Demo, kitto kore wa, hatsukoi nandaro

(mungkin, ini yang namanya cinta pertama)

.

.

HunHan

.

.

Romance, fluff, yaoi, sad

.

1

.

E

.

.

`Di dunia ini, karakter dalam shouju manga yang seperti pangeran itu benar-benar ada. Layaknya dalam gambar manga dan virtual efek anime, mereka dikelilingi oleh kilauan bintang dan bunga-bunga`

Luhan terus saja memperhatikannya. Lelaki yang berdiri didepan meja kasir mempromosikan jualan di toko itu. Lewat sebuah majalah edisi mingguan, Luhan menyembunyikan wajahnya duduk disalah satu bangku pengunjung sesekali mengintip silelaki yang tengah sibuk berbicara dengan beberapa pengunjung remaja perempuan

"buku yang aku beli waktu itu sangat menarik!" pekik salah satu gadis berseragam yang tengah berbincang dengan pegawai toko yang tengah diperhatikan oleh Luhan. lelaki itu tersenyum menanggapinya

"tentu saja." ia menunjukan raut wajah yang begitu ramah terhadap gadis-gadis. "karena itu adalah buku yang kurekomendasikan!"

Luhan melihatnya tertawa bersama gadis-gadis itu lewat ekor matanya.

Menyebalkan sekali, sejujurnya Luhan benci laki-laki yang terlalu mencolok seperti itu. lebih tepatnya laki-laki yang popular dikalangan gadis-gadis atau public.

'tapi… tapi… hanya saja…. aku sangat suka wajahnya…sial!'

Memang tidak bisa dipunkiri. Luhan suka melihat lelaki itu karna wajahnya.

.

Xi Lu Han, salah satu editor majalah komik bulanan Emerald terbitan SM entah kenapa sejak lahir tidak menyukai lawan jenisnya melainkan laki-laki. Terlebih lagi, Luhan adalah seorang Men-gui (orang yang mudah tertarik pada penampilan fisik seseorang). Walaupun tidak wajar, tapi tidak apa-apa bukan, menyukai laki-laki sementara ia sendiri juga laki-laki, Men-gui dan lagi, seorang Ossan (istilah kasar untuk memanggil orang yang sudah berumur—menurut Luhan ia sudah berumur) kecil ini tidak pernah berpikir untuk bisa mengalami hal seperti cinta di saat seperti ini. Karena itu Luhan hanya melihat dan memperhatikan lelaki yang masih berdiri pada tempatnya di depa meja kasir.

Hhh…

Luhan menghela napas panjang, tak habis pikir dengan apa yang dilakukannya.

"hei, manager." Luhan mengalihkan pandangannya dari si lelaki ke sumber suara tepat disamping tempat duduknya. "bisakah manager menegur anak magang itu? setiap hari dia hanya merayu dan mengobrol dengan pengunjung perempuan!" Luhan menautkan alis mendengar penuturan lelaki itu dan yang dipanggil manager tertawa

"kau tidak tau?" mereka beralih memandang pria yang dibicarakan. "itu adalah metode penjualannya."

Pria yang dibicarakan terlihat mempromosikan sebuah daftar komik dan gadis-gadis itu terlihat sangat antusias. Luhan mengerutkan kedua alisnya melihat daftar komik yang dipromosikan si pria magang

'eh? Bukankah itu daftar komik yang kutangani?'

Pria itu terlihat bericara bagaimana cerita dan alur manga serta perasaannya saat menbaca isi komik itu. ia juga bercerita bahwa ia telah mengikuti serinya sejak masih di majalah membuat Luhan yang mendengar itu sedikit tersipu juga tidak menyangka, tapi…

'bukankah dia bekerja di bagian shoujo manga? Jadi, sudah pasti kan dia membacanya. Hhh… apa yang kau harapkan Luhan?'

Luhan melihat gadis-gadis itu langsung mengeluarkan dompet mereka dan membeli seri komik tersebut setelah si pria magang berkata akan membicarakan seberapa menariknya komik itu bersama mereka. Pria itu tersenyum dan memuji gadis-gadis itu yang langsung berteriak histeris membuat beberapa pengunjung menatap heran kearah mereka.

Melihat itu, Luhan merasa berterimakasih pada sipria karna sudah menjual buku-bukunya. Ia ingin mengucapkan terimakasih, tapi…. Ia bahkan tau nama si pria magang dari name tagnya.

