Assassin…

Secara umum, bisa diartikan dengan 'pembunuh'. Ya, Assassin adalah pembunuh yang membunuh targetnya secara cepat dan diam-diam, dan juga tidak akan diketahui siapapun, alias rahasia. Namun, Assassin di sini bukan 'Assassin' biasa…..

Assassin di sini adalah…

Sebuah organisasi khusus di atas pemerintah dunia yang secara khusus menangani kasus-kasus criminal, kejahatan, dan semacamnya yang sulit dan rahasia. Pada dasarnya, mereka sama seperti 'Assassin' secara umum. Namun, mereka bukanlah 'Assassin' biasa…

-Yurisa Iru-


Disclaimer : Kuroko No Basuke created by Fujimaki Tadatoshi | Katekyo Hitman Reborn created by Akira Amano

Warning : Karakter OOC, cerita di fanfic ini asli dari pikiran gaje author, author hanya meminjam karakter dari Fujimaki Tadatoshi-sensei dan Akira Amano-sensei, walau belum bilang.. (Kuroko : Itu namanya mencuri. | Tsuna : Jangan ditiru kelakuan Author gak jelas ini, ya minna-san.. | Author : Huwa! Kuro-chan dan Tsuna-chan kejam! #lari-lari kayak orang baru diputusin pacarnya)

Slight : KagaKuro, 1827

Note : Kritik, saran, dan sebagainya bisa ditulis di kolom review setelah selesai membaca... Mohon diberi.. Apapun bentuknya akan saya terima, karena saya masih newbie, maka saya mohon bimbingan dari author-author yang sudah pro (semua author yang baca ini, dan Readers sekalian.. #apa bedanya? -_- baiklah, yang ini abaikan saja)

Arigatou gozaimasu…

-Yurisa Iru-


Chapter 0 : Prologue

Kuroko no Assassin

-by : Yurisa Iru-

.

.

Bulan sudah menggantikan sang mentari sejak berjam-jam yang lalu. Angin malam juga sudah berhembus dengan ganas, sanggup menembus kulit hingga sampai ke tulang. Jalan itu hanya diterangi beberapa lampu jalan yang mulai meredup, didukung dengan sinar bulan purnama saat itu. Kondisi ini sudah pasti membuat orang-orang enggan keluar rumah, walau hanya sedetik saja. Tapi, tidak bagi orang-orang satu ini. Orang-orang yang sedang berkumpul di suatu jalan remang-remang di kawasan Tokyo. Mereka terdiri dari 3 orang.

"Hei, Kira. Kau tidak kedinginan dengan pakaian seperti itu?" tanya seseorang dari mereka, dia memakai coat panjang berwarna hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, membuatnya sulit dikenali, ditambah dengan kacamata hitam yang bertengger di depan matanya. Rambut putih-keperakkannya yang sedikit panjang diikat ke belakang.

"Starrow benar, tidak baik untuk bocah sepertimu memakai pakaian seperti itu di tengah malam," ujar yang lain membenarkan orang yang bertanya tadi-yang disebutnya dengan Starrow. Sambil membetulkan perban ditangannya, walau tangannya sama sekali tidak terluka. Pakaiannya seperti Starrow, berupa coat panjang berwarna hitam,bedanya dia tidak memakai kacamata hitam.

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku sudah terbiasa dengan pakaian ini," jawab orang yang ditanyai tadi, lebih tepatnya dia tadi dipanggil Kira. Memang benar, pakaian yang dikenakan orang ini tidak cocok digunakan di tengah dinginnya malam. Dia hanya memakai coat biru-keputih-putihan yang dibiarkan terbuka, mengekspose pakaian di dalamnya, berupa kaus polos berwarna biru muda yang panjangnya hanya sampai di atas perut dan ditahan sebuah sabuk kecil, sehingga mengekpose perutnya, serta celana pendek berwarna putih, panjangnya hanya sampai setengah dari pahanya. Sepatu boot berwarna senada dengan coatnya, panjang sampai di atas lututnya, menghiasi kakinya. Semakin memperlihatkan kesan bahwa orang ini penampilannya sangat mencolok dibanding 2 orang lainnya.

