Come To Me

MarkBam fanfic.

Other cast(s) : Im Jaebum

Park Jinyoung

Wang Jackson

Backsong : GOT7 - Stop Stop It and GOT7 - Magnetic

.

.

.

I'm not joking around, ever since I got to know you, I'm not the person I used to be.

Mark sedang berada dikantin bersama tiga orang temannya; Jackson, Jaebum, dan Jinyoung. Seperti biasa, mereka bercanda bersama sambil memesan beberapa minuman. Terkadang, jika salah satu diantara mereka kalah taruhan atau sedang mandapat uang lebih, yang lain akan mendapat untung; makanan gratis. Mark yang tidak memiliki jiwa humor yang baik, hanya mendengarkan tiga temannya berbicara dan sesekali ikut tertawa. Kali ini, dewi fortuna sedang tidak berpihak pada Jackson. Jackson terus terusan menjadi objek pem-bully-an Jaebum dan Jinyoung. Sesekali Mark ikut berbicara, atau tertawa, atau terkadang menepuk pundak Jackson sambil tertawa.

Jackson tentu saja tidak terima menjadi objek pem-bully-an, tapi jika dia menjawab, dia akan semakin dibully oleh ketiga temannya. Terkadang, Jackson berpikir mereka ini tulus untuk menjadi teman atau tidak?

Tawa Mark terhenti seketika ketika dia melihat seorang laki-laki manis yang sedang berjalan bersama seorang temannya yang lebih tinggi darinya. Mata Mark terus mengikuti kemana orang itu pergi. Begitu manis sehingga Mark tidak bisa mengalihkan pandangannya. Tiba-tiba laki-laki itu berhenti, bertanya sesuatu pada temannya dan setelah temannya menjawab, laki-laki itu mengangguk lalu duduk dibangku kantin yang kosong.

Mark sama sekali tidak melepas pandangannya. Ketika laki-laki itu menyapu seluruh pemandangan dikantin sambil berpikir, matanya bertemu dengan milik Mark. Dia tersenyum lalu melambaikan tangannya pada Mark.

Mark menyadarinya. Mulut Mark menjadi sedikit terbuka –karena kaget- dan dia berkedip. Kedip. Kedip.

Dia baru saja tersenyum padaku?, pikir Mark.

Laki-laki itu tertawa kecil melihat reaksi Mark lalu menatap temannya.

"ya! Mark hyung, apa yang terjadi?" Jinyoung bertanya. Mark tidak menjawab karena dia tidak mendengar, well.

"sepertinya aku tahu." Jawab Jackson setelah mengecek kesekitar mereka.

"wae?" kini Jaebum yang bertanya.

Jackson memberi kode pada dua orang temannya itu dengan menggunakan gesture; dia menunjuk seseorang dibelakang mereka menggunakan dagunya.

Jaebum dan Jinyoung menoleh ke belakang mereka. Mereka mencari seseorang disana yang –setidaknya menurut mereka- akan menarik perhatian Mark.

"nuguya?" Jaebum menyerah karena dia tidak berhasil menemukannya.

"katakan pada kami dan jangan membuatnya sulit." Lanjut Jinyoung.

"siapa lagi kalau bukan adik kelas manis dari Thailand itu?"

"Bambam?" Jaebum dan Jinyoung bertanya bersamaan.

"hu'um" Jackson mengangguk singkat. Dan Jaebum serta Jinyoung menghela nafas.

Jinyoung menggerakkan tangannya didepan wajah Mark; mencoba membangunkannya dari segala lamunannya, dan tentu saja.. gagal.

"kau lama."

Jackson mengambil sedotan dari gelasnya, mengarahkannya didepan wajah Mark dan sedikit menggerakkannya –mencoba agar beberapa tetes cairan keluar dan mengenai wajah Mark. Benar saja itu berhasil. Dengan tambahan teriakan kesal dari mark dan pukulan dibahu Jackson.

"apa yang kau lakukan? Kau pikir aku ini apa?"

"harusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan, hyung."

"aish~"

"ah, hyung, jadi ini alasannya kenapa kau suka bercerita tentang Bambam dan meminta saran kami tentang hadiah dengan perumpamaan Bambam? Itu ternyata memang untuk Bambam, huh?" goda Jaebum.

"a-aniyo. Siapa bilang?" Mark gelagapan, tapi tentu saja dia mencoba menyembunyikannya.

"wajahmu menjelaskan semuanya." Jawab Jinyoung.

"kau menyukai Bambam, hyung?" Tanya Jackson tepat sasaran.

"h-huh?" kata Mark gugup.

"katakan saja, hyung." jawab Jinyoung

"aku suka dia. Aku suka semua orang." Jawab Mark.

"aku suka semua orang?" ulang Jaebum. "Ingat bagaimana kau berteriak mengatakan kau membenci Kim Saem dan siapapun yang menganggumu?" lanjutnya.

Ah, sial!, pikir Mark. Bagaimana Jaebum masih mengingatnya?, lanjutnya.

"mengaku saja, hyung."

"Park Jinyoung, diam atau aku akan membunuhmu."

.

.

.

.

Whatever I'm doing, I don't really know what I'm doing.

Bambam berjinjit untuk mencoba meraih buku yang dia inginkan. Yugyeom –temannya- sedang pergi kekamar mandi dan dia tidak bisa meminta bantuan temannya yang tinggi itu. Beberapa kali dia mencoba untuk meloncat tapi sia-sia. Buku itu terlalu tinggi untuk dia raih. Dia berguman kesal, menyalahkan kenapa dia terlalu pendek untuk mengambil buku itu dan kenapa buku itu diletakkan ditempat yang sangat tinggi.

Ketika dia berjinjit untuk yang kesekian kalinya untuk mengambil buku itu, sebuah tangan terulur untuk mengambil buku itu. Bambam menoleh dan menemukan Mark sedang mencoba mengambil buku itu tanpa melihat kemana tangannya bergerak; Mark lebih memilih untuk menatap wajah Bambam.

