Chanyeol memiliki banyak hal yang ingin dia katakan. Tentang apa yang dia lalui hari ini, apa yang dia makan, bagaimana rasanyaㅡhal-hal kecil seperti itu, Chanyeol ingin menceritakannya kadang-kadang.

Namun kemudian Chanyeol memutuskan untuk diam dan memendam semuanya seorang diri. Itu merupakan hal kecil tidak berarti, itu tak penting untuk di lakukan.

Namun kemudian semuanya menjadi berbeda. Anak laki-laki yang memiliki tinggi sebahunya itu membuat pandangannya berubah perlahan. Rasanya seperti air bah bergulungㅡmendorong dirinya untuk mengeluarkan apapun yang ada dalam hatinya. Tentang apa yang dia lakukan hari itu, apa yang dia makan, bagaimana rasanya, juga bagaimana rasa detakkan hatinya.

Chanyeol berubah ingin, sangat ingin untuk sekali saja mengungkapkan apa yang ingin dia katakan. Kepada Baekhyun anak laki-laki yang mendatangi rumahnya rutin setiap minggu.

Chanyeol telah menunggu kedatangannya, berdiri tegap pada bibir pintu menyambut kedatangan Baekhyun tepat pada jam 3 sore. Chanyeol menunggu dengan buncahan dada berdegup, tanpa ragu menyiksa membuatnya untuk mundur.

Baekhyun datang dengan senyum menawan yang sama seperti biasa. Ia menyapa Chanyeol juga melempar tanya basa-basi sama seperti biasa. Itu terdengar indah, alunan itu seperti melodi memenuhi dirinya sampai ke saraf. Chanyeol diam mematung sedang dada kembali membuncah dalam degupan mendorong keinginan kalimat menguar dari lidahnya.

Rahang terbuka, lidah bergerak dalam satu kata pembuka. Chanyeol mencoba berulang namun tetap kenyataan berulang sama yang ia dapati. Chanyeol masih mencoba, lagi dan lagi namun masih tak ada alunan apapun yang keluar dari pita suaranya. Tidak ada dengung patahan yang ingin dia ungkapan, hanya desisan samar nyaris tak terdengar. Bahkan oleh Baekhyun yang berdiri di depannya.

Baekhyun menatapnya maklum seperti biasa. Senyumnya tertarik lagi dan menepuk pundak lengan Chanyeol ringan dua kali.

"Aku akan menemui Sehun sekarang, selamat berakhir pekan Chanyeollie."

Dan seperti biasa pula, kalimat pamitan sama yang Baekhyun dengungkan kepadanya. Punggung kecilnya menjauh sama seperti harapan Chanyeol yang melebur hilang. Tidak hanya untuk ungkapan hatinya tapi juga kesempatan yang Chanyeol tau takkan pernah dia miliki.

Chanyeol kadang hanya lupa menyadari tentang dia yang tak memiliki suara yang bisa di suarakan. Bahkan untuk namanya sendiri, sekalipun tak pernah dia gumankan. Chanyeol tak bisa... dia tak memilikinya.

Dan Chanyeol pun luput memikirkan hal yang lain lagi.

Tentang Baekhyun yang memiliki Sehun, adiknya. Adiknya yang terlahir sempurna, bukan seperti dirinya si cacat si tunawicara.


Shortfic tahun 2017. Makasih udah baca (lagi) :D