PANDANGAN REALIS

.

.

Angin berhembus merdu di mana-mana.

Rumput menunjukkan kharismanya.

Bunga bermekaran dengan indahnya.

Angin bergelombang sesuai irama.

Namun waktu pun berlalu.

Angin tak lagi berhembus merdu.

Bunga dan rumput menjadi layu.

Air dan tanah berbau satu.

Derap-derup senjata terkukung,

dalam cengkeraman Garuda bertahtakan Bhinnneka Tunggal Ika.

Seluruh jiwa merasakan kesedihannya.

Atma dunia meneriakkan suara sengsara.

Walau mempertaruhkan jiwa dan raga,

dalam mempertahankan kehormatan bangsa.

Indonesia, oh, Indonesia.

Kemegahan negerimu berbalut budaya,

dalam bungkusan adat dan agama.

Keindahan negerimu senada dalam etika bertutur sapa,

tersaji dalam keramah-tamahan yang mendunia.

Rajutkan olehmu, wahai generasi,

nilai-nilai budaya yang terkikis masa.

Semua kembali senantiasa.

Seperti indahnya dulu kala.

Tiada tangisan,

cacian,

makian...

.

Indonesia berjaya!

.

.


Disclaimer : Hidekaz Himaruya

Warning : OC!human-no-name nyempil, OC!Male!Indonesia, dan singkat-padat-tidakjelas.


.

Indonesia tersenyum kecil, kembali menutup surat di tangannya dan meletakkan benda itu di atas meja kerja. Ia kemudian berdiri dari kursi, membalikkan badan dan langsung bersua dengan mentari pagi yang menembus kaca.

Sebuah kiriman tanpa nama, tergeletak begitu saja di depan pintu rumah dalam keadaan basah—akibat hujan tadi malam. Namun ia tahu atas dasar apa puisi itu dikirimkan.

Senyum lembut kembali terkulum di wajah tampan personifikasi negara Indonesia.

.

Tangis haru menggema. Ia berhasil!

Piala tergenggam erat di tangannya, ia yang akan melanjutkan membawa nama daerahnya ke luar sana!

.


Dua kalimat terakhir itu atas pengalaman salah seorang teman saya. Semoga kamu berhasil pada tahap selanjutnya, Jannah :)

Mind to review?

103013