Panda-senpai © Haruna Yumesaki
Naruto © Masashi Kishimoto
Rated T
Pairing: Gaara x Hinata
Warning: AU, OOC, Typo, dll.
Enjoy Please!
Sungguh sial nasib Hinata hari ini. Pada hari kedua MOS, dimana para senpai menjadi semakin galak, Hinata membawa bekal yang berlebihan. Pikirnya ia mampu menghabiskan bekalnya yang hari ini lebih banyak takaran nasinya karena ia tidak sempat sarapan tadi pagi. Sialnya, ternyata perutnya tidak bisa menampung semuanya. Para siswa baru sedang sibuk menghabiskan makanannya dengan terburu-buru karena hanya diberi empat puluh detik untuk menghabiskan bekal dan minumannya sampai setengah botol. Sambil mengunyah Hinata kerap melirik orang-orang yang senasib dengannya, rasanya ia jadi mual dan hilang selera makan.
"Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam…"
Senpai-senpai semua sudah serentak menghitung mundur. Waktu empat puluh detik tidaklah cukup, apalagi Hinata sudah kehilangan selera makan. Bisa-bisa memakan waktu sepuluh sampai lima belas menit untuk menghabiskan makanannya. Dengan buru-buru Hinata kembali menyuapkan makanannya. Namun, sayang sekali saat itu juga waktu telah habis.
"Satu! Waktu habis. Apa masih ada yang belum selesai?"
Hinata dengan susah payah menelan makanannya dan mengacungkan tangannya. Rasanya sedikit lega menyadari 60 persen siswa baru di aula Konoha Gakuen ini belum menghabiskan makanannya.
"Cih, makan aja kok lama. Kalian butuh berapa detik lagi?" Karena tidak ada satupun yang menjawab, ketua OSIS itu memutuskan sendiri. "Oke, dua puluh detik! Dimulai dari sekarang!"
Hinata kembali menyuapkan makanannya dengan terpaksa, walaupun perutnya sudah mual tak karuan, ia tetap memakannya. Nyalinya ciut menyadari ada beberapa pasang mata—senpai yang menatapnya. Termasuk kakak sepupunya sendiri, Neji. Awalnya Neji tidak akan bersikap begitu tegas pada Hinata, karena memang Neji itu sedikit… over-protective. Mari anggap siscon karena Neji menganggap Hinata sebagai adiknya sendiri. Hinata menolak, bukankah jadinya tidak fair kalau Neji begitu? Nanti malah kelihatan seperti pilih kasih. Tapi sekarang sepertinya Hinata menyesali penolakannya.
Di antara barisan para senpai yang sedang memperhatikan para kouhai baru mereka makan, ada pula beberapa yang menyemangati dan menyuruh mereka untuk makan lebih cepat. Di samping Neji, berdiri seorang pemuda bersurai merah dengan wajah stoic dan tato kanji 'ai' di dahi kirinya. Senpai bermarga Sabaku itu menyadari betapa seringnya Neji menatap salah satu kouhai mereka yang bersurai indigo panjang dengan mata lavender yang indah—mirip seperti milik Neji. Dan sekarang pun, Neji sedang memperhatikan gadis itu. Ada apa, sih? Biasanya, Gaara tidak peduli dan tidak mau tahu—tapi kali ini, Neji yang cenderung cuek dan dikenal dingin itu tidak bisa melepaskan matanya dari sang gadis bersurai indigo. Iris jade Gaara pun ikut tertuju pada Hinata.
Wow.
Pantas saja. Sekarang Gaara tahu kenapa. Dirinya jadi ingin melihat pemandangan indah itu dari jarak yang lebih dekat.
"Waktu habis! Siapa yang masih belum habis?"
Hinata kembali mengacungkan tangan. Kali ini tersisa 20 persen. Dan si senpai galak mendecak kesal, "Tiga puluh detik lagi. Kalau makanan kalian nggak habis dalam tiga puluh detik, kita paksa kalian makan sampai habis."
