Aku sadar, bagaimapun kerasnya aku berusaha, aku tidak bisa menggantikan posisinya di hatimu. Banyak hari yang kita lewati bersama, namun aku tetap tidak bisa menggapaimu. Ini ceritaku, aku mencintai saudaraku, namun dia mencintai gadis lain.

.

.

GUNDAM SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yoshiyuki Tomino, Hajime Yatate © SUNRISE

Warning : OOC, Typos, GaJe, dsb.

.

.

Chapter 1 : Aku Cagalli Yula Athha

.

.

Cagalli POV

Hari minggu, hari yang membuat rasa malasku meningkat tajam. Saat ini, dihari minggu, aku hanya berbaring di atas single bed ini.

"Sudah berapa tahun aku tinggal di bawah atap ini?"

Aku merenung, seraya menatap langit-langit kamar ini. Aku mencoba mengingat, sudah berapa tahun aku diadopsi keluarga Yamato? Hm, itu sudah 3 tahun berlalu. 3 tahun berlalu sejak insiden maut yang merenggut ayahku, satu-satunya keluarga yang aku miliki.

Sakit, sangat terasa sakit saat aku ingat kerjadian naas itu. Aku duduk dibangku SMP, terpatnya kelas 9 saat tragedy tersebut terjadi. Ayahku, Uzumi Nara Athha meninggal pada sebuah kecelakaan mobil. Beliau yang saat itu menggunakan mobil hitamnya kehilangan kendali karena rem blong, dan menabrak sebuah truk bermuatan batu.

Tanpa aku sadari, air mataku seketika menetes.

'Kami-sama .. Kenapa saat itu aku meminta beliau datang ke acara perpisahan sekolahku? Jika aku tidak memaksanya untuk datang, mungkin beliau masih di sampingku sekarang. Gomen.. Tou-san..'

.

.

.

"Cagalli! Waktunya makan!"

Aku mendengar suara Kira dari lantai bawah. Kira adalah saudaraku sekarang, tepatnya ia menjadi kakak laki-laki yang berbeda satu tahun denganku.

Saat ini, aku hidup dengan keluarga Yamato. Caridad Yamato, dia adalah sekretaris Tou-san saat itu. Beliau segera mengadopsiku ketika tahu bahwa aku hanya sebatang kara. Beliau ibu yang sangat baik, walau aku anak angkatnya, dia menaruh perhatian lebih terhadapku dibanding pada putra semata wayangnya –Kira.

"Aku akan segera turun, Kira!" Aku menjawab panggilan Kira dengan berteriak.

Bicara soal Kira Yamato, dia adalah kakak kelasku di ORB High School. Dia pria baik hati, sopan, tampan, pintar, dan sangat berkharisma. Tanya saja namanya pada gadis di OHS, maka semua akan menjawab "Oh, Prince Of OHS?" Yup, dia mendapat julukan pangeran di sekolah kami.

Aku sangat mengaguminya, menyayanginya, bahkan mungkin mencintainya. 3 tahun tinggal bersamanya membuat aku semakin kagum akannya. Dia sangat mandiri, dewasa, dan begitu mencintai ibunya. Apa hal negative pada dirinya? Aku belum menemukannya. Dia sangat sempurna, bahkan dengan didampingi Princess Of OHS, dia semakin sempurna tanpa cacat.

Jika ada murid pria THS yang bertanya siapa Princess Of OHS? Itu konyol. Semua tahu akan dirinya, Lacus Clyne, cantik, anggun, ramah, pintar dan dari keluarga terpandang. Jangan lupa akan satu fakta penting, dia adalah pacar dari Prince Of OHS –Kira.

Naas, tragis, atau kalian menyebutnya apa, aku tidak peduli. Aku tidak peduli bagaimana kalian menilai cerita cintaku pada seorang pria yang merupakan saudara dan telah memiliki kekasih yang sangat sempurna. Aku tidak bisa berhenti menyukainya, aku tidak bisa berhenti berharap bahwa ia berbalik dan melihatku. Sungguh akan menjadi sebuah keajaiban, jika Kira melihatku sebagai seorang gadis yang mencintainya. Karena selama ini, ia melihatku sebagai adiknya.

Mari sejenak lupakan tentang Kira, aku harus segera turun ke bawah sehingga tidak membuat Ibu dan Kira menunggu.

.

.

.

Yamato's Home

03.00 Sore hari

Hari ini, aku duduk santai di depan TV, Ibu –Caridad Yamato- sedang pergi keluar untuk berbelanja kebutuhan pokok yang mulai menipis dikarnakan ini akhir bulan. Sudah menjadi kebiasaan ibu, untuk berbelanja kebutuhan pokok sebulan dua kali. Hitungannya selalu tepat, persediaan pasti habis ditengah bulan dan akhir bulan.

"Cagalli, hari ini kau ada rencana ke luar?"