"Hah, ya sudahlah, terserah kau saja," sahut orang yang dipanggil Starrow tadi. "Hei, Sunners. Sejak kapan kita harus menunggu di sini?" tanyanya pada orang-sama dengannya-memakai coat hitam.

"Seharusnya target sudah sampai di jalan ini," ujar orang yang dipanggil Sunners.

"Ah, datang," ucap orang yang disebut Kira, menunjuk ke arah di mana sesosok bayangan mendekat ke arah mereka.

Sontak Starrow dan Sunners menengok ke arah yang ditunjuk Kira.

"Akhirnya," gumam Starrow. Sedangkan Sunners, no comment saja.

Bayangan tadi semakin dekat, dan semakin banyak. Ya, banyak. Karena ternyata tidak hanya satu tapi ada beberapa bayangan di sana.

"Hei, apa kalian bertiga dari Assassin?" tanya salah seorang dari bayangan, yang sudah menunjukkan wujud aslinya, seorang manusia.

"Ya," jawab Sunners singkat.

"Ini barang yang kalian butuhkan, sekarang kembalikan anggota kami," ujar bayangan tadi-lebih baik disebut bayangan saja-. Sambil melempar sebuah tas besar ke arah Sunners, dan ditangkap dengan baik oleh orang bercoat hitam itu.

"Sayangnya kami tidak bisa mengembalikan anggota kalian," ucap Starrow dingin.

"Apa maksudmu!?" bayangan tadi mulai emosi.

"Dasar bodoh," gumam Kira, namun lumayan keras sehingga terdengar oleh orang di sekitarnya.

"Bukankah sudah kami bilang sebelumnya, kalian itu adalah orang-orang yang tidak boleh dibiarkan berada di tengah-tengah masyarakat, jadi mau tidak mau kami tidak bisa mengembalikan anggota kalian," jelas Sunners.

"Ck! Mau bagaimana lagi, kalau cara halus tidak bisa, terpaksa kami harus pakai cara kasar," kata bayangan itu, mengeluarkan pistol dari balik bajunya.

"Hei, mereka itu dari Assassin, kita tidak mungkin bisa melawan mereka," bisik seseorang di samping bayangan tadi. "Tidak usah takut, kita berdua-puluh, sedangkan mereka hanya bertiga, kita pasti menang," balas bayangan tadi. Tak lama, sembilan belas orang di sekitar bayangan tadi juga ikut mengeluarkan senjata mereka, terdiri dari pistol dan beberapa senjata tajam.

"Wah, wah, mereka mau melawan rupanya," ujar Starrow."Yah, mau bagaimana lagi," desah Sunners. "Layani?" tanya Kira.

Starrow mengangguk, "Kita lawan seperti biasanya," dia juga mengeluarkan dua pistol dari balik coatnya, dipegangnya di kedua tangannya, diarahkan ke dua-puluh orang di depannya.

Sedangkan Sunners bersiap dengan kuda-kuda. Kira diam saja, dia malah mengeluarkan permen loli rasa vanilla-sepertinya-dari saku celananya.

DOR!DOR!

Sebelum dua-puluh orang itu menembakkan peluru ke arah tiga orang di depan mereka, Starrow sudah terlebih dulu menembaki mereka dengan kedua pistolnya. Hanya saja, dia tidak menembak tubuh orang-orang itu, dia hanya menembak senjata-senjata mereka, sehingga terlepas dari tangan mereka. Dia melakukannya dengan sangat cepat.

Saat Starrow sedang menembak, Sunners dan Kira segera bergerak menuju ke arah orang-orang itu dan segera memukuli mereka.

Tak lama kemudian, kedua-puluh orang itu tumbang. Tapi, sepertinya mereka belum mati, hanya dibuat pingsan saja.

"Jadi, sekarang kita harus bagaimana?" tanya Kira, dia masih mengemut permen lolinya.

"Aku sudah menghubungi Base, jadi kita tinggal menunggu jemputan di sini," jawab Starrow.

"Ano, boleh aku pulang duluan?" tanya Kira lagi, masih setia dengan permennya.