Lagi, Hinata kembali berjuang melawan rasa mual di perutnya. Wajahnya sudah terlihat sedikit pucat. Neji yang melihatnya jadi tidak tega. Gaara mengambil langkah duluan sebelum Neji sempat, senpai berambut merah yang dijuluki 'Panda' itu menghampiri Hinata. Neji mengernyit, bingung; kenapa Gaara menghampiri coretadiknyacoret itu? Sayang sekali Neji tidak bisa memperhatikan mereka, karena ia harus melakukan tugasnya.
Gaara tak mengucapkan sepatah katapun. Hinata tidak menyadari kehadiran Gaara, tapi merasakan sepasang mata yang terus tertuju padanya. Hinata menoleh, terkejut melihat manusia yang terlihat seperti panda berambut merah itu sedang menatapnya dengan intens. Tahu-tahu si panda merah ini sudah duduk di sampingnya.
"Apa itu buatan sendiri?" Gaara bertanya, kali ini matanya tertuju pada bento Hinata. "Kelihatannya lezat."
Hinata terdiam sejenak, masih dalam proses loading mencerna pertanyaan yang diajukan sang panda-senpai tersebut.
"Kamu nggak dengar?" Hinata tersentak. "Kamu nggak di kasih tahu untuk menjawab pertanyaan senpai?"
"M-maaf, S-senpai." Hinata menundukkan kepalanya, kemudian teringat pada pertanyaan sebelumnya. "Y-ya, ini buatanku sendiri.."
Sial, jangan mengajak Hinata bicara dong, Gaara. Kasihan, waktunya semakin menipis!
"Kamu sudah kenyang?"
Dengan gugup dan takut-takut Hinata mengangguk pelan. "Iya, senpai."
"Kalau begitu, suapi aku."
"Eh?"
"Sayang kalau nanti dibuang." Kata Gaara dengan datar. "Kamu berani menolak permintaanku?"
Hinata menggelengkan kepalanya cepat. Gaara membuka mulutnya dan Hinata dengan gugup ia menyuapkan sesendok makanan pada panda-senpai. Ah, sial. Memalukan sekali! Jantung sang gadis berdegup dengan kencangnya sampai-sampai ia takut kalau jantungnya akan meloncat dari tempatnya.
"Enak. Suapi aku sampai makananmu habis."
Hinata tidak bisa menolak, jadilah ia menuruti perintah Gaara. Sasuke yang melihat adegan tersebut menghampiri kedua sejoli itu.
"Nggak boleh berbagi makanan ke senior. Habiskan makananmu sendiri."
"Diam, Sasuke. Makanannya jadi milikku."
"Di kantin ada makanan, tinggal beli. Gak boleh bantu habiskan makanan junior." Sasuke menatap Gaara dengan kesal.
"Kamu mau belikan makanan, Sasuke?"
"Tch. Cepat habiskan makananmu."
Dengan itu Sasuke pun melangkah pergi, rasanya sia-sia menasihati Gaara yang memang pada dasarnya tidak peduli itu.
Kejadian kemarin membuat sang kakak sepupu Hinata menjadi penasaran. Tetapi karena kesibukannya, Neji tidak sempat untuk menanyakannya langsung pada Hinata. Hari ini pun, Neji masih harus mengawasi para kouhai—walaupun sebenarnya, lebih terfokus pada Hinata daripada kouhaiyang lain.
Hari ketiga, alias hari terakhir untuk penyiksaan mental dan fisik. Hinata kerap menyemangati dirinya sendiri semenjak tadi pagi. Ia sangat senang, walaupun kakinya sangat pegal, hari ini hanya ada materi dari beberapa guru, upacara penutupan dan selesai! Kali ini Hinata tidak menambahkan nasi, malah mengurangi porsi nasinya. Takut kejadian seperti kemarin terulang.
Ah, senpai berambut merah itu siapa, ya? Kelihatan seperti panda, tapi tampan berkarisma. Bukan berarti aku menyukainya…
"Hinata? Kamu kenapa?"
