Saling membenci, saling mengejek, saling mengerjai. Tapi mereka tidak lupa untuk tetap saling memiliki."Dasar rusa China jelek!"/"Daripada kau! Albino pucat kekurangan pigmen kulit!"/"Le-lepaskan, idiot!"/"Apanya? Seragammu?"

-LOVELY HATE-

One-shot

GENDERSWITCH

T+

Like always, HUNHAN as main pair!

Sehun EXO is EXO-L's

Oh Sehun is Whirlwind's / Lu Han is Lufan's

Sehunnie is Luhan's / Luhannie is Sehun's

Warning! Typo(s) are detected! Be careful!

"Oh! Kau sudah datang rusa jelek?", tanya seorang lelaki berkulit putih pucat lengkap dengan nada mengejek. Sementara seorang gadis, yang baru saja di panggil 'rusa jelek' oleh lelaki itu hanya memutar bola mata malas. Ia baru saja masuk kelas, dan lelaki itu sudah ingin memulai pertengkaran mereka hari ini.

BUGH!

"Aku sudah datang, kenapa masih bertanya? Matamu buta ya?" Si gadis membalas dengan kata-kata pedas khasnya. Tidak lupa memberikan sapaan selamat pagi melalui pukulan buku fisikanya yang tebal di bahu lelaki itu. Melihat si lelaki kesakitan, si gadis berambut coklat sebahu itu meleletkan lidah puas. Selanjutnya ia berjalan menuju kursinya di pojok belakang di dekat jendela yang menyuguhkan pemandangan lapangan sepak bola dan pepohonan yang berjejer rapi. Bangku favoritnya yang terkadang menjadi bangku rebutannya dengan seseorang-

"Sekarang giliranku duduk disitu! Minggir!"

Seseorang bertubuh tinggi dan berkulit putih pucat yang super menyebalkan!

"Aku yang lebih dulu duduk disini!"

"Ya! Kau tidak tahu jika sekarang waktunya olahraga sepak bola putri? Aku harus mencuci mataku dengan melihat gadis-gadis itu lari di lapangan!"

"Menurutmu aku perduli?"

Si gadis melengos, membuka jas sekolahnya dan meletakannya di sandaran kursi. Masih pagi dan tubuhnya sudah berkeringat. Salahkan sang ibu yang tidak membangunkannya pagi ini, atau si ibu sudah membangunkan tapi tidak ia dengarkan. Entahlah! Yang jelas ia harus berlarian mengejar bus yang sialnya padat minta ampun, berdiri di dalam bis, dan menjadi sial berkali lipat karena ia harus mendekap buku fisika yang tebalnya tidak main-main.

"Dasar rusa China jelek!"

"Daripada kau! Albino Idiot kekurangan pigmen kulit!"

"Ya! Panggilan macam apa itu?"

"Panggilan sayang-ku yang baru. Bagus kan? Aku memikirkannya semalam. Kkkkkkkk!"

"Jadi semalam kau memikirkanku? Ah aku jadi terharu!"

"Cih! Lihat ada jendela terbuka!"

"Lalu?"

"Terjunlah ke bawah agar otakmu bisa lebih waras sedikit!"

Oh Sehun dan Lu Han, dua siswa-siswi yang ditakdirkan untuk menjadi sepasang musuh bebuyutan sejak awal memasuki bangku sekolah menengah atas. Sebenarnya tidak ada hal yang perlu dijadikan sebagai alasan permusuhan karena keduanya sangatlah berbeda. Dari segi sifat, Sehun si lelaki dingin dan Luhan si gadis yang cerewet minta ampun. Lalu dari segi kemampuan, Luhan adalah gadis pintar yang karena kepintarannya itu ia bisa menjadi salah satu siswi pertukaran pelajar dari China. Ya, Luhan dari China. Karena itulah namanya sedikit berbeda dibandingkan nama Korea. Sedangkan Sehun, ia memang tidak bodoh tetapi harus puas dengan peringkat enam belas dari tiga puluh dua siswa. Tapi sisi baiknya, ia pintar di bidang olahraga dan berhasil menyabet gelar juara di tournament basket bersama satu timnya.

