dangerouSHIRO present :

"Maple Love Story"

All chara own by SMent

This fanfic using MALExMALE story

You can find alot of TYPO here!

So, if you DON'T LIKE that thing…

Make it simple!

DON'T READ my fanfic!

I DON'T NEED FLAMER OR BASHING!

( ¯ _ ¯!)

And if you don't like all pairing in this story,

Just GO AWAY!

XOXOX

SM Senior High-School adalah salah satu sekolah khusus namja terkenal yang pernah ada di Korea. Kedisiplinan dan berbagai macam prestasi yang telah didapat oleh sekolah itu, membuatnya menjadi sekolah bergengsi dan patut diperhitungkan keeksistensiannya. Lee Soo-man, sang pemilik sekolah merangkap sebagai kepala sekolah itu memang terkenal bertangan dan berhati dingin. Salah satu peraturan yang menjadi tradisi kuat disekolah itu adalah, para muridnya tidak diperbolehkan mengenal atau merasakan apa yang namanya cinta. Terdengar kejam, tapi itulah tradisi yang ada disekolah itu. Tradisi kejam yang dibuat oleh Lee Soo-man sendiri, hingga tak ada yang berani menentang ataupun melanggar.

SM Senior High-School mewajibkan seluruh siswanya untuk tinggal dan menetap disekolah. Jadi jangan heran jika sekolah yang luasnya hampir berhektar-hektar itu mempunyai fasilitas asrama atau dorm. Semua siswa yang berjumlah ratusan, atau mungkin ribuan itu tinggal di dorm yang disediakan oleh pihak sekolah, yang terletak dibagian belakang dan berjarak beberapa meter dari gedung sekolah.

SM Senior High-School dikenal sebagai sekolah yang keras, sekali saja siswa dari sekolah itu melanggar aturan dan didepak keluar dari sana, tak akan ada yang bisa menjamin masa depannya. Anak itu akan diusir tanpa dipandang oleh sang kepala sekolah, salah satu cara pengusiran yang paling hina. Tak sampai situ saja, siswa yang sudah diusir dari SM Senior High-School akan sulit mendapatkan pekerjaan atau mendaftar disekolah lain. Ingat? SM Senior High-School adalah salah satu sekolah terkenal yang paling kuat pengaruhnya di Korea.

Namun...

Kisah SM Senior High-School yang tak mengizinkan siswanya mengenal atau merasakan cinta, akan segera berubah. Ya, angin dingin tanpa kehangatan yang biasa berhembus disekolah itu akan segera pergi. Digantikan oleh angin lain yang membuat semuanya tertawa dan merasa hangat, serta diliputi rasa bahagia yang tak dapat dirasakan oleh siapapun.

Dan kali ini?

Kalian, yang menjadi saksi perubahan angin dingin itu...

XOXOX

Stasiun Gwanghwamun (Seoul), 2009. 07.30pm...

Salah satu kereta malam yang baru tiba distasiun terbesar di kota Seoul yaitu stasiun Gwanghwmun, tampak lengang dengan penumpang. Hanya terlihat segelintir orang yang beranjak turun dari dalam kereta itu, seperti pemuda yang kini tengah menatap sekelilingnya dengan pandangan takjub. Pemuda yang tampaknya tak pernah menginjakkan kakinya di ibu kota negaranya sendiri, Seoul.

"Aish! SHIM CHANGMIN, KENAPA KAU BERHENTI DIDEPAN PINTU KERETA?" terdengar teriakan seseorang yang memprotes tindakan pemuda itu-yang tengah berdiri didepan pintu keluar kereta dengan seenak hati-, namun nampaknya pemuda bernama Shim Changmin itu tak perduli. Manik kelam dimatanya masih saja memandang takjub sekelilingnya, hingga membuat pemuda lain yang ada dibelakangnya berdecak jengkel. "Kau mau menyingkir atau kau lebih memilih ditendang?"

Changmin- begitu sang pemuda dipanggil- akhirnya menolehkan kepalanya malas, menatap pemuda yang tampaknya lebih tua beberapa tahun darinya. "Kangin-hyung tidak seru! Ini pertama kalinya kita ada di Seoul, jadi tak apa-apa kan kalau aku sedikit kelewat senang..."

Kangin menaikan satu alisnya ketika mendengar ucapan Changmin, "kalau artian lain dari kata sedikit-keleawat-bahagia itu diganti dengan kata norak, sepertinya lebih pas!" tutur Kangin, yang langsung mendapatkan tinjuan dibahunya. Changmin kembali pada kegiatannya, mengagumi apa yang ia lihat di stasiun itu. Pemuda bertubuh kelewat tinggi itu melangkahkan kaki-kaki jenjangnya sambil bersenandung, manik kelam dimatanya sesekali bersinar tatkala ia melihat sesuatu yang asing. Maklum, dikampung halamannya tak ada benda-benda bertekhnologi tinggi seperti di Seoul. Tapi bukan berarti kampung halamannya itu adalah kampung tertinggal yang kehidupannya mengenaskan, kampung halaman Changmin bisa dibilang cukup maju.