"Kenapa?" Sunners tanya balik.

"Besok aku ada ulangan di sekolah, jam pelajaran pertama, jadi aku harus tidur sekarang, kalau tidak aku bisa terlambat besok," jawab Kira.

"Oh, ya, baiklah. Hati-hati di jalan," sahut Sunners.

"Hei, jangan lupa, besok datang jam 5 sore ke Base," ujar Starrow, begitu melihat Kira sudah berjalan menjauhi dia dan Sunners. Sedang Kira hanya menjawab dengan lambaian.

-Skip,esok paginya-

Kring…Kring…. (bunyi alarm ceritanya)

"Emm…" lenguh seorang pemuda berambut icy blue. Dia masih terbaring ngantuk di atas ranjangnya. Tangannya meraih alarm di meja kecil di samping ranjangnya, kemudian dimatikannya alarm itu.

Setelah berkali-kali mengerjapkan matanya, pemuda itu bangkit dari tempat tidurnya, mengambil handuk yang tersampir di gantungan tembok kamarnya, lalu berjalan memasuki kamar mandi.

Di dapur, pemuda berambut icy blue ini menggoreng telur dadar, lalu memakannya bersama dengan roti yang baru dipanggangnya tadi. Sarapan yang tidak terlalu mengenyangkan, itu pendapatnya.

Setelah merapikan bekas makannya tadi, pemuda itu segera keluar, mengunci rumah alias apartemennya, lalu melenggang pergi ke sekolahnya.

Jarak sekolah-apartemen yang tidak terlalu jauh, membuatnya memilih untuk berjalan kaki, sambil membaca novel. Kebiasaannya itu membuatnya berkali-kali hampir menabrak orang yang sedang berjalan di jalan yang sama dengannya. Ceroboh memang, tapi anehnya dia tidak pernah menabrak seorangpun atau dimarahi karena menghalangi jalan. Mungkin karena kemampuan misdirection-nya, sehingga orang-orang tidak sadar dengan keberadaannya.

Sampai sini, kalian pasti sudah menyadari kan, siapa pemuda berambut icy blue ini? Yup! Dia adalah Kuroko Tetsuya, pemain bayangan keenam dari Kiseki No Sedai, anggota tim basket dari Teikou Gakuen.

BUK!

Pada akhirnya, Kuroko menabrak seseorang juga. Ah, bukan, ternyata dialah yang ditabrak. Bukunya jatuh. Saat hendak mengambil bukunya kembali, tiba-tiba sebuah lengan yang cukup kekar sudah meraih bukunya terlebih dulu.

"Ah, tidak sengaja,kau baik-baik saja?" ujar seseorang yang menabrak Kuroko. Kuroko merasa mengenal suara ini, "Kagami-kun?" panggilnya begitu melihat surai merah-kehitaman milik orang di depannya.

"Oh, ternyata Kuroko. Ohayou," sapa orang itu, atau sekarang bisa disebut sebagai Kagami, Kagami Taiga lebih lengkapnya. Teman sekelas sekaligus salah satu rekan Kuroko di klub basket walau Kagami adalah murid pindahan yang baru pindah dari Amerika 5 bulan yang lalu.

"Ohayou gozaimasu, Kagami-kun," balas Kuroko, menerima bukunya dari tangan Kagami.

"Eh, kau kenapa? Kau terlihat lebih pucat dari biasanya," ujar Kagami tiba-tiba.

"Ah, aku tidak apa-apa, mungkin aku hanya kurang tidur," sahut Kuroko.

"Kau pasti belajar untuk ulangan nanti sampai larut malam ya?" tanya Kagami. Kuroko mengangguk. "Haha, jangan terlalu dipikirkan. Kuakui, Riko-sensei memang menyeramkan, tapi aku tidak takut padanya. Aku saja kemarin tidak belajar," lanjut Kagami tertawa, menepuk-nepuk punggung Kuroko. Kuroko hanya membalas dengan sebuah anggukan kecil.