Keduanya tidak pernah akur, selalu ada saja bahan yang dijadikan topik untuk memulai pertengkaran mereka. Bahkan benda sekecil karet penghapus-pun, sudah pernah menjadi topik yang berujung pada keributan yang memekakkan telinga.

Tiga puluh siswa yang lain sudah hafal dengan kedua pasangan yang kompak dalam memperdebatkan sesuatu itu. Namun yang membuat mereka heran adalah, bagaimana mungkin Oh Sehun yang memiliki kadar bicara yang sangat pelit menjadi tidak kalah cerewet dengan Luhan jika berhubungan dengan gadis itu. Awalnya mereka tidak pernah mendengar Sehun mengumpat, Sehun cenderung menyimpan amarahnya dalam tatapan dingin yang menyeramkan. Tetapi, sekarang teman-temannya tidak heran lagi dengan hal itu. Dan walaupun Sehun mengumpat atau bicara sepanjang gerbong kereta, itu pasti karena ada Luhan yang menjadi partner berbicaranya. Sekedar informasi, Sehun tetap menjadi si dingin jika berbicara dengan orang lain kecuali Luhan.

Tidak ada yang tahu pasti apa hubungan diantara Sehun dan Luhan. Musuh? Kenapa mereka harus bermusuhan? Bersaing mendapat nilai bagus? Tentu Luhan yang menjadi juaranya. Bersaing mendapatkan seseorang? Jelas tidak mungkin! Kecuali jika keduanya adalah sama-sama lelaki yang memperebutkan seorang gadis. Sayangnya, Luhan adalah gadis juga.

Saling membenci, saling mengejek, dan saling mengerjai. Adalah kegiatan yang tidak pernah absen dari dua manusia berbeda gender itu. Tidak sedikit yang berpikiran bahwa Sehun dan Luhan akan saling jatuh cinta suatu saat nanti. Benci jadi cinta. Sebuah kalimat klise tetapi sangat mungkin bagi pasangan musuh paling berisik itu. Tidak ada yang tahu, bukan?

Mungkin saja ada campur tangan takdir didalamnya.

"Kau menyembunyikan ponselku?"

Seringaian bodoh menjadi jawaban Sehun atas pertanyaannya.

"Ya! Rusa jelek! Katakan dimana ponselku?!"

Bukan Luhan namanya jika terpengaruh oleh nada tinggi Sehun. Diperlihatkannya wajah polos andalannya, yang terbukti ampuh untuk merajuk pada gurunya karena terlambat masuk kelas, namun bagi Sehun terlihat sebagai bualan menyebalkan.

"Aku tidak tahu, albino!"

"Kau fikir aku percaya?"

"Kau fikir aku bohong? Kalau tidak percaya cari saja di tasku! Bye! Aku lapar!"

Luhan beranjak menuju kantin dan membiarkan Sehun mengeluarkan isi tas Luhan tanpa cela. Tapi tetap tidak ia temukan benda yang Sehun cari itu.

"Dasar rusa ini!"

Selesai mengobrak-abrik tas Luhan, kini Sehun berusaha mengejar Luhan yang mungkin sudah jauh dari tempatna sekarang. Langkah Sehun yang lebar berusaha menyusul Luhan yang berjalan dengan terkekeh.

"Kau pikir mau kemana, hah?"

Sehun menggapai kerah seragam Luhan dan menariknya membuat Luhan oleng dan nyaris jatuh. Sebelum Sehun meraih pinggang Luhan hingga gadis itu berbalik di dalam rengkuhannya dan tentu terkejut luar biasa.

"Yak! Lepaskan bodoh!"

"Rusa jelek! Cepat kembalikan atau-"

"Atau apa?"