Kembali pada pemuda tinggi itu, kini ia sedang duduk disalah satu bangku tunggu yang ada di stasiun sembari menunggu Kangin. Senyuman tampak tak pernah lepas dari wajah Changmin, walaupun kini sosoknya tengah terduduk sambil memejamkan mata. Ya, Changmin merasa dengan datangnya ia ke kota Seoul adalah suatu permulaan yang bagus untuknya. Ditambah lagi dengan surat panggilan dari salah satu sekolah yang merupakan sekolah terkenal dan termahal di kota ini- yang memanggilnya untuk menjadi salah satu siswa disana karena ia mendapatkan beasiswa tahunan dari sekolah itu, membuat Changmin merasa semuanya akan berjalan dengan sangat baik.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau senyum-senyum sendiri? Kau membuatku takut, Shim Changmin! Hentikan senyuman pembawa petakamu itu. Aku tidak ingin sial dihari pertamaku di Seoul." Kangin berujar sambil merapikan barang-barangnya lalu duduk tepat disamping Changmin yang masih saja memejamkan matanya- dan jangan lupakan ia masih memasang senyuman diwajahnya.

"Hyung, aku merasa semua ini seperti mimpi..."

"Mimpi? Kau bicara apa sih? Jelas-jelas ini kenyataan Changmin. Kita dipanggil oleh pihak SM Senior High-School untuk bersekolah disana, apanya yang mimpi?" jawab Kangin.

Changmin akhirnya membuka kedua kelopak matanya yang sedari tadi terpejam, lalu beralih menatap Kangin. "Kau memang tak berperasaan hyung-ah! Masa kau tidak merasakan seseuatu yang hebat, atau perasaan bahagia atau apalah didalam hatimu!"

"Perasaan apa? Aku tidak merasakan apa-apa Changmin-ah. Lagipula, kita datang kesini untuk sekolah dan bukan untuk bermain-main! Kita disini karena beasiswa itu, jadi..." Changmin menatap Kangin malas, membuat pemuda bertubuh besar itu diam tanpa menyelesaikan kata-katanya. "...jadi kita tak boleh macam-macam disini kan hyung? Kau sudah menegucapkan kata-kata itu sebelum kita berangkat kesini. Ayolah hyung-ah, kau sudah kuanggap seperti hyungku sendiri. Mengertilah jiwa mudaku ini!"

Kangin memukul belakang kepala Changmin dengan sepenuh hati mendengar kata-kata dari dongsaengnya itu. "Tetap saja, kau harus ingat kalau sekolah itu tak bisa kau jadikan mainan. Sekali kau melanggar peraturan, kau akan diusir dengan tidak terhormat! Kalau kau menyepelekan sekolah itu, aku yakin masa depanmu akan suram." Kangin tertawa sinis sambil beranjak dari tempatnya duduk, meninggalkan Changmin yang tengah menggerutu sendirian.

"Aish! Hyung-ah, tega sekali kau memukulku dan bicara seperti itu! Dan hei hyung...TUNGGU AKU! AKU TIDAK TAHU JALANAN KOTA SEOUL!"

XOXOX

Changmin dan Kangin terlihat sedang menunggu bus disebuah halte, mereka menunggu bus yang akan mengantar mereka ke SM Senior High-School dengan wajah tidak sabar juga lelah. Setelah penantian yang cukup panjang bagai ratusan tahun-bagi Changmin-, akhirnya bus yang mereka tunggu-tunggu pun datang. Segera saja Changmin dengan brutalnya naik kedalam bus tanpa memperdulikan gerutuan Kangin yang ditujukan padanya. Setelah Kangin naik, sang supir bus pun bersiap meninggalkan halte. Bus pun melaju dengan perlahan, namun Changmin mendengar sebuah teriakan serta ketukan dibadan bus. Changmin segera menolehkan kepalanya, mencoba memastikan darimana asal suara ketukan dan teriakan itu.

Dan Changmin sukses membelalakan matanya ketika ia melihat sosok seorang pemuda yang tengah berlari disamping bus sambil mengetuk-ngetuk badan bus. Changmin pun berteriak pada sang supir untuk menghentikan busnya. Mendengar teriakan Changmin, sang supir dengan refleks sang supir menghentikan laju busnya. Sang supir menoleh kearah belakang, matanya menatap Changmin kesal. "Waeyo gurae?" tanya sang supir.