Saat itu perjalanan pulang dari tempat kerja, Luhan mampir kesebeuah toko buku dan kebetulan pria itu menjadi kasirnya. Luhan merasa terbang dan kehilangan kata-kata saat pria itu bersuara sambil tersenyum padanya. Luhan pikir, pria itu telah membuatnya tertarik seperti pria-pria berwajah tampan sebelumnya. Tapi, selain pelanggan dan pegawai, mereka tidk punya hubungan apa-apa.

Lagi pula, Luhan rasa ia harus berhenti menyukai seseorang dari bentuk wajah atau fisiknya. Tapi, apa yang bisa Luhan lakukan kalau dia memang sempurna? dia memang ideal. Terutama, mata, bibir, hidung, alis dan juga bentuk wajahnya. .. semuanya. Badannya tinggi dan postur tubuhnya juga bagus. Kalau ada yang kurang, Luhan pikir itu kepribadiannya. Kalau berpacaran dengan orang seperti itu, sudah pasti kepribadian mereka tidak akan cocok.

'cih! Lagi pula, mana mungkin dia jadi kekasihku? Hhh…. Apa yang kau pikirkan Xi Luhan!'

Jika dalam sebuah manga, cinta pada pandangan pertama itu bisa saja terjadi, tapi pada kenyataanya hal seperti itu pastilah tidak mungkin.

.

.

.

"ohayou" (selamat pagi)

Luhan duduk di bangku kerjanya setelah sebelumnya meletakan ranselnya dibawah meja. Ia harus memeriksa daftar penjualan buku minggu ini. Jari-jari rampingnya mulai bekerja di atas keyboard. Matanya menelusuri setiap bait kalimat yang ada di depan layar computer.

Tidak terlalu buruk tapi tidak terlalu bagus juga. dibandingkan dengan komik yang terbit hari ini yang ditangani kepala redaksi, Luhan merasa miliknya sama sekali bukan apa-apa.

Sebenarnya, Luhan sangat ingin membawa salah satu proyek yang ia kerjakan ke tingkat selanjutnya. Luhan merasa ia memang perlu melakukannya demi karirnya di masa depan mengingat ia sudah mulai berumur.

Bruk!

Bruk!

Luhan terkejut dengan suara sesatu yang jatuh disebelahnya. Seseorang datang membawa tumpukan kertas yang telah disusun dan diurutkan serta lingkaran-lingkaran merah diatasnya. Luhan memperhatikan orang itu yang kini duduk disebelah meja kerjanya dengan lingkaran hitam tampak jelas dibawah matanya. Namanya Tao

"etoo.. apa ya—"

"kepala redaksi menyuruhku untuk melihat semua mulai dari awal dan memberi penjelasan kenapa harus ada perbaikan pada semua tumpukan ini. hhh.. aku bisa gila!" seakan tau apa yang akan ditanyakan oleh Luhan, Tao memotong ucapan pria kecil yang merasa dirinya sudah beurumur itu.

"eh? Kau benar-benar akan melakukannya?"

"tidak mungkin bukan?" ucap seseorang yang lewat dibelakang mereka dan itu kepala redaksi yang baru saja mereka bicarakan membuat Tao langsung berteriak kesal.

"KAU YANG MENYURUHKU MELAKUKANNYA! Jika aku bilang aku akan melakukannya maka aku akan melakukannya!" dan Tao kembali fokus pada tumpukan kertasnya. Luhan hanya mampu memberi semangat dan mendapat ucapan terimakasih dari si editor baru

Melihat Tao si editor baru, Luhan jadi ingat dirinya yang terlihat sangat tidak bersemangat saat bekerja. Tapi, kadang ia juga punya masa-masa dimana saat ia akan sangat bersemangat. Luhan bahkan berpikir, kenapa dia sampai bisa bersemangat tidak jelas seperti itu?

Tapi, seiring berjalannya waktu, Luhan mulai mengenal orang-orang diperusahaan, dan sadar bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa. Luhan tidak berpikir kalau ia tidak bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik, tapi Luhan juga bukan manusia istimewa. Menurutnya, manusia yang istimewa itu seperti kepala redaksi.

Dia tiba-tiba saja datang dan mengambil alih perusahaan ini dan membangunnya kembali dalam waktu setahun. Semua yang dia kerjakan memang hancur-hancurran, tapi semua orang mau mengikutiny karena dia memberikan hasil yang memang bagus.

Semuanya melakukan yang terbaik yang mereka bisa.

Luhan rasa ia tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan pegawai lain, mungkin karna tingkat kecakapannya yang sangat tinggi. Tapi, yang pasti Luhan tidak akan bisa menjadi seorang seperti kepala redaksi.