Luhan merasakan nafas Sehun menggelitik hidungnya karena lelaki itu mendekatkan wajahnya. Luhan terpaku hingga lupa untuk melihat kanan kiri, melihat apakah ada siswa yang melihat pose intimnya dengan Sehun.

"Atau aku beberkan semua rahasia-mu! Termasuk," Sehun tersenyum misterius dan menunjuk Luhan dan dirinya sendiri bergantian. "Tentang kita."

Mata rusa Luhan membulat, lalu mengerjap beberapa kali hingga ia tersadar bahwa tubuhnya masih berdekatan dengan Sehun.

"Le-lepaskan, idiot!"

"Apanya? Seragammu?"

Sehun terkekeh idiot dan lantas mendapat pukulan di dadanya. Saat Sehun mengaduh Luhan langsung melepaskan tubuhnya dari rengkuhan Sehun.

"Dasar idiot! Bodoh!"

Luhan melirik ke sekitarnya dan bernafas lega karena koridor cukup sepi. Ia lalu merogoh kantung roknya dan mengeluarkan benda yang dicari Sehun sedari tadi.

"Ternyata mengancammu tidaklah sulit. Kkkkk!"

Sehun tertawa nista dan berjalan menjauhi Luhan yang masih berdiam layaknya orang dungu.

"Oh! Sial! Irene pasti sudah menunggu!"

"Sudah lama menungguku?"

Sehun berdiri di hadapan seorang gadis dan langsung disambut gelengan serta senyuman dari gadis itu.

"Tidak. Aku juga baru datang."

"Kau tidak makan?"

"Tidak. Aku harus menjaga berat badanku. Tapi aku sudah memesan minuman."

Sehun mengangguk dan meletakkan nampan berisi makanannya di atas meja, lalu mendudukkan tubuhnya di kursi. Ia menghembuskan nafas lega setelah berhasil mengurus Luhan yang membuatnya harus terlambat keluar untuk istirahat. Jadilah ia membuat Irene, gadis dihadapannya menunggu agak lama.

"Kau terlihat lelah sekali. Memangnya ada apa?"

Irene menyeruput jus labu yang terlihat tidak menarik itu. Matanya yang cantik dan dibubuhi eyeliner tipis, menatap Sehun dengan pandangan penasaran dan masih dengan senyum merekah. Sehun terlihat kelelahan beserta butiran keringat sebesar biji jagung mengotori dahi lelaki itu. Irene ingin sekali mengusap keringat itu menggunakan sapu tangan kesayangannya, tidak masalah jikapun saputangannya harus kotor, toh kotor karena keringat lelaki setampan Sehun. Namun ingatan menyebalkan tentang Sehun yang belum menjadi kekasihnya menginterupsi. Bagaimanapun Irene harus menjaga sikapnya demi mendapatkan Sehun nantinya.

"Sedikit masalah dari si Luhan pembuat masalah.", jawab Sehun asal dan mulai memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Senyuman Irene luntur dalam waktu sedetik, dan itu gara-gara satu nama yang paling benci untuk didengarnya. Dan semakin ia benci karena mendengar pujaan hatinya menyebut nama itu. Luhan.

"O-oh! Memangnya apa yang dia lakukan kali ini?"

Irene bertanya sok antusias. Padahal dalam hati ia tidak ingin mengangkat topik tentang gadis yang menurutnya tidak punya sopan santun itu. Bagaimana tidak? Luhan memperlakukan Sehun seolah Sehun adalah mainan untuknya. Well, itu menurut Irene pribadi.

"Seperti biasa. Membalas perbuatanku."

Sehun mengelap keringatnya dengan punggung tangan dan tanpa sadar mengembangkan senyumnya mengingat dirinya yang berlari mencari Luhan yang menyembunyikan ponselnya. Kalau saja Sehun tidak menyembunyikan sesuatu dan takut jika Luhan melihatnya, mungkin ia akan membiarkan Luhan menyita ponselnya. Sesuatu yang hanya Sehun yang tahu.