Beberapa detik kemudian, beberapa buku jatuh dan mengenai kepala mereka berdua. Bambam mencoba melindungi kepalanya dan Mark gelagapan menyadari apa yang telah dia lakukan.

"yah! Apa yang kalian lakukan? Cepat bersihkan."

Bambam menunduk meminta maaf pada penjaga perpustakaan lalu berjongkok untuk mengambil buku-buku yang telah dijatuhkan Mark. Mark mengacak rambutnya sendiri dengan kesal –menyesali kebodohannya- lalu ikut berjongkok membantu Bambam.

"mianhae."

"gwenchana. Aku seharusnya berterima kasih padamu." Bambam menatap Mark dan tersenyum.

"berterima kasih apanya? Aku yang membuatmu harus membersihkan ini."

"kalau bukan karenaku, buku ini tak akan jatuh dan aku juga kau tidak perlu membersihkannya."

"ini salahku yang sok pahlawan ingin mengambilkan buku yang kau inginkan tapi ternyata malah menjatuhkan semuanya."

"tapi usahamu untuk mengambilkan buku yang ku mau berhasil. Terima kasih." Bambam tersenyum lalu berdiri dengan membawa beberapa buku. Dan Mark melakukan hal yang sama.

"boleh aku minta tolong?" Tanya Bambam

"apapun."

"tolong kembalikan buku ini ketempatnya."

Mark tersenyum sambil mengangguk lalu semenit selanjutnya semua buku –kecuali buku yang diinginkan Bambam- sudah kembali ketempat semula.

"memangnya apa yang kau lakukan tadi? Bagaimana kau bisa menjatuhkan semua buku?" Bambam bertanya pada Mark yang menggaruk tengkuknya canggung.

"aku.. tidak tahu."

.

.

.

.

Whatever everyone says, I just blankly walking.

"uh, aku membenci jadwal kita untuk seminggu ini. Dengan jadwal sekolah yang padat, bisa-bisanya sekolah kita bertanding untuk sepak bola dan basket?! Memangnya mereka pikir, kita tidak butuh istirahat?" Jackson mengeluh.

"untung saja aku tidak ikut satupun diantara itu semua, hahaha." Jinyoung menanggapi.

"kau enak, bagaimana dengan kami?" Jaebum ikut berkomentar.

"harusnya sekolah kita bertanding minggu depan."

"bagaimana kalau ternyata minggu depan kita lebih sibuk?"

"dia benar."

Mereka bertiga terus berbicara tanpa menyadari Mark yang sama sekali tidak mendengar mereka.

"Mark hyung, kenapa kau diam saja?" Jinyoung yang akhirnya sadar Mark tidak memberi tanggapan sedikitpun, bertanya dan menoleh kearah Mark.

"hyung!" panggil jinyoung lagi.

"a-ah? Kenapa? Kita sudah sampai rumah?" Mark menatap ketiga temannya dengan tatapan bertanya –yang dibalas dengan tatapan seperti mereka sedang melihat seseorang yang datang dari desa yang baru pertama kali masuk kesebuah pusat perbelanjaan terbesar dikota.

"kenapa kalian menatapku seperti itu?" kali ini Mark kebingungan.

"lupakan." Mereka melanjutkan perjalanan mereka.

"memangnya kalian tadi membicarakan apa? Bisa diulang? Aku tidak mendengarnya."

"kubilang lupakan saja, hyung."

.

.

.

.

You appear in my head everyday, whatever I'm thinking about, you star it.

Mark merebahkan tubuhnya keatas kasurnya. Mengingat kembali hal-hal apa saja yang dia lakukan hari ini. Bertemu Bambam dikantin, mendapat senyuman dari Bambam, membantu Bambam mengambil buku di perpustakaan, mendapat ucapan terima kasih dari Bambam, dan terus mengingat Bambam selama perjalanan pulang. Tunggu! Kenapa semuanya menjadi Bambam, Bambam, dan Bambam?

Mark menggelengkan kepalanya cepat dan memikirkan tentang hari perlombaan yang akan segera tiba. Di hari itu, dia akan mengundang Bambam untuk datang, meminta Bambam menyemangatinya, lalu mentraktir Bambam makanan, dan terakhir mengantarkan Bambam pulang.

"arghh, apa yang kupikirkan? Kenapa semuanya menjadi Bambam?"

.

.

.

.

I'm holding it because you say no. Like a child in front of a shop window, can't have it buat can't let it go.

Mark sudah mengenal Bambam semenjak Bambam memasuki sekolah ini. Memang masih beberapa bulan, tapi bahkan sekarang perasaan Mark untuk Bambam semakin besar. Well, Mark mengalami love-at-first-sight dan sekarang perasaannya semakin bertambah. Dia harus segera menanyakan pendapat Bambam tentang ini.

Mark mencari Bambam kekelasnya. Tidak ada. Kini, dia berlari kearah kantin, mungkin saja dia sedang makan siang disana. Tidak ada juga. Dia hanya melihat Yugyeom bersama beberapa teman sekelas Bambam yang lain tanpa Bambam disana. Mark terus berpikir dimana kira-kira Bambam berada saat ini.

Perpustakaan!

Tiba-tiba pikiran itu datang ketika Mark hampir saja menyerah ketika mencari Bambam. Mark segera berlari, dan benar! Bambam ada disana dengan beberapa buku didepannya, dan dia terlihat sedang fokus mengerjakan sesuatu.

"hai!" Bambam mendongak dan matanya menangkap Mark sedang tersenyum canggung sambil berdiri didepannya.

"hallo, hyung!"

"aku.. boleh duduk?"

"tentu saja, kenapa tidak?"

Mark menarik kursi lalu mendudukinya.

"boleh aku bertanya sesuatu?"

"jika aku bisa menjawab, silahkan!"

"diumurmu saat ini, jika ada seseorang yang menyatakan cinta padamu, apa yang akan kau lakukan?"