Bukannya ia merendahkan diri, Luhan hanya melihat kenyataannya saja. Tapi, walau demikian, Luhan ingin membuat buku yang laris terjual. Luhan terus berpikir bahwa ia tidak akan bisa melakukannya namun tetap saja, ia menyukai pekerjaannya.

Hhhh….

Helaan napas berat keluat dari bibir mungil pria itu. Ia mulai menelusuri data penjualan buku mingguan dilayar komputernya dan raut wajah yang sebelumnya terlihat tidak bersemngat langsung berubah saat melihat peningkatan disalah satu daftar toko yang menjual buku terbarunya. Luhan membaca lebih teliti.

'eh? Bukankah ini toko buku orang itu?'

Ah, Luhan ingat. Kenapa ia bisa mengabaikannya? Sebelum ini, dan sebelumnya lagi, hanya toko buku ini yang menjual banyak buku terbarunya. Apa ini kebetulan yang menguntungkan?

Tapi kenapa?

Apa lokasi tokonya yang strategis?

Kualitas pelanggannya?

Luhan bersandar pada kursinya sambil berpikir manatap langit-langit ruangan

Tapi, apapun itu, Luhan merasa berterimakasih.

Luhan maju lagi mendekati meja kerjanya dan memangku dagu diatas telapak tangan sambil menatapi komputernya saat tiba-tiba wajah tersenyum si pria magang melintas dipikirannya.

…Luhan POV..

Orang itu… dia mungkin termasuk kategori 'manusia istimewa'. Dia juga punya kehidupan yang baik. Sepertinya sudah jelas kami tidak mungkin bisa memiliki hubungan yang istimewa…, hanya menyukainya juga sia-sia.

Hhhh…. Baiklah, kurasa aku memang harus berhenti melakukannya. Berhenti berkunjung ke toko itu, memandanginya secara diam-diam, atau mengharapkan sesuatu yang aku sudah tau tidak akan mungkin terjadi.

Tapi….

Apa yang kulakukan disini?

Entah kebiasaan atau memang tidak bisa berhenti? Argghh! Ini membuatku gila!

Berdiri dibalik salah satu rak buku toko—yang sebelumnya tidak akan kukunjungi lagi—tapi tidak punya buku yang benar-benar diinginkan. Apa aku sudah menjadi pelanggan yang merepotkan?

Kemari untuk melihat seorang pegawai toko.

Aku rasa…. Ini mulai berbahaya. Aku seperti seorang stalker dan kurasa dia sudah mengenal wajahku mengingat aku berkunjung setiap hari setelah pulang bekerja.

"Luhan."

Uhuk!

Luhan POV end

Luhan terperanjat sampai tersedak air liurnya sendiri. Ia menoleh dengan was-was menatap orang yang memanggilnya

"a-ah Ba-Baekhyun-sii?!" pria itu berjalan mendekati Luhan dengan raut wajah menyelidik membuat Luhan sedikit salah tingkah

"apa yang kau lakukan ditempat seperti ini?" Luhan menunduk dengan kikuk pura-pura meletakan kembali buku yang ia pegang pada rak sebelumnya

"Baekhyun-sii sendiri sedang apa ditempat ini…" Luhan membalikkan pertanyaan Baekhyun namun seperti orang yang berpikir sendiri

"aku? Karna pekerjaan." Baekhyun melipat tangannya didepan dada. Luhan berbalik sebisa mungkin menghindari tatapan dari Baekhyun

"a-aku hanya menjadi seorang pengunjung." Luhan berjalan ke rak yang lain berpura-pura melihat buku.

Sial! Kenapa ia harus bertemu Baekhyun disini? Orang paling menyebalkan dari bagian penjualan! Menurut Luhan, Baekhyun memang bekerja dengan baik tapi dia pria yang menakutkan walau ia memiliki wajah yang imut

Ohh Tuhan! Bisakah seseorang mengusirnya? Luhan sudah berkeringat dingin. Pria kecil dibelakangnya benar-benar memiliki aura mencekam.

"kau sudah pernah menyapa pegawai disini?"

Pertanyaan itu memecah lamunan Luhan yang langsung berbalik menatap Baekhyun.

"eh, i-itu belum pernah." Luhan menggaruk pipi kanannya dengan kikuk

"kalau begitu ikut aku sebentar." Baekhyun berjalan melewati Luhan yang hanya bisa mengikuti dengan patuh dibelakangnya. "apa kau tau? buku yang kau tangani laris terjual di toko ini. Menyapa sedikit tidak ada salahnya bukan?"