Suara yang sangat familiar di telinga Hinata itu membuyarkan lamunannya. Rasanya ia terlihat sangat bodoh melamun saat dengan berbicara dengan Neji. Sambil menggelengkan kepalanya, Hinata tersenyum kecil dan menggumam, "Tidak apa-apa."
"Daritadi kamu melamun terus. Omonganku nggak di dengarkan pasti."
"M-maaf, Neji-nii… Aku hanya sedikit lelah.." Itu nggak sepenuhnya bohong, kok.
"Kamu mau ke UKS? Biar aku yang temani." Tawar Neji, ia tidak mau hal buruk terjadi pada Hinata. Bisa gawat nanti.
"Eh? N-nggak, aku masih bisa ikut penutupan, kok.. Jangan terlalu khawatir, Neji-nii."
Neji menatap Hinata khawatir, dibalas dengan senyuman manis Hinata yang mampu meluluhkan hati dingin Neji. Ia menyerah.
"Baiklah. Kamu langsung saja ke lapangan basket, ya. Sebentar lagi mulai." Neji beranjak, kemudian ia membuang kaleng minuman yang sudah kosong pada tempat sampah di dekatnya. "Oh, ya. Nanti pulangnya kamu mau tunggu aku sebentar atau mau langsung pulang?"
"Aku tunggu Neji-nii saja."
"Baiklah, sampai ketemu nanti."
Neji pun pergi, Hinata ikut beranjak dan bergegas menuju lapangan basket. Kemudian para kouhai baru berbaris, OSIS berbaris di depan dan di belakang mereka. Setelah beberapa menit pidato dari sang ketua OSIS, senpai-senpai lain yang bukan termasuk dalam OSIS berdatangan.
"Kami nggak diberi salam, nih?"
"Ah, OSIS-nya pasti nggak bener, nih."
Sontak terdengar banyak sapaan dari kouhaikelas 10 itu kepada senpai mereka. "Selamat sore, senpai!"
Gaara berjalan menghampiri Hinata dan terdiam di sampingnya. Hinata tidak diperbolehkan untuk melihat ke samping maupun belakang, tatapannya terus lurus ke depan.
"Aku nggak diberi salam?" Suara baritone khas Gaara mengejutkan Hinata.
"S-selamat sore, senpai." Hinata menyapa. Suara Gaara masih belum terdengar begitu familiar di telinganya. Tapi ia yakin kalau ia pernah mendengar suara Gaara.
"Jangan gagap."
Gulp. Hinata menelan ludah. "Selamat sore, senpai."
"Kamu terdengar nggak tulus."
Aduh. Maumu apa, senpai?
"Selamat sore, senpai." Kali ini Hinata berusaha sebaik mungkin biar terdengar tulus.
"Jadi aku harus bicara seperti itu dulu biar kamu menyapa dengan tulus?"
SERIUS. Senpai—kau ini siapa, sih?! Hinata greget ingin sekali mengetahui nama senpainya ini dan melihat wajahnya. Hinata menggigit bibir bawahnya sejenak dan ia membuka mulutnya. Gaara sudah keduluan pergi.
"Maaf, senpa—"
"Kalian lihat ke belakang sekarang!" Suara sang ketua OSIS terdengar, kemudian dengan serentak para murid baru berbalik…
Di belakang, para senior memegang spanduk besar bertuliskan "WELCOME TO KONOHA GAKUEN" dengan beberapa heart berwarna yang menghiasi spanduknya. Semua senpai yang ada disana bertepuk tangan menyambut kouhai yang sudah kebablasan dengan kegalakan mereka. "Selamat datang di Konoha Gakuen!"
Tapi, apa yang menjadi pusat perhatian Hinata sekarang bukanlah spanduknya ataupun senpai yang memegang spanduknya. Satu senpai yang mirip panda itu berdiri disana, agak jauh dari kerumunan. Sambil menatap Hinata, Gaara bertepuk tangan. Sudut bibirnya tertarik sedikit, membuat lengkungan tipis; senyuman kecil yang tulus dan SANGAT JARANG dari Gaara.