Mereka berdua pun memasuki wilayah sekolah Teikou Gakuen tersebut. Mereka menuju ke gedung SMA. Well, Teikou Gakuen itu sekolah lengkap. Maksudnya, Teikou Gakuen itu sekolah yang sudah terdiri dari SD, SMP, SMA, dan juga Universitas. Itu karena Teikou Gakuen adalah sekolah paling terkenal seantero Jepang dan juga yang terbaik. Dan juga, satu-satunya sekolah yang diawasi langsung oleh pemerintah Jepang.

-Skip, pulang sekolah-

Teng.. Teng… (bunyi bel sekolah)

Sekolah telah usai. Ulangan harian di kelas Kuroko dan Kagami juga sudah terlewati. Kini, keduanya tengah berjalan menuju ke tempat di mana eksul yang mereka ikuti akan dimulai.

Di ruang ganti…

"Oh, Kurokocchi! Kagamicchi! Konnichiwa!" seru seseorang, yang tidak lain tidak bukan adalah Kise Ryota, ahli copycat di Kiseki no Sedai.

"Konnichiwa minna-san," sahut Kuroko begitu menyadari bahwa di ruangan bukan hanya ada Kise saja.

Di sana juga ada anggota Kiseki no Sedai lainnya. Terdiri dari, cowok berambut biru gelap yang sedang duduk menekuni sebuah buku keramatnya - Aomine Daiki, disebelahnya ada cowok kacamata bersurai hijau - Midorima Shintarou, di sebelah Midorima ada cowok yang lagi makan snack berambut ungu -Murasakibara Atsushi, lalu yang terakhir adalah kapten mereka, cowok berambut merah - Akashi Seijuuro.

Karena anggota yang lain sudah berganti pakaian dari tadi, maka Kuroko dan Kagami segera mengganti seragam mereka, takut kalau terlambat nanti bakal jadi sasaran guntingnya Akashi.

Dan… Seperti biasa… Latihan di club basket Teikou Gakuen selalu sesara di neraka. Terima kasih pada Akashi, Momoi, dan Riko-sensei yang sudah berbaik hati merancang latihan mereka itu.

Latihan 'neraka' itu selalu berakhir dengan habisnya persediaan minuman dan makanan untuk 3 hari ke depan, dan jangan lupa tentang Kuroko yang muntah-muntah hebat.

Kembali ke ruang ganti….

Kuroko melirik ke jam dinding yang ada di ruangan itu. Pukul 16.30.

"Hei, hari ini aku baru dapat gaji, digandakan lagi," ujar Kise dengan riang, memang dia juga bekerja sebagai model, terkenal lagi.

"Kalau begitu traktir kami saja, lapar nih," usul Aomine.

"Ide bagus," sahut Midorima. Sedang Murasakibara hanya mengacungkan jempolnya saja.

"Yah, aku juga tidak keberatan," sahut Akashi.

"Kise! Lihat saja, akan kukosongkan isi dompetmu itu!" seru Kagami, sepertinya dia juga setuju.

Kise hanya bisa pundung di tempat menerima keputusan sepihak teman-temannya itu.

"Kalau begitu, setelah ganti kita langsung saja ke restoran," ujar-perintah-Akashi.

"Oke!" seru semuanya kecuali Kise-yang pundung- dan Kuroko.

"Ano, boleh aku tidak ikut?" tanya Kuroko tiba-tiba.

"Memangnya kau mau ke mana Tetsuya?" Akashi nanya balik.

"Aku ada janji jam 5 nanti, jadi setelah ini aku mau langsung pergi ke tempat janjian," jawab Kuroko.

"Oh, begitu. Baiklah, tidak apa-apa," balas Akashi. Yang lain juga mengangguk mengiyakan.

"Arigatou, minna," ucap Kuroko.

Semuanya telah berganti pakaian, sedangkan Kuroko masih duduk di bangku panjang yang ada di ruangan itu. Dia belum mengganti bajunya. Kagami yang menyadarinya heran.

"Hei, Kuroko. Katanya kau ada janji, kenapa kau belum ganti?" tanya Kagami pada Kuroko.

"Ah, aku akan ganti sebentar lagi, aku masih lemas karena muntah-muntah tadi," jawab Kuroko.