"a-ah… ya."

Sudah kuduga, dia memang terus mengeceknya. Dia bahkan tau soal ini. Baekhyun itu pekerja keras yang menakutkan. Tapi, bukankah kami akan menyap—eh? Tunggu dulu…

"a-ah Baekhyun-sii!" Luhan berjalan cepat mensejajarkan langkahnya dengan Baekhyun. "maaf sebelumnya, tapi, yang akan disapa itu manager tokonya kan?" Baekhyun beralih mentap Luhan

"apa ada orang lain yang ingin kau sapa?"

Luhan memasang senyum kikuk. "ahaha.. t-tidak! Managernya saja." Luhan menghela napas lega kembali berjalan dibelakang Baekhyun saat pria kecil itu berbelok kesalah satu rak dan mulai berbicara dengan seseorang disana. Luhan mengikutinya tak henti berucap syukur. Bisa gawat kalau ia bertemu orang itu, ia belum menyiapkan mental

Tapi….

"oh, selamat siang."

'huwaa!~ kenapa bisa seperti ini?'

Luhan langsung membuang pandangannya kesamping saat orang yang paling ia hindari malah muncul disalah satu rak dan langsung menyapa Baekhyun dengan raut wajah ramah.

"apa manager ada?" tanya Baekhyun saat seseorang yang sebelumnya berbicara dengan Baekhyun mohon permisi.

"hari ini beliau sedang cuti." Jawab pria itu membuat Luhan makin panic saat Baekhyun berkata..

"ya sudah, kalau begitu kau saja." Luhan sudah berbalik siap melangkah pergi namun terlambat karna Baekhyun mendarinya dan menarik topi mantel yang Luhan kenakan membuat Luhan mau tak mau kembali pada tempatnya. "dia editor yang menangani manga Morimoto Kana yang terbit minggu lalu, kenalkan Luhan."

Dengan terpaksa dan kikuk Luhan mengeluarkan kartu namanya, menulurkan kertas persegi empat itu dengan kedua tangan kearah sipria magang seraya terus menatap ujung sepatunya dengan tubuh panas dingin.

"ha-halo, s-salam kenal a-aku Luhan. T-terimakasih atas bantuanya."

Sial! Dia pasti menyadarinya! (O^O)/#

"Salam kenal juga." Luhan mendongak tiba-tiba, terkejut dengan respon sipria magang. "saya Oh Sehun yang menangani bagian shoujo manga di toko ini"

A-apa?

Luhan menunduk menatap lantai dengan tatapan kosong.

"sepertinya rak buku kami polos sekali. Kalian apakan itu?!"

"eh? Tidak seperti itu."

"coba taruh lebih banyak rak disanaassdfghjk"

Luhan tidak mendengarkan lagi percakapan antara Baekhyun dan Sehun. Ia hanya menatap kartu pengenal Sehun yang ada di tangannya.

'Benar juga. Jelas tidak mungkin dia menyadarinya. Toko buku sebesar ini setiap hari dikunjungi ratusan orang. Jadi, itu tidak mungkin. Tapi, kenapa aku merasa kecewa?'

Bodoh!

"Baekhyun-sii." Tiba-tiba orang yang sebelumnya bericara dengan Baekhyun datang membuat percakapan antara Baekhyun dan Sehun terpotong. "bisa kesini sebntar?"

"ne.." akhirnya Baekhyun pergi menyisakan Sehun dan Luhan berdua. Luhan yang tidak ma uterus berada pada situasi yang kikuk dan aneh itupun segera membungkuk pada Sehun

"maaf, saya ada rapat setelah ini. Mungkin, sebaiknya saya permisi."

Tapi bohong.

"ne, setelah ini. Mari bekerjasama dengan baik." Luhan sedikit terkejut saat ia menegakkan tubuh dan mendapati Sehun yang membungkuk kearahnya membuat Luhan kikuk dan kembali membungkuk

"ah, ya aku juga. Baiklah, sampai jumpa." Tidak mau berlama-lama, Luhan segera berbalik tanpa menunggu respon dari Sehun

'Hhh… ini pola diriku yang biasa bukan?

Sembarangan menyukai orang

Seenaknya berpikiran

Seenaknya patah hati

Selalu seenaknya sendiri melakukannya'

Tap..

Tap..

Tap..

Greb!