Irene mendecak sebal melihat senyuman Sehun. Kalau saja senyum itu diperuntukkan untuknya, mungkin Irene tidak akan se-sebal ini. Padahal Irene sudah mengesampingkan harga dirinya untuk mengajak Sehun makan siang di kantin sekolah, tapi Sehun tidak menunjukkan kebahagiaannya dan malah menikmati makanannya tanpa memperdulikan Irene. Sehun tidak lupa kan jika Irene adalah salah satu siswi cantik nan cerdas yang menjadi kebanggaan sekolah, kan? Bukankah seharusnya Sehun bangga karena Irene tertarik kepadanya?

"Sehun, kau sudah tahu perihal prom night lusa, kan?"

Sehun mendongak lalu mengangguk singkat. Ya, prom night yang diselenggakan lusa di aula sekolah, Sehun sudah mendengarnya dari Guru Kim yang mengumumkannya tadi di kelas. Sehun hampir saja lupa, toh dirinya tidak tertarik untuk menghadiri acara yang khusus diselenggarakan untuk siswa tahun akhir sepertinya.

"Hmm. Kenapa?"

"Kau pergi dengan siapa? Aku tidak keberatan menjadi pasanganmu.", tanya Irene percaya diri. Ia yakin Sehun si lelaki dingin pasti belum memiliki pasangan untuk pergi ke acara itu. Membayangkan ia dan Sehun berangkat bersama dan bergandengan tangan membuat Irene tidak sabar untuk menghadapi lusa. Ia akan memakai gaun terindah yang ia miliki demi Sehun yang pastinya sangatlah tampan.

"Aku tidak tertarik."

Dan jawaban Sehun menghancurkan semua angan-angan Irene tentang Sehun yang tampan dan bersanding dengan dirinya.

"Ke-kenapa? Bukankah ini acara yang paling ditunggu sepanjang tahun?", tanya Irene. Sayang sekali jika Sehun tidak menghadiri acara yang diselenggarakan sekali seumur hidup itu.

"Aku malas. Aku harus belajar untuk ujian masuk Universitas. Kau tahu kan kalau aku tidak sepintar dirimu?"

Irene mengangguk paham tetapi masih tidak mengerti kenapa Sehun tidak menghadiri prom night sekolah. Padahal lelaki itu bisa menunda belajarnya sekali saja. Toh Irene yakin Sehun bisa masuk Universitas yang diinginkannya mengingat prestasi Sehun di bidang non-akademik. Terutama di olahraga basket yang membuat Irene tertarik dengan Sehun.

"Tapi hanya sekali tidak belajar, tidak masalah kan? Kau akan menyesal nanti."

Irene masih berusaha membujuk Sehun, sungguh, ini adalah kesempatan bagus bagi Irene untuk membuktikan pada teman-temannya jika ia berhasil menaklukkan Sehun. Tidak ada yang tidak menginginkan Sehun, jadi Irene merasa kebanggaan tak terkira jika Sehun berhasil didapatkannya.

Sehun menyelesaikan makan siangnya dengan ringkas, lalu meminum cola-nya dalam beberapa teguk. Irene masih menunggu jawaban Sehun untuk menyetujui tawarannya. Tawaran untuk berangkat bersama ke acara prom night.

"Baiklah. Aku akan memikirkannya."

Senyum Irene mengembang seketika. Otaknya kembali membayangkan Sehun tampil gagah dan Irene bisa merangkul lengan lelaki tampan itu. Ya Tuhan, mohon hilangkan hari esok!

