Disclaimer : I don't own Naruto
Butterfly Tears
NARUTO merasakan pipinya di cubit, kemudian di kecup.
"Baaaa.. Kamu pasti Naruto kan?" tanya seorang wanita bergaun biru lembut yang baru saja memberikan ciuman kecil di pipi gembulnya.
Anak kecil berusia 3 tahun itu mengangguk, kemudian tersenyum manis.
"Iyah, tante. Aku Naluto." ucapnya dengan aksen cadel yang terdengar lucu di telinga wanita itu.
Wanita itu tersenyum. "Naluto atau Naruto?" tanyanya lagi.
Naruto kecil berpikir sebentar, membuat dirinya tampak semakin menggemaskan. "Naru.. to?"
"Anak pintar. Di mana ayah dan ibu?" tanyanya sambil mengelus rambut Naruto pelan.
Naruto membolakan matanya. "Ayah sedang menemani ibu di toilet. Aku sendili mau cali makan tante." terangnya sambil mengelus perutnya yang terasa lapar.
Wanita itu tersenyum lagi, kemudian mengangguk. "Baiklah. Tante pergi mencari mama dan papa dulu ya? Naruto jangan pergi ke mana-mana. Banyak orang di ruangan ini, nanti Naruto tersesat. Oke?"
Naruto mengangguk.
Ia akhirnya melayangkan tatapannya ke arah makanan yang telah tersaji di atas meja makan. Ada ayam goreng, ikan, dan saos sambal. Puding, buah, lalu..
Tatapan Naruto seolah terkunci kala matanya tanpa sengaja bertumbukan dengan seorang anak kecil seusianya yang sedang duduk dengan manis di atas kursinya. Di sebelah kirinya ada sebuah gaun berwarna putih. Dan di pelukannya, ada sebuah papan tulis kecil berwarna pink.
Anak kecil itu terlihat menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari seseorang. Naruto yakin, sedetik lagi anak kecil itu pasti menangis.
Naruto mencibir dalam hatinya. Ia paling sebal kalau harus berurusan dengan anak cengeng, apalagi perempuan. Pasti bakal teriak-teriak ga karuan.
Benar saja, tak lama kemudian, wajah anak kecil itu terlihat memerah. Bahunya terlihat bergetar dan air mata hampir menetes dari pelupuk matanya.
Ia jadi merasa tidak enak. Ternyata dugaannya salah. Anak kecil itu tidak menangis meraung-raung seperti yang sering di lakukan tetangganya. Anak kecil itu justru terlihat berusaha menahan tangisannya. Uh, hilang sudah nafsu makan Naruto kalau begini.
Dalam hati ia menggerutu. Sebenarnya ke mana sih mama nya anak itu? Di tengah pesta yang begini sesak dengan para orang dewasa, mana mungkin anak kecil itu di perhatikan?
Naruto menghembuskan nafasnya. Oke, ia harus menghibur anak itu.
"Permisi om, permisi tante.." ucapnya sambil berusaha berjalan melewati para manusia dewasa yang menutupi jalannya.
Naruto akhirnya berjalan mendekati anak itu. Di lihatnya anak itu sekarang sesungukan sambil menutup wajahnya dengan tangan.
"Adik kecil.. Kenapa menangis?" tanya Naruto sambil mengusap rambut anak itu dengan lembut.
Anak perempuan itu tersentak, kemudian bergeser menjauhi Naruto. "Si apa?.." tanyanya di tengah isak tangisnya.
Naruto tersenyum lembut.
"Aku pangeran." ucapnya spontan.
Anak itu terlihat terkejut, namun air matanya mulai berhenti mengalir.
"Benalkah? Apa kamu pangelan yang seling di sebut mama?" tanyanya ragu.
Naruto mengangguk, kemudian meraih jemari kecil anak itu.
Spontan anak kecil itu mendongak, menatap Naruto tepat di manik matanya. Narutopun menunduk, ikut menatap anak kecil itu dengan lembut.
Saat itulah sebuah suara jepretan kamera terdengar samar di telinganya.
Klik!
- - - - - - - - - - x x x - - - - - - - - - -