"kenapa kau menanyakan ini, hyung?"

"aku ingin tahu."

"kau menyukai seseorang yang memiliki umur sama denganku?" Mark menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"kurang lebih seperti itu."

"ahh, begitu." Bambam mengangguk mengerti.

"apa kau akan menerimanya? Atau justru menolaknya?"

"jika aku mendapat pernyataan cinta di waktu dekat ini, kurasa aku akan menjawab 'tidak'-" jujur saja, Mark sedikit kecewa mendengarnya. "karena tugasku benar-benar banyak dan aku akan tidak fokus. Tapi jika itu terjadi setelah ujian akhir selesai, mungkin aku akan menerimanya."

"benarkah? Itu artinya aku harus menunggu lagi."

"hey, hyung, itu kan aku. Mungkin saja orang yang sukai itu berbeda. Mungkin dia akan langsung menerimamu, apalagi kau ini seorang Mark Tuan yang sempurna."

Mark dapat merasakan wajahnya memerah. Percuma saja jika aku ini sempurna tapi orang yang kusukai tidak menyukaiku, aku mungkin bahkan tidak bisa mendapatkannya.. tapi aku juga tidak akan melepaskannya., pikir Mark.

"tidak. Aku akan menyatakan perasaanku setelah ujian kenaikan kelas saja. Lagipula ujian akhir akan berlangsung kurang dari lima hari. Terima kasih sudah menjawabku. Aku akan pergi."

Bambam tersenyum sambil mengangguk. Matanya mengikuti Mark yang berjalan menjauh. Setelah Mark benar-benar tidak terlihat lagi, dia menghela nafas berat. Siapa orang yang disukai Mark hyung?, pikirnya.

.

.

.

.

I close my eyes, whenever I see your pretty face.

Kelas telah dimulai semenjak tiga-puluh menit yang lalu, tiba-tiba suara ketukan pintu mengintrupsi Park Saem yang sedang memberikan penjelasan. Seorang laki-laki manis, yang sangat familiar bagi Mark memasuki kelas dengan senyum lebar –dan cantik-nya. Laki-laki itu berbicara sebentar dengan Park Saem lalu menatap seluruh murid dikelas itu. Tetap dengan senyuman manisnya.

Mark menenggelamkan wajahnya dimeja, mencari cara agar dia tidak melihat wajah manis laki-laki itu.

Argh, aku bisa gila jika ini terjadi terus menerus, pikir Mark.

"Mark Tuan-ssi," Mark membuka matanya lalu mendongak.

"ne?"

"eum, Han Seongsaem memanggilmu. Han Saem ada dikelasku, bisa pergi sebentar?" laki-laki itu tersenyum lagi.

Mark berpikir sejenak. Bukan tentang jawaban 'iya' atau 'tidak' tapi tentang apa matanya akan baik-baik saja jika terus melihat hal semacam ini?

Mark mangangguk lalu berdiri. Meminta ijin pada Park Saem lalu mengikuti laki-laki itu yang berjalan keluar kelas dari belakang.

"Bambam?"

"ya?" laki-laki itu, Bambam, menoleh kearah Mark yang memanggilnya. Mereka sudah ada didekat kelas Bambam tapi tiba-tiba Mark menghentikan jalannya. Bambam menunggu Mark mengucapkan sesuatu sambil tersenyum manis. Mungkin, mood-nya sedang baik hari ini.

Mark kembali melihat senyuman itu. Mark mengambil nafas berat lalu menghembuskannya. Wajahnya memerah entah kenapa.

Then with a zoned out face, I start talking to myself,

"why are you so pretty?"

"maaf?"

Bambam mengerutkan dahinya mendengar ucapan Mark.

"e-eh? Aniya. Lupakan."

Ah,paboya! Bagaimana aku bisa mengatakan itu? Harusnya aku menjaga mulutku!Paboya!, gerutu Mark pada dirinya sendiri.

Bambam menatap Mark kebingungan.

"kubilang lupakan saja. Aku tiba-tiba membayangkan hal-hal aneh tadi. Tidak seharusnya aku mengatakan itu padamu yang tidak mengerti tentang hal yang kubayangkan." Mark tersenyum canggung.

"ah, begitu. Baiklah." Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka.

Membayangkan hal-hal aneh tentang dirimu lebih tepatnya, pikir Mark.

Wajah Mark kembali memerah lalu menggelengkan kepalanya. Aniya!, teriaknya dalam hati.

Why am I so nervous? I can't hold in the ringing of my heart.

"kau baik-baik saja, hyung?"

Mark menelan ludahnya. dia tidak tahu bagaimana cara memulainya.

"hyung, apa kau bisa mempercepat ini? Aku harus segera menyelesaikan tugas dari Kim Saem."

Kim Saem? Ah, tidak salah aku membencinya!, pikir Mark.

"hyung?"

"a-ah? Begini.. aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"katakan saja." Bambam tersenyum.

Mark benar benar gugup sekarang. Jatungnya benar-benar bekerja diluar kendali saat ini. Dia bahkan dapat mendengar bunyi detak jantungnya sekarang.

"maukah kau pergi bersamaku nanti malam? Aku ingin mengajakmu kesebuah tempat yang aku yakin kau pasti suka."

Akhirnya!, batin Mark.

"aku? Bersamaku? Benarkah? Boleh?"

"tentu saja. Aku yang mengajakmu."

"apa itu wahana bermain?"

"kurang lebih seperti itu." Bambam mengganguk semangat.

"aku mau!"

"aku akan menjemputmu pukul tujuh. Bersiaplah." Bambam kembali mengangguk senang.

Ini akan menyenangkan!, batin Mark.

.

.

.

.

Why do you shine so much? When I look at you, when your eyes look at me, I feel like I'll go blind.

