. Sebuah bilah tajam dengan ukiran-ukiran nan indah berbaring diatasnya. Sebuah belati berukir bernama Doin.
Reis mendekat sambil menodongkan Doin. Sumiruna terjatuh. Ia memejamkan mata karena takut. Ia bisa merasakan detik-detik kematiannya yang akan segera tiba. Merasakan hawa kematian sedingin es merambati tubuhnya. Sumiruna berpikir akan suatu hal. Ada secercah harapan di lubuk hatinya. Memikirkan bertemu dengan Vellius di kehidupan yang lain. Tapi itu semua hanya menjadi mimpi saat Sumiruna mendengar keributan. Suara pukulan dan desingan bilah logam yang saling beradu. Sumiruna memberanikan diri membuka matanya. Terlihat seorang pemuda berambut cokelat dengan mata dan paras yang mirip sekali dengan Vellius. Seketika Sumiruna dapat merasakan jantungnya berdegup kencang. Pemuda berambut cokelat itu memberi pelajaran kepada trio pemabuk yang sempat mengancam nyawa Sumiruna. Kini mereka bertiga sedang terbirit-birit melarikan diri. Dalam hati Sumiruna bertanya-tanya siapakah pemuda yang menolongnya itu. Dia benar-benar mirip dengan Vellius. Hanya potongan rambutnya yang berbeda.
Apakah Vellius masih hidup? Ia menyelamatkanku? Sumiruna membatin.
"Kau tidak apa-apa?" tanya pemuda berambut cokelat itu seraya mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Sumiruna meraih tangan itu dan segera berdiri. Saat memegang tangan pemuda itu, Sumiruna bisa merasakan kehangatan yang abadi, kedamaian yang tak lekang oleh waktu dari tangannya yang lembut.
Alih-alih menjawab pertanyaan pemuda itu, Sumiruna bertanya balik, "Siapa kau?"
Pemuda itu tersenyum. Bagai memberikan hujan pada hati Sumiruna yang mulai tandus. Membuat jantung Sumiruna berdegup lebih kencang.
"Aku Syricuse. Salam kenal."
To be Continued
A/N : HUWEEEEEEEEEE HUWEEEEEEEEEEEEEE HUWEEEEEEEEEEEEEEEE
gj yaaaa? maaaaaaaaaaf saya memang ngga pandai bikin fanfic~
gimana pendapatnyaaaa? mohoon di review OwO
makasiiiih~
