[ "kalau rindu cari saja kunang-kunang. mana tahu ada aku bersama mereka." -fang/yaya - ]
Hotarubi
Yaya mengetukkan jarinya pada meja. Kepalanya menunduk. Bibirnya menekuk ke bawah – sedikit. Berusaha supaya tidak ada yang tahu. Pikiran dan hatinya saling beradu. Bagai malaikat melawan iblis,
'Kerjakan tugasmu yang menumpuk itu atau kunjungi dia.'
..
Ia enggan mendengar namanya sendiri. Baginya seperti sampah. Untuk apa hidup jika tidak bisa melihat dunia. Hampa.
'Namamu bagus. Salam kenal ya!'
Dirinya mencabut kepastian untuk bunuh diri.
.
Kali ini Yaya tersenyum. Sekeranjang kue manis menggantung di tangan kanannya. Tenang, kue beli kok. Bukan buat sendiri. Ia mengucap sepatah salam, lalu masuk sembari berseri.
[ meskipun dia; yang Yaya cintai, tidak akan sekalipun menoleh. ]
..
Dirinya menatap jendela dalam diam. Jemarinya berputar pelan, menciptakan jejak bersih di atas debu jendela. Hanya hening. Tidak ada yang mau membuka pembicaraan. Sebelum -
"Apakah kunang-kunang itu seindah yang mereka bicarakan?"
.
Yaya mengernyit. Siapa yang baru masuk kesini – batinnya.
"Kau ingin melihat kunang-kunang?"
..
Ia menunduk. Percuma meminta, mustahil juga. Tapi jika dijelaskan bagaimana bentuknya, 'kan menarik juga. Lagi, dirinya menaikkan kepala, menoleh ke belakang dan membuka mulut.
"Ceritakan. Katanya mereka itu indah."
...
Seminggu setelah orang itu berdecak kagum karena penjelasan tentang makhluk bernama 'kunang-kunang' dari Yaya. Yaya duduk menyendiri di dalam kamarnya. Menggapai-gapai gantungan bangau kertas yang menjadi tirai.
Suasananya sama, hujan seperti minggu lalu.
Yaya tidak mengerti. Tahun kemarin, ketika menjenguk ibunya yang sakit, kenapa ia bisa bertemu dengan orang itu. Ia tak sengaja salah masuk kamar lalu mencoba meminta maaf pada penghuninya.
Tapi orang itu tidak sekalipun menoleh. Bahkan seperti berpura-pura tuli.
Kesal, Yaya menghampirinya. Berniat menegur.
-Yang didapat jauh dari bayangan Yaya.
Orang itu menggenggam tangannya erat. Lalu setengah berdiri, mengusap-usap pipi Yaya. Duduk, dan membenarkan kacamata yang turun.
"Perempuan – ya?"
Niat ingin memarahi orang itu langsung padam.
"Siapa namamu … manusia? Begitu ya menyebutnya?"
Memangnya kau setan.
"I-itu, namaku Yaya. Apa maksudmu menyentuh wajahku secara tiba-tiba?"
Jeda sebentar.
"Aku Fang. Buta sejak lahir. Tidak pernah mengecap bangku sekolah atau apapun itu."
Yaya tertegun. Kalau begini wajar saja. Mencoba menghibur, meskipun tidak akan terlihat, dirinya menyunggingkan senyum tulus.
"Namamu bagus. Salam kenal ya!"
Begitu.
Awal kisah Yaya bertemu seorang tunanetra yang membuatnya merasakan apa itu 'jatuh cinta'.
Sudah disampaikan kok. Lalu dijawab Fang, "Aku juga menyukaimu, begitu ya balasan positifnya? Tapi aku tidak tahu kau itu cantik atau jelek." Dan dihadiahi cubitan gemas di pipi kenyal Fang.
Yaya tersenyum. Mengingat masa-masa manis dirinya dengan pemuda bernama Fang. Lantas ia berdiri setelah memastikan hujan malam kini telah reda.
[ 'maaf aku tidak memberi tahumu tentang penyakit lain.
- kalau rindu cari saja kunang-kunang. mana tahu ada aku bersama mereka. begitu katanya.' ]
Seberkas cahaya muncul di depan jendela Yaya.
"Hai, Fang. Apa kabar? Sudah bisa melihat?"
Hening.
"Apa kalian – para kunang-kunang, memang membawa roh Fang kesini untuk bertemu denganku?"
owari
[A/N
Oke. Gajelas. Btw, itu endingnya si Fang meninggal ya 8'u /kejam. Kenapa fanfic dengan couple manis-manis asem ini jaraaangg banget? 8'D /hush. Terinspirasi dari lagu dengan judul sama. Silahkan dengerin kalo mau. [Hotarubi – Hara Yumi] ceritanya galau tugas lks satu bab :')) /jangancurhat.
Terakhir,
Terima kasih sudah membaca!
K-itsune ]