Mark sudah menunggu Bambam didepan apartemennya selama sepuluh menit tapi Bambam tidak juga keluar. Mark berada didepan pintu mobil sebelah kanan –sambil bersandar- dan memainkan kunci mobilnya untuk membunuh kebosanan. Ah, tidak. Mark tidak akan bosan jika itu berhubungan dengan si manis Bambam.

Mark mendengar suara pintu apartemen yang dibuka dan Mark mendongak. Matanya melihat seorang laki-laki yang trelihat begitu manis. Bambam always looks adorable whatever he wore, pikir Mark. Bambam tersenyum –senyum yang mengibaratkan kata maaf- dan berjalan kearah Mark.

"aku minta maaf karena aku terlambat." Bambam menatap Mark ragu. Setiap laki-laki itu benci menunggu, dan mungkin saja Mark marah padanya.

"hyung? Hyung, gwenchana?"

Bambam menyentuh pundak Mark khawatir. Semenjak Bambam keluar tadi, Mark hanya terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka dan mata yang tidak dikedipkan sama sekali.

"hyungie?"

Mark masih menatap kearah mata Bambam. Bambam benar-benar terlihat berbeda hari ini. Dia terlihat begitu.. cantik. Bahkan Mark bertanya-tanya bagaimana bisa seorang laki-laki bisa terlihat secantik ini? Apa Bambam benar-benar seorang laki-laki? Kini, Mark kembali mengkhawatirkan kesehatan matanya. Dia takut dia bisa buta ketika melihat Bambam seperti ini.

"hyuuuung~~"

"a-ah? Wae?" Mark mengedipkan matanya beberapa kali.

"kau tidak apa? Kenapa kau hanya diam saja? Kau marah padaku? Aku mengkhawatirkanmu."

"aku tidak apa-apa. Berangkat sekarang?"

Senyuman penuh rasa bersalah Bambam kini digantikan senyuman senang darinya. Bambam mengangguk lalu Mark membukakan pintu mobil untuknya.

After a few moments~~

"kita sampai~"

Mark membuka pintu dan berjalan keluar. Mark mendekat kearah pintu sebelah kanan; bermaksud untuk membukakan pintu untuk Bambam. Tapi ternyata Bambam sudah membukanya terlebih dulu.

"kau tidak perlu melakukannya, hyung. Aku ini bukan anak kecil yang tidak bisa membuka pintu mobil sendiri." Bambam berkata.

"ah, arraseo." Mark tersenyum canggung. Entah kenapa dia merasa begitu canggung saat ini.

"kajja~"

Bambam tersenyum senang lalu menggandeng tangan Mark; menarik Mark memasuki area wahana itu. Dan Mark dapat merasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat. Tangan kanan Mark yang bebas, menyentuh dada kirinya, jantungnya benar-benar diluar kendali.

"hyung, kita akan naik wahana apa?" Tanya Bambam tiba-tiba.

"e-eh?" Mark menoleh lalu berpikir sejenak. "kau ingin apa?"

Bambam berpikir sejenak lalu menarik Mark masuk kedalam antrean. Roller coaster. Mark tidak salah baca, 'kan? Bukannya Mark takut, dia hanya tidak yakin apakah Bambam bisa menaiki wahana ini.

Setelah hampir sepuluh menit, akhirnya mereka menaiki Roller coaster tersebut. Dan Roller Coaster itu berhenti dalam jangka waktu tujuh menit. Bambam terlihat begitu senang setelah menaiki wahana extreme itu. Dan Mark.. sedikit berbeda dari Bambam. Dia yang awalnya berpikir dia akan baik-baik saja, justru dia yang merasa pusing. Dia mencoba untuk tetap terlihat okay, agar setidaknya image cool dia didepan Bambam tidak hilang.

Bambam kembali menaiki wahana yang lain. Bahkan sekarang Mark sudah benar-benar pusing menaiki semua wahana yang diinginkan Bambam. Ternyata, Bambam ini cukup pemberani. Setelah menaiki lima wahana, Mark berkata,

"Bambam-ah, aku lelah. Bisakah kita beristirahat sebentar?"

"baiklah. Aku juga lelah."

"kau mau membeli permen kapas mungkin?"

"aku.. tidak membawa uang."

"aku akan mentraktir apapun untukmu hari ini."

"jeongmal-yo?" Mark mengangguk. Sedetik selanjutnya Bambam memeluk Mark dari samping dan mengucapkan terima kasih.

Mark membeku. Dia tidak tahu Bambam akan memberi respon seperti ini.

Bambam melepaskan pelukannya dan belum ada pergerakan dari Mark.

"hyung, kau bilang kau akan mentraktirku permen kapas tapi kenapa diam saja?"

Mark menoleh. Kedipkedipkedip.

"yah, hyung, apa yang kau lakukan?"

"a-ani. Kajja!"

Mark berjalan menuju penjual permen kapas terlebih dulu.

"yah! Hyung, tunggu aku!"

Bambam sedikit berlari lalu meraih tangan Mark.

Lalu beberapa saat kemudian, mereka akhirnya mendapat permen kapas yang Bambam ingin dan sedang beristirahat. Duduk di-bangku-pinggir-jalan dengan pemandangan orang yang sedang berlalu lalang dan air mancur tidaklah buruk.

"hyung, permenku akan segera habis. Aku ingin pergi ke satu wahana lagi. Tapi aku janji, setelah ini kita akan pulang."

"baiklah." Mark menyetujui ucapan Bambam.

Dan tanpa Mark duga, Bambam memilih Haunted House. Atau biasa disebut, Rumah Hantu. Mark yakin dia tidak takut dan dia juga sangat yakin bahwa Bambam yang akan ketakutan –walaupun sebelum sebelumnya Mark juga berpikir seperti itu, dan semuanya salah- kali ini.

Tepat ketika mereka memasuki tempat itu, Bambam memeluk lengan Mark. Dia takut gelap, well. Mark menyeringai, benarkan apa kataku?, pikirnya.