Luhan memasukkan password apartment-nya dengan gerakan pelan. Sedikit mungkin menimbulkan suara yang bisa membangunkan seseorang yang mungkin sudah tertidur di dalam. Sekarang sudah pukul sepuluh, baru kali ini Luhan pulang selarut ini. Penyebabnya adalah Baekhyun, gadis mungil yang menjadi deskmate Luhan dan sejak pulang sekolah meminta Luhan untuk mengajarinya pelajaran fisika yang selalu dibanggakan Luhan sebagai pelajaran paling mudah. Luhan menyetujuinya dan jadilah Luhan ke rumah Baekhyun sejak pulang sekolah hingga Luhan kelelahan dan akhirnya ketiduran. Luhan baru bangun pukul sepuluh kurang lima belas menit dan ia bergegas pulang setelah itu. Tidak mungkin ia menginap di rumah Baekhyun karena seragamnya ada di apartment, selain itu pasti ada seseorang yang menunggu Luhan untuk pulang.

KLIK!

Pintu terbuka dan Luhan berjalan pelan melepas sepatunya, lalu menggantinya dengan sandal rumah bermotif hello kitty kesayangannya pemberian dari sang ibu. Luhan mengendap layaknya kucing yang ingin memangsa tikus, bedanya Luhan tidak ingin memangsa melainkan ingin cepat-cepat menghampiri tempat tidurnya tanpa harus mendengar omelan dari-

"Darimana saja kau baru pulang?"

-omelan dari lelaki yang memergokinya mengendap-endap.

Luhan menegakkan tubuhnya. Dirinya sudah ketahuan. Dan dipastikan dirinya tidak akan selamat dari omelan setelah ini.

"Dimana ponselmu?"

"Mati.", jawab Luhan singkat lalu meletakkan tasnya di sofa dan disusul tubuhnya yang bersandar nyaman. Luhan membiarkan lelaki itu mengangkat kakinya di atas meja dan melepas kaus kakinya.

"Baekhyun memintaku mengajari pelajaran fisika sekaligus menemainya berbelanja pakaian untuk prom night lusa.", ucapnya sambil memejamkan mata.

"Kau tidak beli juga?"

"Aku tidak tertarik untuk datang."

Si lelaki tersenyum kecil menyadari Luhan memikirkan hal yang sama dengannya. Ia juga tidak ingin menghadiri acara yang berfungsi sebagai ajang pamer penampian itu.

"Tapi kau tidak perlu pulang semalam ini."

"Aku ketiduran dan baru bangun dan ternyata sudah malam."

"Kau bisa meminta untuk diantarkan Baekhyun."

"Baekhyun seorang gadis, idiot!"

"Kau juga gadis, tidak baik pulang sendiri malam-malam." Si lelaki memberi pijatan kecil di kaki Luhan. "Lagipula kau bisa meminjam ponsel Baekhyun untuk menelponku."

"Aku tidak kepikiran."

Si lelaki membalasnya dengan gumaman. Luhan nyaris memasuki dunia mimpi sebelum si lelaki mencubit pipinya keras hingga memerah.

"Ya! Idiot! Apa yang kau lakukan?!"

"Mandi dulu, lalu tidur. Badanmu bau, tahu!"

"Ck! Kau kan tidak tidur denganku, jadi hanya aku yang mencium bauku."

"Siapa bilang? Aku ingin tidur denganmu malam ini!"

"Kau gila?"

"Tidak. Aku mencintaimu."

"Ya! Albino idiot! Apa kepalamu terbentur sesuatu?"

PLAK!

"Argh!"

Luhan melengos, tidak menghiraukan umpatan kecil yang keluar dari lelaki yang dipanggilnya 'Albino idiot' itu. Ia bersiul kecil menuju kamarnya yang dipenuhi boneka Hello Kitty dan segala pernak pernik serupa. Meletakkan tas sekolahnya di meja, ia lantas keluar lagi dan masuk kamar mandi. Si lelaki Idiot tidak ada suara, mungkin sudah ke kamarnya atau pingsan gara-gara pukulan Luhan di kepalanya.

Sementara itu lelaki yang ternyata Sehun itu baru keluar dari dapur seraya membawa dua gelas susu putih hangat yang baru dibuatnya. Sehun lalu menduduki sofa dan menyalakan Televisi yang menyalakan acara sepak bola, salah satu olahraga favorit Sehun selain Basket.