"Tapi, kau baik-baik saja kan? Kau lebih pucat dari tadi pagi," ujar Kagami sambil menyentuh dahi Kuroko.

"Tidak, aku baik-baik saja, Kagami-kun," jawab Kuroko, menepis tangan Kagami.

"Kalau begitu, kami pergi dulu, Tetsuya," ujar Akashi.

Kuroko mengangguk.

"Jaa nee, Kurokocchi," ujar Kise. "Mata ashita," ini Midorima. "Nyam..Jaa..Nyam..." yang ini Murasakibara. "Jaa, Tetsu," tentu saja ini Aomine. " Cepatlah membaik dan hati-hati di jalan, Kuroko," kalau tidak salah ini Kagami. Ya, meski Kisedai sangat perhatian pada Kuroko, tapi mereka tidak pernah menyatakan keperhatian mereka secara frontal seperti Kagami.

Setelah pintu ruang ganti tertutup, kini tinggalah Kuroko sendiri di sana. Dia segera mengeluarkan pakaiannya dari tas. Berupa sebuah kaus pendek warna biru muda, celana pendek warna putih, sepatu boot warna biru-keputihan, dan lain sebagainya. Setelah memakai semua itu, tak lupa dia juga memakai coat yang berwarna senada dengan sepatunya. Dikancing-well, bukan mengancing, karena coat itu pakai resleting, jadi-diresletingnya hingga menutup hampir seluruh tubuhnya, lalu Kuroko segera keluar dari ruangan itu.

Di tempat lain, restoran ramen dekat Teikou Gakuen…

"Hei, ini cuma perasaanku atau memang Kurokocchi itu sedang sakit?" tanya Kise tiba-tiba, saat ini dia dan kelima temannya sedang menunggu pesanan ramen.

"Yah, tadi waktu memeriksa dahinya, rasanya hangat," sahut Kagami.

"Dia memang sakit, tadi aku tidak sengaja melihat wajahnya agak memerah waktu latihan tadi," ujar Akashi.

"Mungkin dia tidak mengatakan yang sebenarnya karena takut membuat kita semua khawatir," komentar Midorima.

"Nyam….Nyam….," Murasakibara tampaknya tidak peduli.

"Yah, Tetsu itu kan memang kondisi tubuhnya lemah. Jadi, wajar kalau dia gampang sakit," ucap Aomine.

"Kalau memang sakit, kuharap dia cepat sembuh. Sebentar lagi kan ada pertandingan Seirin vs. Teikou," ujar Kagami.

"Sebenarnya dikatakan pertandingan Seirin vs. Teikou sepertinya tidak cocok. Kan sekarang Seirin dan Teikou berada di gedung yang sama," komentar Kise, yang sepertinya sudah merelakan jika dompetnya bakalan kosong setelah keluar dari restoran ramen ini.

"Iya, tapi Seirin dan Teikou jadi satu sekolah karena gedung sekolah Seirin hancur saat ada gempa besar waktu itu. Jadi, terpaksa murid-muridnya ditampung di Teikou Gakuen," Akashi menanggapi komentar Kise dengan tatapan 'Jangan pura-pura bodoh' yang sukses membuat Kise merinding tanpa sebab.

"Ah, ramennya datang," akhirnya Murasakibara angkat bicara saat dia melihat pelayanan restoran itu membawa 6 mangkuk ramen.

"Ittadakimasu~," ucap keenam orang beda warna rambut itu bersamaan. Lalu, segera memakan ramen masing-masing.

-Kuroko no Assassin-

Tokyo, Assassin's Base, Ruang Pertemuan…

"Jadi, apa yang akan kita lakukan dengan barang-barang ini, Juudaime?" tanya Sunners pada seseorang yang duduk di depannya, menunjuk barang-barang berupa bungkusan-bungkusan yang berukuran tidak terlalu besar yang ada di atas meja di hadapannya.

Ya, saat ini Sunners, Starrow, Kira, dan 2 orang rekan mereka yang sama-sama ada di ruangan itu sedang duduk mengitari meja persegi panjang yang ada di tengah-tengah. Yang ada di atas meja itu adalah barang-barang yang mereka dapatkan dari orang-orang yang Sunners, Strarrow, dan Kira temui tadi malam.