Ketika beberapa 'hantu' datang untuk menakuti mereka, Bambam mengencangkan pegangannya. Bambam bahkan sedikit bersembunyi dibelakang Mark dan sesekali menyembunyikan wajahnya dibalik lengan mark.

Terserah, yang penting bukan aku yang mengajaknya memasuki tempat ini, batin Mark.

"a-aigoo, kenapa jauh sekali? Aku ingin cepat-cepat keluar." Suara Bambam yang bergetar membuat Mark tertawa kecil.

"kita akan segera keluar, tenang saja." Kata Mark dengan cool. Bambam mengangguk samar.

Hingga akhirnya, mereka keluar, dengan posisi yang sama. Setelah Bambam benar-benar tidak bersenbunyi dibalik tubuh Mark dan melihat dia sudah berada ditempat yang terang dan banyak orang, dia menatap Mark.

"itu tadi cukup mengerikan."

Mark tidak menjawab. Matanya sibuk melihat bagaimana Bambam memeluk lengannya dengan erat. Bambam –yang tidak mengerti- mengikuti arah mata Mark. Lalu Bambam cepat-cepat melepas pelukan tangannya ketika dia sadar bagaimana dia memeluk lengan Mark.

"mianhae~" Bambam menunduk. Mark tersenyum melihat Bambam lalu dia mengacak rambut Bambam.

"pulang sekarang?"

Bambam memberanikan diri untuk mendongak lalu mengangguk.

.

.

.

.

Every single day, I test my patience, I see you everyday.

Bambam melambaikan tangannya kearah Mark ketika mereka bertemu digerbang sekolah. Mark melihatnya dan membeku untuk beberapa saat. Entah kenapa, semenjak mereka bertemu kemarin, Bambam terlihat semakin cantik dimata Mark. Mark bahkan tidak berani bertaruh apakah matanya –dan mungkin jantungnya- akan baik-baik saja.

Jika taruhannya untuk ini adalah kesehatan mata dan jantungku, I'd rather not see you., pikir Mark.

When I feel your touch, it triggers the alarm. I'm falling for you more and more, you're so fantastic.

"kau akan pergi kekelas kan, hyung? Aku ikut, ya? Kelask kita kan berdekatan."

Bambam tersenyum dan menggandeng tangan mark, lalu menariknya pergi.

Jika seperti ini terus, aku akan benar-benar jatuh padamu., pikir Mark –lagi.

.

.

.

.

When you look into my eyes with that smile, I want to hug you gently.

"hyung!"

Mark berhenti. Begitu juga ketiga temannya; Jackson, Jaebum, dan Jinyoung. Mereka menoleh kebelakang dan menemukan Bambam sedang berlari kearah mereka. Bambam akhirnya tepat berada dibelakang Mark. Empat laki-laki itu –tidak termasuk Bambam, tentu saja- berbalik badan.

The closer you come to me, the bigger my heart grows.

"wae?" Mark bertanya. Bambam yang semula masih mengatur nafasnya, menegakkan badannya.

"eum.. aku ingin mengatakan sesuatu."

"katakan saja." Empat laki-laki didepan Bambam mengerutkan dahinya penasaran ketika melihat wajah Bambam yang bersemu merah.

"terima kasih untuk yang kemarin." Bambam menunduk. Entah kenapa, dia tidak berani menatap Mark. Mungkin, karena kejadian –yang menurut Bambam- memalukan diHaunted House kemarin.

"ah itu.. Gwenchana, kau tidak perlu berterima kasih."

"apa semalam aku tertidur dimobilmu?"

"ya.. begitulah." Mark mengangguk pelan.

"ah, begitu. Terima kasih untuk tidak membangunkanku dan memindahkanku kekamar." Mark tersenyum canggung dan mengusap tengkuknya.

"ada yang ingin kau tanyakan lagi? Kau terlihat ragu." Bambam mengangguk mendengar pertanyaan Mark.

"apa kemarin kau tinggal untuk beberapa saat?" kini, wajah Mark memerah.

"w-wae?"

"eung, jaketmu.. tertinggal. Sebenarnya aku tidak yakin apa itu milikmu, tapi itu terlihat mirip dengan yang kau gunakan kemarin."

Ah, sial! Bodohnya aku meninggalkan jaket diapartement Bambam., gerutu Mark.

Jaebum, Jackson, dan Jinyoung tersenyum menahan tawa melihat bagaimana bodohnya Mark didepan Bambam –padahal percayalah, Mark sudah mencoba sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja-.

"aku lupa membawakannya untukmu. Maaf."

"aku bahkan tidak tahu kalau jaketku tertinggal." Guman Mark. Bambam menatap tepat kearah mata Mark sejenak lalu tersenyum. Senyuman manisnya terlihat lagi. Kali ini sedikit lebih manis dari biasanya. Sialnya, bukan hanya Mark yang melihat, tapi ketiga temannya juga.

Berhenti tersenyum seperti itu, pikir Mark. Bukan karena dia tidak rela ketiga temannya melihat senyum manis Bambam. Dia hanya takut dia lupa siapa dirinya dan dimana dia sekarang lalu memeluk Bambam dan tidak melepaskannya.

"jadi, itu saja yang ingin kukatakan. Terima kasih. Annyeong, sunbaenim~" Bambam membungkuk pada keempat sunbae-nya lalu berbalik dan berlari menjauh.

"aahh, Mark Tuan-ssi, apa yang kau lakukan semalam dengannya, hm?"

"kencan tanpa sepengetahuan kami?"

"bagaimana bisa jaketmu tertinggal ditempatnya?"

"sepertinya kau perlu menjelaskan sesuatu pada kami."

"ah, sial. Kenapa kau harus bertemu dengannya terlebih dulu? Padahal dia manis. Andai saja aku yang bertemu dengannya dulu, pasti dia sudah menjadi milikku sekarang."

Ucapan terakhir dari Jackson membuat Mark ingin membunuh Jackson sekarang.

.

.

.

.

Whenever we talked, you slightly hold me by the arms, I want to turn around and hug you tight.