"Luhan!." sedikit kaget seseorang menyentuh bahunya, Luhan berbalik dan lebih terkejut lagi. "akhirnya aku menemukanmu!" Luhan menyentak tangan orang itu yang bertengger di bahunya. Seorang pria dengan pakaian formal berwajah tampan

"kenapa kau bisa disini?" Luhan sedikit melangkah mundur berniat pergi

"aku tidak terima kalau kita putus!" beberapa pengunjung mulai memperhatikan mereka karna pria itu berteriak. Luhan berbalik dengan satu alis terangkat menatap pria itu

"ha? Putus kau bilang? Memangnya, sejak kapan kita pacaran?" Luhan mulai melangkah lagi menuju pintu keluar saat pria itu tetap mengejarnya

"apa? Apa yang kau katakan, Luhan?" namun Luhan tidak perduli dan tetap melangkah pergi

"berisik! Kau tidak tau kalau disini tidak boleh bicara keras-keras?!"

Puk..

"Luhan!" merasa orang itu kembali menyentak bahunya. Luhan berbalik dan menarik kerah pria tinggi itu mendekat kearahnya.

"dengar! Hanya dengan melakukannya sekali, bukan berarti aku ini pacarmu!" Luhan menyentaknya hingga pria itu mundur beberapa langkah kebelakang namun tidak berhenti mengejar Luhan hingga seseorang menarik bahunya membuat pria itu berbalik intuk melihat sipelaku begitupun Luhan yang terkejut

"maaf tuan, dilarang melakukan keributan disini."

"siapa kau?! Apa urusanmu, cih!" Pria itu berusaha melepaskan bahunya dari cekalan Sehun yang makin menguat. Merasa ada kesempatan, Luhanpun langsung pergi tanpa mau perduli. "yak! Luhan!"

Sehun hanya menatap punggung Luhan yang makin menjauh dengan raut wajah yang tidak bisa dibaca.

.

.

.

.

Luhan duduk disalah satu bangku sebuah caffe dipinggir kota setelah pulang bekerja. Ia yakin, tidak seorangpun tau kalau ia ada disini menikmati segelas kopi. Luhan sedikit kesal bertemu pria yang mengejarnya di toko buku beberapa hari yang lalu. Namanya Kai dan Luhan tidak tau kalau dia belum menyerah juga membuat Luhan yang memikirkan itu mencengkram gelas kopi digenggamannya.

Luhan pertama kali bertemu Kai disebuah bar. Kebetulan saja Kai sesuai dengan selera Luhan makannya ia mau saja saat Kai mengajaknya jalan. Tapi, sejak hari itu Kai terus saja mengirimnya pesan dan menelpon setiap hari dan itu membuat Luhan kesal juga muak.

Mungkin ini getah dari perbuatan Luhan selama ini. Salahkan dirinya yang selalu menilai orang dari penampilannya saja. hhh…. Kalau seperti itu, mana mungkin memiliki hubungan cinta yang baik?

Luhan diam sejenak menatap keluar jendela kaca. Ia merogoh saku jaketnya dan menemukan sebuah kartu nama disana membuatnya tertegun. Beberapa hari belakangan, ia tidak berkunjung ke toko tempat Sehun bekerja takut bertemu Kai disana.

Bicara soal Sehun, pertama kali Luhan tau namanya, Luhan berpikir tidak hanya wajah dan fisik, tapi namanya juga seperti pangeran. Luhan jadi ingat terakhir kali ia bertemu Sehun. Apa pria itu mendengarnya? Pembicaraannya dengan Kai. Pasti dia menganggap hal itu hanyalah dunia yang tidak benar.

Hhh… sudahlah, biarkan saja.

Luhan kembali diam memandangi suasana mendung diluar sana saat seseorang memsuki caffe kecil itu dan langsung menyapanya dari depan pintu membuat Luhan langsung berdiridari kursinya dengan mulut menganga dan mata melotot karena keget orang itu bisa berada disini sedang berjalan kearahnya

"woah.. kau juga tau tempat ini? padahal tempatnya lumayan terpencil." Melihat Sehun yang semakin dekat membuat Luhan sadar akan sesuatu. buru-buru ia mengambil kartu nama Sehun yang ada diatas meja dan memasukannya kedalam tas

"sedang apa kau disini?" Luhan sebisa mungkin tidak terlihat gugup atau kikuk. "bagaimana dengan pekerjaanmu?" Sehun meletakan tasnya dikursi yang ada didepan Luhan dan duduk disana.

"jam kerjaku sudah selesai."