Kira duduk di sofa, tepat di sampingku. Ini pukul 03.00 sore, aku selalu menghabiskan waktu dengan menonton TV saat jam seperti ini, dihari minggu. Tentu saja ada alasan tersendiri, pada pukul tiga sore, kartun favorite-ku ditanyangkan.

"Tom & Jerry? Kau sudah 17 tahun, Cagalli!" Kira mengacak rambutku, aku hanya tetap terfokus pada Tom yang sedang mengejar Jerry.

"Apa salahnya? Aku menyukainya, cukup dengan alasan itu, aku akan tetap menontonnya. Aku tidak peduli apa yang orang lain katakan, termasuk perkataanmu."

Aku terkejut pada apa yang aku katakan. Apa yang aku katakan, sungguh berlaku pula untuk perasaan yang aku rasakan padanya.

'aku menyukaimu, cukup dengan alasan itu aku akan tetap mencintaimu. Aku akan tetap mencintaimu tanpa peduli apa yang orang lain katakan, termasuk bagaimana nantinya responmu setelah kau mengetahuinya.'

"Kau selalu saja ketus padaku. Aku bukan kakak yang baikkah untukmu?"

Kira merangkulku, lalu memaksaku menatapnya dengan mengalihkan wajahku dari depan ke kanan –tepat ke depan wajahnya.

Kami saling menatap, walau jantungku sangat berdetak cepat dan tak kuasa untuk terus menatapnya, aku tidak ingin ia curiga, jadi aku tetap menatapnya dan berdoa agar tidak ada sembulat merah yang muncul pada wajahku.

"Katakan, apa aku kakak yang baik untukmu?"

Dia merangkul leherku dan semakin mendekatkan wajahku padanya hingga hidung kami hampir bersentuhan. Ada hal lain yang ia lakukan, dengan tangan kanannya ia mengusap pipiku dengan pelan. Dia selalu menggodaku, dia selalu membuat jantungku hampir meledak seperti ini. Aku pikir dia menaruh rasa pula padaku, tapi sedekat apapun kami, seintim apapun posisi kami, dia tidak pernah memerah. Hanya aku, hanya aku yang selalu memerah atas perlakuannya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, Kira?"

Aku tidak pernah melawan, aku hanya menerima perlakuannya dan … menikmatinya?

"Aku ingin menjadi kakak yang baik untukmu."

Kira sedikit maju, namun 'sedikit' itu menghapus semua jarak diantara hidung kami. Kini hidung kami bersentuhan, tangan yang merangkulku kini berada di pipiku sama seperti tangan kanannya. Aku pastikan, saat ini sembulat merah telah muncul padaku. Kira menutup matanya, menempelkan keningnya pada keningku.

Seperti ini lagi, Kira menunjukan ekspresi yang sulit aku baca. Seperti lelah? Namun bukan lelah secara fisik.

'apa yang kau sembunyikan, Kira?'

"Aku ingin menjadi kakak yang baik, Cagalli.."

Dia mengulang kalimat yang sama seperti tadi, dia mengulangnya lagi dengan berbisik. Hatiku teriris, 'apa aku menjadi bebanmu, Kira? Kau selama ini adalah kakak yang baik.. kau selalu bertanggung jawab dan menjagaku. Kau selalu ada saat aku membutuhkanmu. Kau selalu memilih untuk menghabiskan liburanmu dengan keluarga –aku & ibu- daripada dengan pacarmu. Kau sungguh baik, Kira.. jangan bertanya seperti itu!'

Aku ingin mengucapkan semuanya, aku ingin mengatakan apa yang aku pikirkan. Tapi sungguh sulit, saat sesak mulai aku rasa dan pandanganku menjadi kabur.

"Kau tidak menjawabnya.."

Dia tersenyum sedih, lalu memelukku.

"Kau kakak yang baik!"

Akhirnya aku berhasil mengatakannya, aku berhasil. Aku ingin kalimat itu bisa menghapus rasa sedihnya, menghapus beban yang ia pikirkan. Namun, dia semakin memelukku erat dan berkata…

"Aku bukan kakak yang baik.."

Untuk yang kedua kalinya, aku mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya. Di festival kembang api tahun lalu, dia mengatakan hal yang sama. Perasaan sedih, sampai di hatiku saat ia menunjukan bagaimana ekspresinya ketika mengatakan kalimat tersebut.. dihari festival kembang api. Hari ia jadian dengan Lacus Clyne.

.

.

.

'Baik' bagimu itu seperti apa, Kira? 'Baik' bagimu seperti apa, jika 'baik' bagiku telah kau dapatkan dan kau tidak mengakuinya.

'Baik' bagimu seperti apa? Tolong jawab pertanyaanku ini…

.

.

Atau…

.

.

Apa yang terjadi hingga kau berkata kau bukan kakak yang baik?

.

.

TBC

Ini Fanfic Ren persembahkan buat Nee-chan tersanyang yang pengen KiCag -walaupun mungkin ga bakalan KiCag endingnya- N' Buat Popcaga juga yang pengen KiCag :)

semoga dapat menghibur kalian.