Mark mengetuk pintu apartement Bambam. Dia datang untuk mengambil jaketnya yang tertinggal. Setelah Mark mencoba mengetuk lagi, dia baru mendengar suara Bambam dari dalam apartement. Beberapa menit kemudian, pintu terbuka dan memperlihatkan Bambam dengan baju tidurnya dan wajah bangun tidurnya. Walaupun begitu, Bambam tetap saja terlihat menawan dimata Mark.

"ah Mark hyung! Wae?"

"aku.. ingin mengambil jaketku."

"oh, itu. Kau bisa masuk terlebih dulu."

Mark mengangguk lalu memasuki apartement Bambam. Tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Jika Mark pikir-pikir mungkin apartemen ini seperempat lebih kecil dari kamarnya. Walaupun lebih kecil, apartemen Bambam begitu rapi, tidak ada baju, bungkus makanan, atau sampah yang berserakan. Itu berarti, Bambam rajin membersihkan tempatnya, jauh berbeda dengan Mark. Mark mungkin lebih memilih untuk menyuruh maid yang ada dirumahnya.

Beberapa saat kemudian, Bambam kembali dengan jaket milik Mark ditangannya. Bambam duduk disebelah Mark dan memberikan jaket yang dia bawa kepada Mark.

"terima kasih." Bambam mengangguk dengan senyum manis yang terpasang diwajahnya.

"besok ujian akhir akan berlangsung 'kan?"

"hu'um. Cepat sekali ya? Padahal, rasanya seperti kemarin aku baru saja masuk universitas ini."

"kau kan hanya akan ganti semester. Sedangkan aku? Aku harus segera menyelesaikan skripsi-ku dan wisuda."

"kau benar. Kau akan segera wisuda. Apa itu berarti kau tidak akan bertemu denganku lagi?" Bambam memeluk lengan Mark dan mempoutkan bibirnya. Mark tersenyum geli.

"aish, jangan seperti itu." Mark mengacak rambut Bambam. "aku bisa kapanpun datang ke apartementmu."

"benarkah?" Bambam menatap Mark penuh harap.

"ya, tentu saja. Belajar yang baik, oke? Aku akan pulang, aku tidak mau menyita waktu belajarmu." Bambam mengangguk.

"hati-hati dijalan, hyung. Bye~"

.

.

.

.

Ini sudah tiga hari semenjak ujian akhir Bambam berakhir. Bambam terus saja memegang handphonenya. Dia menunggu telepon atau setidaknya pesan singkat dari Mark.

Bambam hampir saja tertidur ketika handphone-nya berdering.

"yeoboseyo?"

"yeoboseyo, Bamie-ya!" Bambam mengerutkan dahinya lalu mengintip siapa yang menelponnya. Ketika mengetahui itu adalah Mark, wajahnya tiba-tiba memerah mendengar cara Mark memanggilnya.

"ne. Wae?"

"besok, sehari sebelum wisuda-ku berlangsung, seorang temanku akan mengadakan sebuah acara untuk kami yang akan berwisuda di daerah Gangnam. Kau mau ikut?"

"tapi aku 'kan belum akan wisuda."

"kau bisa pergi dengan alasan aku. Kau mau?"

"kalau kau mengajak, mengapa tidak?"

"tapi, acaranya sedikit malam."

"benarkan? Pukul berapa?"

"pukul delapan."

"ah, it's okay, hyung. I'll wait you, okay?"

"hu'um. I hope you show me your best tomorrow."

"I will." Bambam tersenyum.

"okay, goodnight."

"goodnight too."

.

.

.

.

"..show me your best.."

Kata-kata itu terdengar seperti mereka akan pergi kencan dan itu berhasil membuat wajah Bambam memerah memikirkannya. Ini adalah acara bersama teman-teman Mark dan dia tidak boleh mengecewakan Mark. Tapi sayangnya, Bambam bukanlah seorang perempuan yang pandai merias diri dan sebagainya. Lagipula, Bambam, yang bukan merupakan seorang perempuan, juga memberi sedikit keuntungan; dia tidak perlu repot-repot pergi ke salon atau-apalah-itu jika dia ingin terlihat great.

Ah, masa bodo. Aku akan memakai apapun yang menurutku bagus.

Tiga-puluh menit lagi Mark akan datang dan Bambam bahkan belum memutuskan untuk memakai baju apa. Memangnya, sesulit apa memilih baju?

"aahh, micheoseo!" teriak Bambam kesal.

.

.

I bet you never know how hard I try. Because when you're smiling with your eyes, it feels like I'll faint.

Mark mengetuk pintu apartement Bambam dan pintu tersebut segera terbuka. Bambam dengan pakaian yang sedikit lebih rumit dari biasanya dan eyesmile nya menggantikan posisi pintu didepan Mark. Ini salahku yang menyuruh Bambam menunjukkan 'yang terbaik', batin Mark.

"hyung, wae? Apa bajuku tidak cocok untuk acara ini? Apa aku harus mengganti bajuku?" Bambam menjadi sedikit panik ketika Mark hanya berdiam diri setelah melihatnya.

Bukan itu, pabo! Aku hanya merasa hidupku tidak akan lama jika terus-terusan seperti ini, gerutu Mark.

"a-ani. Kita bisa berangkat sekarang, mungkin?" Bambam tersenyum lalu mengangguk.

"tentu saja~"

.

.

.

I wouldn't say this if you weren't so pretty with your delightful smile. Whenever you do that, it's driving me crazy.

Bambam tersenyum senang ketika mereka sudah sampai. Ditaman ini sudah banyak orang yang datang. Teman Mark hyung ini kaya sekali?, heran Bambam. Bagaimana tidak, taman ini sudah seperti tempat khusus untuk mengadakan private party.

"ini alasan kenapa aku mengajakmu. Semua orang datang bersama pasangan mereka."

"tapi.. aku bukan pasanganmu." Wajah Bambam tiba-tiba bersemu merah.