"a-ah.. begitu." Jujur Luhan sudah berkeringat dingin saat ini. mungkin sebentar lagi ia akan demam. "emm… bagaimana dengan laki-laki yang tadi?" Sehun melepas mantelnya hingga ia hanya megenakan sebuah kameja putih yang terlihat pas ditubuhnya membuat Luhan tak bisa berhenti mengagumi pria ini

"ah, sepertinya dia salah orang." Jawabnya seraya meletakan mantelnya dikursi yang sama ia meletakan tasnya. Luhan cengo dengan jawabannya namun segera tersenyum seraya menggaruk belakang lehernya

"ahaha.. benar, benar… orang itu tiba-tiba menarik lenganku membuat kaget saja ahaha…"

Tapi, dalam benaknya. Luhan tidak bisa untuk tidak percaya bahwa Sehun tidak mengatakan yang sebenarnya membuat Luhan sedikit was-was. Seorang pelayan datang dan mencatat pesanan Sehun saat Luhan kembali duduk pada tempatnya

"tapi, ke-kenapa kau duduk disitu?" Luhan tidak bisa berhenti untuk tidak curiga, selain itu, Sehun mengancam keselamatan jantungnya.

"aku ingin berbicara banyak hal dengan Luhan-sii." Ucap Sehun dengan santai dan Luhan sudah menduga kalau Sehun tipe orang yang seperti itu. ".. eto.. apa Luhan-sii juga editor yang menangani Kihara Natsu dan Mizushima Yoko?"

"eh? Kenapa kau bisa tau?" Luhan sedikit terkejut

"wow! Ternyata memang benar!" Sehun mengepalkan kedua tangannya diatas meja seraya maju dengan raut wajah bahagia menatap Luhan "maksudku, karya dan ceritanya memang sangat berbeda. Tapi, atmosfir suasananya sama.. yeah… begitulah." Luhan mengangkat sebelah alisnya

"atmosfir?"

Sehun kembali bersandar pada sandaran kursinya. "yeah… bagiamana cara mengucapkannya ya? Tapi, itulah kesan yang kurasakan." Jujur Luhan merasa senang walau ia tidak tau Sehun tengah memujinya atau tidak tapi cukup membuat kedua pipinya merona hingga Luhan memilih menunduk untuk menyembunyikannya.

"k-kau membaca Shoujo manga?" Luhan tidak tau bagaimana lagi mendeskripsikan rasa senangnya. Jika Sehun tau judul dan cerita serta perasaannya saat membaca Kihara Natsu dan Mizushima Yoko, bukankah itu berarti Sehun membaca bukunya?

"tentu saja! Dari dulu aku suka hal yang kira-kira (berkilau), fuwa-fuwa (halus, ringan), dan kyu~n (saat dada sesak akibat perasaan yang kuat.)—Sehun mendeskripsikan perasaannya saat membaca buku—tapi," Sehun melipat tangan didepan dada seraya memperhatikan Luhan yang hanya diam. "aku tidak menyangka kalau editornya seorang laki-laki." Sehun menjeda. "tapi, kurasa kalau itu Luhan-sii pasti tidak masalah dengan Shoujo manga."

"kau mengejekku." Gumam Luhan namun masih dapat ditangkap oleh indra pendengaran Sehun

"apanya?" namun Luhan tidak berniat untuk mengulang hinggga Sehun memilih untuk melanjutkan lagi ucapannya. "selain itu, Luhan-sii juga masih muda. Hebat!" Luhan yang tengah meneguk tehnya sedikit terkejut. Sehun cepat-cepat mengoreksi. "maksudku, orang yang umurnya tidak begitu jauh dariku bisa membuat buku yang seperti itu, menurutku itu sangat hebat." Luhan kembali diam meletakan cangkir tehnya diatas meja "maaf jika tidak sopan. Tapi, Luhan-sii umurnya berapa? Kalau aku sekarang 21. Masih mahasiswa." Sedari tadi Sehun tak pernah bisa berhenti tersenyum sementara Luhan terlihat menunduk ragu

"30." Jawab Luhan seraya memalingkan wajah kesamping. Sehun memintanya mengulang karna merasa salah dengar membuat Luhan menghela napas dan mengambil kartu tanda pengenalnya meletakan diatas meja seraya menatap Sehun. "umurku 30 tahun."

Dengan cepat Sehun mengambil kartu tanda pengenal Luhan dan menatapinya dengan mata yang sudah hampir mau keluar.