Baru dua menit mengikuti jalan pertandingan, Sehun dikejutkan dengan suara bel di pintu utama. Tidak hanya sekali, namun berulang kali hingga memaksa Sehun bangkit dari kursi malasnya. Bibirnya menggumam tidak jelas, yang pasti ingin mengumpati siapa saja yang mengganggunya tengah malam.

"Luhan-ah, bukumu tertinggal di rumahku, kurasa ini penting untuk-"

Mata Baekhyun membulat bersamaan dengan pintu yang terbuka lebar menampilkan sosok yang tidak asing di mata Baekhyun karena ia mengenalnya.

"OH SEHUN!"

Sehun tidak kalah terkejut, ia lupa tidak melihat siapa tamu yang datang melalui intercom. Seharusnya ia melihat siapa yang datang, jadi Sehun tidak perlu berhadapan langsung dengan Baekhyun di apartment Luhan. Seorang gadis yang dikenal sebagai musuh bebuyutan Sehun.

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!"

Ingatkan Sehun untuk ke dokter telinga besok, karena Demi Tuhan! Suara melengking Baekhyun mengalahkan suara penyanyi seriosa yang pernah didengarnya. Semoga saja teriakannya tidak mengganggu tetangga sebelah apartment.

"Ba-baekhyun, sebaiknya kau masuk!"

Sehun mempersilahkan Baekhyun untuk memasuki apartment dan gadis mungil itu langsung menduduki sofa. Pandangannya terpusat pada Sehun, seolah meminta penjelasan kenapa lelaki itu ada di Apartment Luhan di malam hari seperti ini. Ditambah lagi, penampilan Sehun yang sangat santai seperti di rumahnya sendiri. Celana training selutut, kaus putih pendek, dan rambut berantakan. Tidak mungkin jika tidak ada sesuatu antara Sehun dan Luhan yang belum Baekhyun ketahui.

"Siap- Oh! B-baekhyun?!"

Respon Luhan tidak jauh berbeda dengan Sehun saat pertama kali melihat keberadaan Baekhyun. Dan Baekhyun kembali membulatkan mata melihat apa yang tersaji di matanya.

"Astaga Luhan!"

Baekhyun memekik. Melihat Luhan yang baru mandi dan hanya memakai kemeja putih berukuran besar yang hanya menutupi sebagian pahanya. Sedangkan tetesan air dari rambut basahnya terjun bebas ke kemeja Luhan dan membuat –ehem- warna bra-nya terlihat jelas.

Tatapan Baekhyun lantas mengarah pada Luhan dan Sehun bergantian.

"CEPAT JELASKAN PADAKU APA YANG KALIAN SEMBUNYIKAN!"

"Baek, aku bisa menjelaskannya besok-"

"Tidak ada besok, Lu! Aku akan menginap disini untuk mendengar semuanya! Dan juga, untuk berjaga-jaga agar lelaki ini tidak menyentuhmu!"

"Sebenarnya kami bukan seperti apa yang kau atau yang lain pikirkan."

"Huh?"

"Kami bukanlah musuh bebuyutan seperti yang kalian lihat."

"Lalu?"

"Kami sudah bertunangan."

"APA?"

"Kami akan melangsungkan pernikahan setelah lulus bulan depan."

"APA?"

"Orangtua kami yang meminta untuk tinggal bersama dan kami memang tinggal bersama sejak Luhan datang ke Korea."

"…"

"Kami sudah berpacaran sejak lama, jauh sebelum Luhan melakukan pertukaran pelajar di sini. Atau istilahnya, hubungan jarak jauh."

"Dan aku yang meminta Sehun untuk menyembunyikan tentang hubungan kami, semata agar tidak mengganggu pelajaran kami." Luhan menambahkan, setelah sebelumnya Sehun yang mengambil bagian untuk bercerita pada Baekhyun.