Changmin segera membuka pintu bus, dan mendesah lega karena pemuda yang sedari tadi mengejar bus itu baik-baik saja. Kecuali nafas pemuda itu yang tinggal satu-satu, akibat dari mengejar bus. "Gwenchanayo?" tanya Changmin pada pemuda berperawakan kecil dengan kepala yang terbilang besar dan bermata sipit itu. Pemuda itu menengadahkan wajahnya untuk menatap Changmin, ia pun mengangkat salah satu tangannya untuk menjawab pertanyaan Changmin.

"Kemarikan tanganmu, tampaknya kau kacau sekali." Perintah Changmin seraya mengulurkan tangannya. Pemuda itu pun tanpa pikir dua kali meraih uluran tangan Changmin, dan segera naik kedalam bus. Setelah pemuda itu naik dan mengambil tempat duduk tak jauh dari tempat duduknya dan Kangin, Changmin berteriak lagi pada sang supir yang tampaknya sudah jengkel akibat ulah Changmin yang seenaknya. "Ahjusshi, ayo jalan lagi~!"

"Dasar anak muda! Seenaknya saja dia..." gerutu sang supir sambil menjalankan busnya kembali.

Kini Changmin kembali duduk dibangkunya bersama Kangin, manik kelam dimatanya masih saja memandangi panorama malam kota Seoul dengan kagum. Sesekali decakan serta siulan kecil terdengar dari bibirnya, "aigooo...hyung-ah! Indah sekali ya?" kata Changmin pada Kangin yang duduk disebelahnya. Namun bukan jawaban yang ia dapatkan, tapi hanya gumaman tak jelas dari Kangin. Changmin pun menoleh dan memandang sosok Kangin dengan kesal, bayangkan saja...Changmin sedari tadi mengoceh pada Kangin, tapi sosok Kangin sendiri malah sudah terlelap dengan damainya. Sungguh ingin rasanya mendepak sosok besar jelmaan rakun itu.

"Uuummm...annyeong hasimnikka."

Changmin menolehkan kepalanya, dan tampaklah sosok pemuda berkepala besar yang tadi sempat ia tolong-jika memang tindakannya itu disebut pertolongan. Changmin tersenyum kaku, "Ah, annyeong. Ada apa ya?"

"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Karena kau tadi menghentikan busnya untukku, kalau kau tidak menghentikan bus ini...aku tak tahu akan jadi apa ketika aku datang terlambat ke SM Senior High-School. Sekali lagi, jeongmal gomawo." Kata pemuda itu dengan aksen yang sangat aneh didengan oleh Changmin. Changmin sendiri hanya senyum-senyum salah tingkah, dalam pikirannya pemuda berkepala besar itu terlalu berlebihan. Dirinya kan Cuma menghentikan bus saja, masa iya sampai sebegitunya. Pikir Changmin.

"Ah, tidak apa-apa kok. Aku senang bisa membantu..."

Pemuda itu tersenyum, membuat wajahnya terlihat tampan namun cantik disaat yang bersamaan. "Naneun Kim Jong Woon imnida, bangapsemunida!"

"Ah, ne! Shim Changmin iminda, bangaptta..." balas Changmin dengan seulas senyum.

"Tapi kau bisa panggil aku Yesung, aku lebih dikenal dengan nama itu. Lalu...siapa yang ada disampingmu itu? Apa dia temanmu?" tanya Yesung. Changmin mengangguk, "ne! Namja ini teman-ah, bukan! Namja ini sudah aku anggap seperti hyungku sendiri. Namanya Kim Young Woon, tapi dia biasa dipanggil Kangin."

"..."

"kalau dipikir-pikir, namamu dan Kangin-hyung mirip ya." Kata Changmin disertai tawa. Mendengar Changmin tertawa, Yesung pun ikut tertawa. Setelahnya, keheningan muncul diantara mereka. Sampai Changmin teringat sesuatu, "ummm...tadi kau bilang kalau kau mau ke SM Senior High-School kan? Apa kau murid baru?"

Yesung mengangguk, "aku memang murid disana, tapi aku sudah kelas tiga. Memang kenapa? Jangan-jangan kau murid baru ya?"

"AIGOOO...kau lebih tua daripada aku?"

"Begitulah..." jawab Yesung dengan senyuman yang misterius. Changmin pun akhirnya menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama Yesung sampai bus yang ia tumpangi berhenti ditempat tujuannya. SM Senior High-School...

T B C

Yak! Saya ngebuat fanfic lagi... (ˆ o ˆ)/

Fanfic yang terinspirasi dari salah satu film bollywood, kalo ga salah judulnya

"Mohabattien"

Rada aneh sih tuh film dirombak jadi fic K-pop.

Tapi bakalan saya coba buat storyline yang lebih bagus lagi.

*doakan*

Lol

Baiklah, tanpa banyak babibu lagi...

Mind to leave me some review?

But please...BE KIND!