"Kita akan menggunakan barang-barang itu untuk melacak keberandaan Rakuzan. Menurutku, karena mereka terhubung dengan salah satu mafia yang ada di Italia, barang-barang ini akan cukup berguna untuk membantu kita," jawab Juudaime, seseorang yang ditanyai Sunners itu. Dia berambut coklat caramel, warna mata senada dengan warna rambutnya. Dia mengenakan pakaian santai, berupa kaus yang memiliki penutup kepala-alias hoodie- berwarna biru laut, didampingi dengan celana jeans biru dongker. Tinggi orang itu hampir sama dengan Kira.

"Tapi, kenapa harus menyuruh yakuza rendahan itu untuk membawakan kita barang-barang ini. Kan tinggal di-hack saja jaringan informasi mereka," protes Starrow.

"Meng-hack server mereka tidak mudah, butuh waktu lama untuk bisa memecahkan kode dan system keamanannya," sahut Kira, dia sedang bermain game Els**rd Japan di smartphone full-touchscreen modifikasinya.

"Kira benar, secanggih apapun peralatan di sini, menembus pertahanan Rakuzan itu sangat sulit," Juudaime membenarkan perkataan Kira.

"Cih!" Starrow mengumpat kesal. Juudaime hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Hei, herbivore, sampai kapan kau akan terus seperti ini?" ujar seseorang yang sedang berdiri menyandar di dinding di belakang Juudaime, menyilangkan tangan di depan dada, dan menatap sang Juudaime dengan tatapan 'Aku tidak suka ini'.

"Criloud, tolong.. Sabarlah sebentar lagi," sahut Juudaime.

-It's chance, chance, chance

-Let's begin

-Trans somebody with this

Terdengar suara sequel lagu UVERworld berjudul CHANCE! (salah satu lagu favorit author dan author jadiin nada dering sms di hp).

Sontak, semua orang menatap tempat asal suara itu, yaitu smartphone full-touchscreen Kira yang diletakkan di depan Kira sendiri. Dia sudah selesai bermain game-nya.

Kira yang saat itu malah tidur, seketika membuka mata, meraih smartphone-nya, lalu dibuka.

"Aozora, ada hacker, boleh aku pergi?" tanya Kira, setelah dia melihat sesuatu di layar smartphone-nya.

"Hn, boleh. Asal jangan lupa untuk memberikan laporan padaku," jawab Aozora, alias Juudaime. Yah, Aozora dan Juudaime orangnya sama. Dia dipanggil Juudaime karena dia adalah boss ke-10 dari mafia family terkuat di Italia. Jadi, yang memanggilnya 'Juudaime' adalah anggota family-nya. Sedangkan, Aozora adalah panggilannya di Assassin. Maka, yang memanggilnya 'Aozora' adalah para anggota Assassin yang tidak terlibat dengan family-nya, salah satunya Kira. (karena itu, mulai dari sini saya akan menyebut Juudaime dengan Aozora saja)

Kira pun segera berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Aozora memandang tajam Kira sampai dia menghilang di balik pintu. 'Kira…' gumamnya dalam hati. Matanya memancarkan sirat kekhawatiran.

"Ada apa Juudaime?" tanya Starrow. Dia menyadari kalau sedari tadi Aozora memperhatikan Kira.

"Ah, bukan apa-apa. Hanya saja… Aku merasa kalau ada yang aneh dengan Kira," jawab Aozora.

"Hm.. Mungkin yang kau maksud aneh adalah kondisinya tadi kan, herbivore?" tanya Criloud, masih berdiri menyandar dengan santainya.

"Hn, dia… kelihatannya sedang sakit," sahut Aozora, dia menggabungkan kedua telapak tangannya di depan wajahnya, sedang berpikir.

"Kalau Juudaime merasa demikian, berarti memang benar," ujar Starrow.

"Yah, intuisi hyper Juudaime kan memang selalu benar dan tepat," sahut seorang pemuda berambut hitam-kebiruan yang sedang duduk menyandar pada kursi dan menyilangkan tangannya di belakang kepala, serta memasang senyum riang khasnya.