"HAAA?! Bohong! Serius?!" Sehun tidak bisa mengalihkan tatapannya dari kartu tanda pengenal Luhan. "tunggu Luhan-sii. Bagaimanapun juga batasan orang terlihat muda itu, 'kan, masih ada!" ucap Sehun dengan bahasa Korea yang berantakan membuat Luhan menatapnya dengan raut wajah tanpa ekspresi

"aku tidak menyangka ternyata umurnya jauh lebih tua." Gumam Sehun mulai tenang namun masih bisa didengar oleh Luhan

'Yeah… maaf kalau aku lebih tua!' jengkel Luhan sedikit tersinggung. Luhan memalingkan wajahnya menatap keluar jendela kaca. '21 itu terlalu muda! Aigoo! Meski tidak memandang kalau sesame laki-laki atau seperti itu, aku akan benar-benar patah hati.' Luhan menunduk lesuh

"tapi tetap saja hebat. Dilahirkan dengan wajah imut dan lebih muda bukankah itu karunia?"

Luhan mendongak. Kata-kata Sehun memang tidak bisa ditebak. Menurut Luhan, Sehun lumayan aneh.

Seorang pelayan datang mengantarkan pesanan Sehun saat Luhan kembali meneguk kopinya.

"oh iya, edisi terbarunya sangat laris." Jelas Sehun mengganti topic pembicaraan. "tadi aku sudah memesan kiriman tambahan." Luhan kembali meneguk kopinya yang sudah hampir habis

""benarkah? Berapa banyak?"

"500." Sehun menyesap kopinya mengabaikan raut keterkejutan Luhan

"itu terlalu banyak!"

"tidak apa-apa." Sehun memperlihatkan senyum yang cukup membuat Luhan terpikat namun ia tidak mau beralih topic

"terlalu banyak!" Luhan meletakan cangkirnya diatas meja dengan cukup kasar. Bukan apa, tapi, ia tidak yakin itu akan terjual semua dan malah merugikan perusahaan.

"taka pa, aku akan menjual semuanya." Yakin Sehun membuat Luhan tertegun

'kalau kau bicara seperti itu, aku jadi merasa ercaya.' Ucap Luhan dalam hati memandangi cangkir kopinya.

Akhirnya mereka mengobrol banyak hal tentang buku dan penjualan. Luhan juga tau kalau Sehun adalah mahasiswa jurusan seni dan sangat berbakat dalam hal menggambar. Sehun berkata tidak sabar untuk edisi terbaru dari buku Luhan hingga ia membantu Luhanmembuat gambarannya meski Luhan tetap menolak

Sementara itu Luhan hanya duduk diam memperhatikan Sehun yang tengah bekerja. Berapa kalipun dilihat, Luhan tidak akan pernah bosan. Ia sangat menyukai wajah Sehun, Luhan merasa ini berbahaya karna hal seperti inilah ia selalu gagal dalam menjalin hubungan serius dengan orang seperti Sehun (dalam artian memiliki wajah tampan)

Kalau soal wajah, dimana saja ada banyak orang yang memiliki wajah tampan bukan? Itulah kenapa ia cemas. Cemas saat menemukan orang yang lebih tampan dari Sehun dan akan tertarik pada orang itu

Eh?

Apa?

a—apa maksudnya? Kenapa aku berkata seperti itu?

luhan terus berperang dalam pikirannya hingga tak mendengarkan Sehun yang tengah bicara padanya soal edisi buku terbarunya.

"Luhan-sii?" Luhan tersadar dari lamunannya saat sebuah tangan melambai di depan wajahnya. "gwenchanayo?" entah perasaannya saja atau Luhan dapa melihat kecemasan di raut wajah Sehun.

Luhan mengangkat kedua tangannya di depan dada dan menggoyangkannya. "ahahah… gwenchana" jawab Luhan kikuk smbil menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

"kau tau, orang yang bisa membuat buku yang menyentuh perasaan seperti itu sangat hebat." Sehun melanjutkan ucapannya yang walau tak didengar oleh Luhan, tapi pria mungil itu mengerti bahwa Sehun membicarakannya

"e-eh, tidak, bukan aku yang hebat… yang hebat adalah pengarangnya." Luhan meremas ujung bajunya

"tapi, semua buku yang ditangani Luhan-sii yang bisa membuatku menangis." Luhan tertegun. "tentu saja aku tau kalau pengarangnya yang memang hebat. Tapi, usaha Luhan-sii dalam mengedit juga ikut berperan." Ucapan itu membuat wajah Luhan memerah. Ia menunduk sambil mengepalkan tangannya dibawah meja

Luhan merasa ini berbahaya, ia sudah diluar batas dan ia benar-bena ingin menyentuh Sehun. Ia ingin merasakan seberapa hangatnya Sehun, seperti apa rasa sentuhannya, tapi… tapi….