"TUNGGU! Kalian? Berpacaran? Beda Negara? Dan-"

Baekhyun mendadak linglung. Pernyataan dua orang dihadapannya sungguh berhasil memukul kepalanya dengan kuat. Baekhyun lamban dalam mencerna kenyataan menghebohkan yang baru saja memasuki gendang telinganya.

"Cukup mudah. Kami terlibat perjodohan, tapi kami saling mencintai.", jawab Sehun gamblang. Menurutnya sudah tidak ada yang perlu disembunyikan karena Baekhyun pasti membutuhkan cerita yang selengkap-lengkapnya.

"Ya Tuhan! Aku merasa di bohongi mentah-mentah!"

Luhan lantas bangkit dari duduknya di samping Sehun, dan beralih ke sebelah Baekhyun. Ia memeluk Baekhyun dari samping dan mengucapkan penyesalannya menyembunyikan rahasia ini terlebih pada Baekhyun yang sudah seperti adiknya sendiri.

"Maafkan aku, Baekhyun-ah! Aku tidak berniat membohongimu. Tapi sungguh! Aku dan Sehun tidak bersandiwara. Kami memang sering bertengkar setiap hari."

Ya, Luhan dan Sehun memang sering bertengkar bahkan di apartment sekalipun. Luhan yang cerewet terkadang menjadi pengganggu bagi Sehun yang sedang berkonsentrasi dengan buku-buku tebal pengantar Ujian. Berbeda dengan Luhan yang memang sudah pintar dari awal, Sehun perlu belajar keras untuk mendapatkan nilai bagus setidaknya hingga ia masuk dalam ranking sepuluh besar di kelas. Ditambah lagi dengan mulut Luhan yang dianugerahi dengan perkataan pedas, membuatnya menjadi pasangan serasi bagi Sehun yang pelit bicara namun jika berbicara sekali, maka keluarlah mulut pedasnya.

Baekhyun menghela nafas berat. Ia bukan tipe orang yang mudah memaafkan seseorang, tetapi beda kasusnya jika Luhan-lah yang meminta maaf sekarang. Gadis bermata rusa itu menunjukkan raut bersalahnya dan membuat Baekhyun terenyuh.

"Baiklah, aku memaafkanmu."

Luhan tersenyum lega, dan ia menunjukkan kelegaannya dengan menatap Sehun. Lelaki itu membalas tatapan Luhan dengan senyum kecil.

"Tapi…"

Luhan dan Sehun kembali menegang.

"Jujurlah dengan status kalian di sekolah. Jangan menyembunyikannya lagi!" Luhan mengangguk mengiyakan. "Dan Luhan! Kau harus datang ke prom night lusa. Jangan berniat untuk ingkar atau aku akan marah sungguhan padamu!"

Luhan menelan ludah kasar. Ia tidak akan bisa membujuk Baekhyun lagi kali ini.

"Tapi Baek-"

"Tidak ada tapi-tapian. Dan kalian harus datang bersama sebagai pasangan. Titik!"

"Baekhyun!" / "Baek!"

FIN!

Bhahaha ini cerita gaje yang berhasil saya buat dalam waktu dua jam. Well, pendek sih jadi cepet bikinnya. Ini one-shot loh yaa! Jadi maklum aja kalo alurnya kecepetan atau garing abis -_- demi apa ini authot nulisnya di sela-sela tugas dan persiapan sosialisasi pangan lokal beberapa hari lagi. jadilah story yang sangat nggak layak untuk di publish -_-

Gatau dapet keberanian ngepost darimana, padahal ff yang lain belum tahu mau update kapan huhuhuu T_T

Tapi InsyaAllah A CHANCE bakal update secepatnya,karena author sendiri pengen liat antusias para reader lagi, kira-kira ada yang masih nungguin apa nggak. Hehehee

Bagi yang minta SEQUEL, tulis di kolom review yaa. Kalau nggak mau yaudah. Author juga nggak maksa. Lagian justru menguntungkan author biar waktu senggangnya agak banyak. Kkkkk!

Akhir kata, terima kasih atas supportnya!