illusion

haikyuu © furudate haruichi
saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini


Kerumunan undangan yang merapat dan lagu pesta yang mulai menggila membuat kepala Oikawa berdenyut-denyut. Efek alkohol yang ia minum dua puluh menit yang lalu mulai menyerang sarafnya. Ia mengutuk keimpulsifannya sebagai pemuda baru saja dewasa dan kalap minum enam gelas martini. Sekarang, ia sedang memojokkan diri bersama Iwaizumi di kursi bar yang sepi di ujung ruang dansa menteri pendidikan, budaya, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi Jepang (ya ampun, Pak Menteri pekerjaannya banyak sekali, batin Oikawa geli tanpa alasan).

"Mampus 'kan? Siapa juga yang nekat minum sebanyak itu," Iwaizumi duduk tenang di samping, meminum salah satu dari dua air putih hangat yang disodorkan bartender untuk meredakan pusing Oikawa (dan meredam temper Iwaizumi yang mulai bergejolak panas gara-gara melihat temannya ceroboh).

"Ho oh, Iwa-chan. Tolong diam sebentar, kepalaku masih pusing."

Keduanya duduk menghadap kerumunan, kedua punggung lebar bersandar malas di ujung meja bar. Kerongkongan Oikawa pahit rasanya, asam lambung bergemuruh tanpa ampun, menyiksanya. Belum ditambah dengan dentuman di pelipis, sungguh malam yang indah untuk Oikawa Tooru.

Berharap agar siksaan yang menderanya mereda, ia lebarkan fokus ke sana, mencari sesuatu dalam pusat ruangan.

Ah.

Di sana, ada seseorang yang memikat perhatiannya. Pada seorang wanita semampai yang sedang berjalan tanpa arah. Fabrik gaunnya jatuh sampai ke lutut, warnanya sehitam rambut kucir kuda gagaknya. Ia bergaya minimalis, monokrom, tak seperti wanita terhormat lainnya yang berhias pelangi dan berlian.

(Dan matanya,

bertemu sejenak dengan Oikawa.

Ia kehilangan jejak napas.)

Oikawa mengerjap sekali.

Wanita itu menghilang.

Sang pemuda mendorong tubuhnya ke depan, mencoba mencari ke mana wanita itu pergi.

"Oi, kau ini kenapa, hah?" Iwaizumi keheranan.

"Iwa-chan, kau lihat ada perempuan bergaun hitam di sana?" tanya Oikawa, wajah dan matanya merah sekali.

"Mana?"

"Itu, di sana. Kelihatan jelas sekali gaunnya paling polos sendiri."

Mata Iwaizumi mencari-cari di antara tamu-tamu, begitu juga dengan Oikawa. Ia bersumpah melihat wanita itu dengan nyata, ia bisa merasakannya. Tapi jika itu betul, di mana wanita itu sekarang?

Impuls yang amat kuat menyerang saraf kepala Oikawa, membuatnya mengerang lirih. Sekali lagi, ia masih ingin mencari, ingin menemukannya dan mengajaknya berkenalan, karena…

Tangannya tanpa sadar menggapai bahu Iwaizumi dan dengan lunglai ia memeluk temannya itu dari belakang. Iwaizumi kaget, kebingungan, ingin marah tapi kasihan melihat kondisi temannya yang menyedihkan.

"Iwa-chan, bawa aku kepada malaikat bergaun hitam itu. Aku ingin kenalan," lantur Oikawa, silabelnya mulai berantakan.

"Ya orangnya di mana, dari tadi aku tidak melihatnya," Iwaizumi menjawab, ada nada jengkel namun tidak serius.

"Itu di sana."

"Mana, tunjukkan padaku."

"Itu, ituuuu—"

Kepala si brunet mendadak jatuh ke bahu Iwaizumi, dan—

Hoek.

"OIKAMPRET KALAU MUNTAH JANGAN DI BAHUKU, SIALAN."


note. liburan dipake buat nulis random-random ya udahlah