"setidaknya aku tidak datang sendiri." Bambam mengangguk mengerti.

"ngomong-ngomong, kenapa disini ramai sekali? Kupikir hanya teman-teman dari temanmu itu yang diundang."

"tidak. Semua jurusan yang akan wisuda diundang." Bambam mengangguk mengerti.

"ah, I see." Bambam tersenyum manis kearah Mark.

"kenapa kau tersenyum seperti itu?" Mark mencoba untuk menyembunyikan kegugupannya.

"wae? Kau tidak suka?" Bambam menghapus senyumnya dan merubahnya menjadi pout.

"bukannya tidak suka, tapi.." Mark berhenti untuk sesaat. Bambam menatap Mark penasaran; penasaran dengan lanjutan kalimatnya, dan penasaran kenapa Mark berhenti bicara. "..aku hanya tidak pernah melihat kau menatapku sambil tersenyum seperti itu."

"benarkah? Kalau begitu, lain kali aku akan sering-sering melakukannya." Bambam tersenyum lagi.

"andwae!" Bambam menatap bingung kearah Mark yang tiba-tiba berteriak.

"w-wae?"

"a-ah, maksudku apa kau tidak lelah terus tersenyum seperti itu?" Mark mencoba untuk tersenyum menutupi kecanggungannya.

"hyung, kau aneh." Bambam menyipitkan matanya.

"wae? Aku biasa saja." Mark menelan ludahnya dengan berat dan mencoba untuk menghindari tatapan Bambam.

Uh, apa jantungku baik-baik saja jika terus-terusan bekerja secepat ini?, pikir Mark.

Bambam berpikir sejenak lalu mengangguk pelan.

"baiklah. Kajja!" Bambam tersenyum dan menarik tangan Mark pergi.

.

.

If you're driving me crazy, I can't take it anymore, please stop baby, stop it.

Mark sedang bersama Jackson, Jaebum, dan Jinyoung. Oh, jangan lupakan Bambam yang sedang memakan ice cream-nya sambil mengamati mereka ber-empat yang sedang berbincang. Dan jangan lupakan juga tangan Bambam yang masih setia memeluk lengan Mark –Bambam takut dia akan kehilangan Mark diantara banyak manusia disini.

Mark berulang kali menelan ludahnya. Dia takut Bambam akan mendengar detak jantungnya yang bekerja tidak seperti biasanya.

"ya! Kenapa kau diam saja?" ucapan Jinyoung membuat semua orang –Jackson, Jaebum, dan Bambam- menoleh kearah Mark.

Mark yang merasa ditatap teman-temannya, berbicara,

"a-ani." Dan menggeleng canggung.

"wae? Kau sakit? Wajahmu memerah." Kini, Bambam yang berbicara.

"dia benar. Wajahmu memerah." Tambah Jaebum dan Bambam mengangguk.

"gwenchana." Mark mencoba untuk tersenyum.

"katakan saja yang membuatmu tidak enak, hyung." Mark mendeath glare Jackson yang tersenyum jahil.

"diam, Jackson. Tidak ada satupun hal yang menggangguku disini."

"baiklah, Tuan-ssi." Mark benar-benar merasa ingin memukul Jackson ketika melihat senyuman jahil Jackson yang belum juga menghilang.

"kau benar-benar tidak papa? Disini dingin tapi kau berkeringat." Bambam kembali bertanya. Dan kali ini dia sedikit berjinjit dan menempelkan punggung tangannya ke dahi mark. "tidak panas. Jadi, kenapa kau berkeringat? Kau demam, hyung?" Bambam menatap Mark innocent.

Hentikan tatapanmu itu jika kau ingin pulang dengan selamat, Bamie, pikir Mark.

Tanpa menjawab satu pun pertanyaan Bambam, Mark menarik Bambam ke tempat seseorang yang bernama entahlah-Bambam-tidak-mengenal-nya. Mark membisikkan sesuatu ketemannya itu. Setelah mendapat anggukan dari temannya, Mark kembali menarik Bambam ketengah-tengah kerumunan orang. Membuat mereka berdua –Mark dan Bambam- menjadi pusat perhatian orang-orang.

You make me a fool. I am going crazy out of my mind.

"ya! Apa yang kau lakukan, hyung?"

Mark tidak menjawab. Dia memilih untuk menggenggam tangan Bambam. Semua orang yang ada disana masih diam. Tidak mengerti apa yang ingin Mark lakukan.

"hyung, kita ada ditengah-tengah dan semua orang menatap kita. Aku malu.. tapi.. aku akan tetap berada disini jika kau tidak meninggalkanku." Bambam tersenyum manis. Sekali lagi.

Stop it, my heart is pounding.

"Bamie-ah, menurutmu bagaimana aku?"

"e-eh? Apa yang kau tanyakan?"

"jawab saja."

"didepan semua orang?" Mark mengangguk. "tapi.. aku malu."

"katakan saja."

"baiklah, jika kau meminta. Menurutku, kau baik, perhatian, tampan dan.. sempurna." Bambam tersenyum tapi dia menundukkan kepalanya karena malu.

"jika, aku sekarang mengatakan aku mencintaimu, apa yang akan kau lakukan?" perkataan Mark membuat beberapa orang berkata 'woaaa' dan berbisik-bisik. Tapi beberapa saat kemudian mereka kembali tenang agar dapat mendengar jawaban Bambam.

"e-eh?" Bambam mendongak agar bisa menatap Mark menggunakan dua matanya yang membesar sekarang.

"do you hear something in this quiet situation?"

"eum.. a little."

"in your mind, what sound is it?"

"I don't know. I just.. hear that sound in very slow volume."

"What you're hearing right now is not the sound of a drum. It's the sound of my heart that grows louder every time I think of you." Kali ini, kata-kata seperti 'ah, so sweet..' dan gumanan tentang betapa manisnya Mark terdengar.

"whenever you getting closer to me, my face is getting more and more red." Lanjut Mark.