Hinata bisa merasakan wajahnya memanas, secara reflek ia tersenyum manis pada Gaara. Kemudian mengalihkan pandangannya malu-malu sambil bertepuk tangan.
Kouhai kelas 10 terlihat terharu, beberapa ada yang tertawa, kesal dan bahkan menangis dalam perjalanan keluar dari gedung sekolah. Hinata berjalan dengan Ino di sampingnya, sahabatnya itu menitikkan air mata haru dan terus bercerita tentang Sai-senpai yang menurutnya keren.
Saat hendak melewati lapangan voli, Hinata menyadari bahwa Panda-senpai—begitulah Hinata memanggilnya—sedang terdiam di dekat pohon. Rasa gugup tiba-tiba saja muncul. Hinata berpura-pura fokus berbicara dengan Ino agar rasa gugupnya hilang. Tetapi, yang ada Hinata malah tambah gugup. Dan saat hendak melewati Panda-senpai, Hinata merasakan tangan seseorang menepuk bahunya.
"Eh?"
Hinata menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya pada Gaara. "S-senpai—"
"Namaku Sabaku Gaara. Di ingat ya, Hinata. Karena selama kamu bersekolah disini, kamu akan sangat butuh namaku." Gaara tersenyum kecil.
Lagi-lagi wajahnya terasa panas. Hinata tidak tahu kalau wajahnya sangat merah. Iris lavendernya terkunci pada iris jade milik Gaara, sampai akhirnya Ino membuyarkan moment ini.
"Oh, Sabaku-senpai. Terimakasih atas bimbingannya, ya!"
Gaara hanya mengangguk kecil.
"T-terimakasih atas bimbingannya… S-Sabaku-senpai."
"Panggil Gaara saja."
"S-sampai jumpa nanti." Hinata membungkuk, kemudian ia melanjutkan perjalanannya bersama Ino yang sedari tadi menyeringai jahil.
"Wah~ Baru kenal sudah di bolehkan panggil pakai nama depannya. Beruntungnya Hinata-chan~ Aku juga ingin seperti itu~"
Hinata tidak tahu lagi apakah jantungnya normal atau tidak, karena jantungnya terus berdegup kencang setiap kali Gaara ada di dekatnya.
Di perjalanan pulang, Hinata sudah tidak bisa menahan rasa ingin tahunya mengenai Sabaku Gaara alias Panda-senpai. Walaupun ia tahu menanyakan pada Neji akan membuat kontroversi, tetap saja ia menanyakannya.
"Neji-nii,"
"Ya?"
"Um.. Apa Neji-nii kenal dengan Sabaku-senpai?"
"—Gaara?" Neji terdiam sesaat, kemudian teringat kejadian yang lalu saat hari kedua. "Apa dia melakukan sesuatu padamu? Dia memarahimu? Dia menyuruhmu yang tidak-tidak?"
"N-nggak, kok—"
"Awas saja si Gaara itu. Besok akan kubuat dia membayar karena sudah berani mendekatimu tanpa persetujuanku."
Hm. Masih tetap siscon.
Tsuzuku~
Hyaah! Akhirnya. Ini cerita terinspirasi dari pengalamanku sendiri saat MOS X'D Ada senpai yang ku kenal tiba-tiba noel bahuku—udah deh, nggak curhat kok. /dikeroyok/
Oiya, saya nggak jadi buat fanfic ini oneshot, tapi twoshot. Dan saya juga akan tambah sekuelnya nanti kok~ Muehehe. Karena banyak yang mau sekuelnya, jadi akan saya buatkan.
Memang disini kurang ya romance-nya, makanya saya mau memperjelas dulu pertemuan Gaara dan Hinata selanjutnya, juga dengan pendekatan Gaara ke Hinata. Pokoknya semua deh, biar nanti di sekuelnya, saya time-skip. Daijoubu deshou ka, reader-tachi? QwQ
Pengalaman MOS saya yang memalukan ternyata bisa dijadikan bahan inspirasi untuk fanfic X'D
—Okay, cukup.
Arigatou!
Read and review please?
Haruna Yumesaki.