"Rainblade benar, mungkin Kira memang sakit, dan penyebabnya mungkin karena dinginnya suhu yang sangat extreme tadi malam," Sunners membenarkan perkataan pemuda bersurai hitam-kebiruan tadi yang dipanggilnya Rainblade.

"Aku akan memeriksanya," ujar Aozora.

"Jangan, kau lupa kalau karnivore itu tidak suka diganggu jika dia sedang 'berperang'?" cegah Criloud, dia menyebut Kira karnivore mungkin karena mereka berdua sama-sama 'diam-diam menghanyutkan'.

"Ah, benar juga. Aku lupa. Terima kasih sudah mengingatkanku Criloud," balas Aozora tersenyum lembut pada Criloud.

"Hn," hanya itu jawaban Criloud, dia memalingkan wajahnya menjauhi tatapan Aozora, menyembunyikan sesuatu yang muncul di wajahnya. Melihat itu, Aozora hanya bisa tersenyum tipis.

"Oh, ya. Sebaiknya kita segera kembali ke Italia, Reborn-san sudah menunggu kita di sana," ujar Starrow.

"Kau benar, kalau begitu kita segera pergi saja. Urusan Kira akan kuserahkan pada yang lain saja," sahut Aozora.

"Hai/Hn," balas Strarrow, Sunners, Rainblade, dan Criloud bersamaan.

Mereka berlima pun meninggalkan ruangan itu, tak lupa, mereka juga membawa barang-barang di atas meja tadi.

-Kuroko no Assassin-

Tokyo, Assassin's Base, Ruang Komputer dan Kendali Utama, Core…

Kira sedang duduk sambil mengetik sesuatu di keyboard computer raksasa plus banyak di depannya. Tak lupa, dia mengemut permen loli rasa vanilla kesukaannya.

"Hm, virus? Hacker dengan keahlian virus ya," gumam Kira, bertanya pada dirinya sendiri.

Di layar computer raksasa di depannya ada kotak-kotak data-sepertinya-aplikasi yang terus-menerus muncul, diiringi dengan tulisan warna merah-hitam berbunyi 'Virus Detected'. Kira juga terus-menerus mengetik sesuatu pada sebuah kotak aplikasi berwarna putih dengan sangat cepat.

"Hacker ini hebat juga," gumam Kira lagi, masih mengetik.

Tiba-tiba muncul sebuah kotak aplikasi di computer yang lebih kecil dari computer tadi. Di kolom title aplikasi itu tertulis 'Chat'.

Kira melirik ke arah computer yang lebih kecil itu. Matanya menangkap sesuatu yang membuatnya bingung, heran, dan semacamnya.

Sesuatu itu adalah…

"Hai, Kira. Salam kenal, aku Hiro. Semoga kau suka dengan serangan virusku."

Ya, kalimat di atas adalah tulisan yang ada di dalam aplikasi 'Chat' itu. Di depan kalimat itu ada sebuah gambar kecil, semacam foto profil di Fa**bo*k.

"Dia menantangku, eh?" gumam Kira, dia sedikit terenyum menyeringai,"Menarik."

-Kuroko no Assassin-

Di suatu tempat di kawasan Ikebukuro, Tokyo…

"Boss, sepertinya Assassin sudah mulai bergerak," ujar seseorang.

"Hn," yang diajak bicara hanya menjawab dengan 2 huruf singkat itu.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya seseorang yang bertanya tadi.

"Kita lakukan sesuai rencana saja," jawab orang yang ditanyai itu.

"Hai," sahut seseorang itu, membungkuk memberi hormat pada orang di depannya. Lalu, pergi meninggalkan orang itu sendirian di ruangan besar dan gelap-remang-remang itu.

"Assassin, ya. Sebaiknya aku pergi ke tempat itu dulu," gumam orang yang ditinggal itu. Lalu, juga pergi mengosongkan ruangan tersebut.

"Kuharap kalian suka dengan kejutan kami, Assassin," gumamnya lagi sembari menutup pintu ruangan itu.


To Be Continued See you in the next chapter

Salam,

Yurisa Iru