"me? How can..? We are.. friend, right?"

"I've fallen in love with you. When you're stay by my side, I just can't stay cool. It's hard to pretend to be cool."

"is that hard? Why?"

"Try this yourself, see if you can stand it. Feel it."

"I've never tried that. I don't know how your feeling is."

"You don't know because you've never been through it."

"that's true." Bambam mengangguk. "so, what do you want me to do now?"

"Do you understand my mind? Does it always take so long to choose your man?"

"you want to be my man?" Bambam terkejut.

"of course. I love you."

Bambam terdiam. Jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya dan dia tidak bisa membiarkan ini. Wajahnya sekarang memerah karena menahan malu. Bukan malu karena orang yang mencintainya adalah Mark –justu itu adalah sebuah kehormatan untuknya, Mark Tuan, laki-laki terpopuler disekolah menyukainya- tapi karena cara Mark yang terlalu frontal didepan orang banyak.

Please don't make me anxious. Accept me, please., batin Mark. Mark ingin mengucapkannya tapi dia lebih memilih untuk menunggu Bambam mengucapkan sesuatu.

"I just.. don't understand how can Mark Tuan loves me? He's perfect and I'm.. well, just me."

"it's just because he loves you just the way you are."

"I'm speechless. I don't know how to answer."

"Am I so different from your Prince Charming? I'm an alright guy, really I am."

I am a good boy, so why do you keep thinking it?, gerutu Mark dalam hati. Bambam yang masih diam saja, membuat Mark tidak sabar.

"do you know my dream?"

"no, I don't."

"do you want to know?"

"if you mind to tell me.." Bambam mengangkat kedua bahunya.

"My dream is to have you, you are the end of my decision."

Perkataan Mark membuat wajah Bambam semakin merah. Dia tidak pernah tahu Mark bisa menjadi seperti ini padanya. Bahkan ketiga teman Mark; Jackson, Jaebum, dan Jinyoung, tidak pernah menyangka teman mereka bisa menjadi seromantis ini. Cara Mark menyatakan cinta pada Bambam membuat siapapun yang ada disana merasa iri. Mereka berpikir, jika mereka ada diposisi Bambam, tanpa pikir panjang mereka akan menerima Mark.

"yah! Apa yang kau pikirkan lagi? Kau tidak lihat bagaimana kesungguhan Mark?" Seseorang berbicara.

"menurutku Mark serius, katakan 'ya' dan kalian akan berkencan." Yang lain menanggapi.

"dan kita semua akan mendapat makan malam gratis besok."

Suasana menjadi ribut tiba-tiba. Suara-suara teman-teman Mark yang mendukungnya membuat Bambam semakin malu. Bahkan sekarang Bambam tidak berani hanya untuk menatap mata Mark.

"yah! Bisakah kalian diam dan membiarkan Mark juga Bambam menyelesaikan ini? Aku tidak sabar." Mark tahu itu suara siapa dan dia mendeath glare orang itu; Jackson.

"wae? Apa yang salah? Aku tahu kau juga tidak sabar." Kata Jackson. Mark memutar bola matanya malas lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Bambam sepenuhnya.

"Situation like this are not so good." Mark sedikit berbisik –tapi tetap saja semua orang bisa dengar.

"w-why?" Bambam mendongak; memberanikan diri untuk menatap Mark.

"I don't know, I'm not in right mind, my heart is a mess."

"really? Are you okay?" Bambam menatap Mark khawatir.

"There is a solution to this condition, it's you love."

Bambam yang awalnya benar-benar khawatir pada Mark menjadi bersemu merah mendengar jawaban Mark.

"aish.. hyung, don't joke."

"give me your answer, then." Bambam mengangguk.

"eum.. Mark Tuan-ssi because you.."

"wait." Ucapan Mark memberhentikan Bambam. "no. don't say it."

"huh?" Bambam menatap Mark tidak mengerti.

"I can't hear that. I mean, uh, I'm too nervous."

"so..?"

"if you reject me just slap me on the face. But if you have the same feeling with me.. kiss me then."

"kiss? In front of all of your friend? That will make me embarassed. I can be reject you, then. And you will be the only one that embarassed."

"I don't care. Just do it."

Mark menunggu Bambam menciumnya. Atau mungkin.. menamparnya. Tapi yang jelas sebuah tamparan dari Bambam pada saat ini bukanlah apa yang Mark inginkan.

Beberapa saat kemudian Bambam membawa tangan kanannya mendekat pada Mark. Bukan. Bukan untuk menampar Mark. Dia melakukannya hanya untuk memegang bahu Mark lalu berjinjit dan-

Chu~

"woaaaa…."

Setiap orang mengucapkannya. Melihat pasangan yang baru beberapa detik bersama berciuman didepan mereka adalah sebuah pemandangan langka.

Mark menyeringai dalam ciumannya. Dia menarik Bambam mendekat dan memperdalam ciumannya. Ketika Mark baru saja menggerakkan bibirnya, Bambam menarik dirinya menjauh.

"andwae. Kau lihat dimana kita sekarang? Aku bisa-bisa mati karena malu."

"kenapa harus malu jika kau adalah kekasih Mark Tuan, hm?"

Mark kembali mendekatkan wajahnya. Sebelum wajah Mark benar-benar dekat, Bambam memukul dada Mark.

"kubilang tidak." Bambam mempoutkan bibirnya kesal.

"kau menerimaku, hm?" Bambam mengangguk malu-malu menjawab pertanyaan Mark.

"thank you." Mark menarik Bambam kedalam pelukannya.

"To me, you're more precious than treasure, it would be the greatest honor if you would give me a chance. And thank you so much you just make that happen. I will keep my most precious treasure and won't let it go. I love you sweet, baby."

.

.

.

.

END

Oke sip-_- Zee baru punya mood buat ngedit fanfic ini dan Zee baru sadar kalo fanfic ini asdfghjkl-_- maafin Zee /.\

RnR, Please?