Tik..

Tik…

Tik…

Tetesan hujan yang membasahi kaca disamping tempat duduk mereka membuat Sehun menoleh menghentikan kegiatannya sementara Luhan tetap sibuk dengan pikirannya

"wahh… sepertinya turun hujan. Buruk sekali." Sehun lalu menoleh menatap Luhan. "Luhan-sii, apa kau membawa payung? Kalau tidak, aku akan coba pinjam dari toko." Namun Luhan tetap diam tidak merespon membuat Sehun bingung memperhatikan wajah Luhan yang memerah "Luhan-sii?"

'hanya karna dipuji sedikit, aku merasa senang berlebihan. Pasti, kali ini juga hanya perasaan sementara'

Puk!

"—han-sii?"

"e-eh?"

Luhan tersadar saat seseorang menyentuh bahunya dan mendapati wajah Sehun yang menatapnya dengan cemas. "kau baik-baik saja? wajahmu merah."

"a-ah, maaf aku tidak menyimak." Mereka diam. Sehun yang tengah menopang tubuhnya menggunakan tangan kiri diatas meja menatap Luhan dalam diam, begitupun sebaliknya.

Tampan

Sehun benar-benar tampan

Luhan tau, ia tidak akan benar-benar pernah menyukai seseorang. Ia hanya akan menyukai wajah dan fisik mereka. Karena itulah, Luhan selalu berpikir, bagaimana rasanya…

.

CUP…

.

….Saat benar-benar menyukai seseorang..

.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

Ell note~

Selamat malam tahun baru 2015

Akemashite omedetou! 明けましておめでとうございます!

Kinga shinnen! (^^)/ 謹賀新年

Yehet! Ell comeback! (^.^)/

Yappari, setelah sekian lama. Akhirnya Ell bisa nulis/ngetik ff lagi ahh… senangnya~ . yo! Sebelumnya Ell mau jelasin soal FF ini, udah tau kan ini tentang cinta pertama. mungkin, ada yang ngerasa mirip sama FF ini? yapp! Ini FF remake dari salah satu anime yaoi 'sekai ikihatsu koi' gomen kalau nulis judulnya salah -_- Ell belum terlalu bisa baca kanji (^.^")v . abis senpai nulis foldernya 'season 1' -_- bukan judulnya ahaha… gomen.. gomen jadi cerita gak penting. Gomen juga banyak typo, Ell benar-benar kebelet mau comeback. Jadi, kalau nemuin banyak typo gomen Ell gak nyempetin buat ngedit karna Ell pengen publis mala mini makannya hehe…

.

Oke, ff ini bakal berakhir di chapt kedua karna Ell Cuma ambil bagian cerita episode 8 sama 9. Mungkin…. Bakal ngebosenin tapi yaudahlah, yang baca yang minat aja :P terimakasih. 本当だありがとう御座いました

.

Tapi, tapi animnya gak ngebosenin kok. Malah bikin meleleh -_- jadi Ell saranin kalian harus nonton.

.

Dan lagi, soal ff Ell yang belum lanjut. Eto…. Gimana yah? (-)! Ell udah lupa sama jalan cerita selanjutnya. Jadi, Ell mau ngasih kesempatan, mungkin, ada yang mau ambil alih ngelanjutin ceritanya? Ell bakal dengan senang hati nyerahin FF itu buat mereka. atau, Cuma mau lanjutin entar Ell yang ngedit? Kalau mau, kita bisa kirim-kiriman lewat E-mail?

Tapi, yang pasti Ell bakal datang lagi dengan FF baru karna yang kemarin itu benar-benar udah lupa lanjutannya. Jadi, mungkin ada yang minat mau lanjutin silahkan ngajuin diri. Ell bakal nerima dengan senang hati (^_^)v

Gomen terlalu banyak ngomong. Gak usah dibaca kalau gak suka Ell gak maksa kalian baca sampah.

Oke, terimakasih buat yang udah bersedia mau baca FF ini entah itu Cuma lewat stay sampe TBC .

Sekali lagi!

Selamat malam tahun baru 2015

Akemashite omedetou na~ ! *(^_^)/*

Yosh! Minna, Hontouda arigatou gozaimashita~ jja! Mata ne (^_^)/