Aishiteru Yo!
A BoBoiBoy FanFiction
Created by: Leanna and Lucario
Continued by:
Yukisaki Sonata
Yuki: Halo,semua.*flat face* namaku adalah Yukisaki Sonata,assistennya Kirisato Aruma terdahulu. Oh,jika kalian tanya kemana Kiri,dia sedang sibuk belajar. Beberapa hari yang lalu dia merengek,katanya akunnya gabisa dibuka gegara lupa password,alhasil saya terpaksa meneruskan ceritanya karena dia merengek minta lanjutin.
Iya,ngeselin banget. Serius.
Terakhir kali sampai chapter 16 kah? Oke,sebentar.
Legends:
"Write" = speaking.
'Write' = thinking
Write = Summary
Write = past,unfamiliar words
Write = something that refers to 'bahasa daerah'.
Summary: Hari Valentine sudah dekat,dimana para gadis memberikan coklat kepada pria yang mereka cintai. Tentu saja,Halilintar berharap Raini memberikan coklat untuknya,namun anehnya gadis yang dimaksud justru tidak datang sehari sebelum Valentine. Dan ya,setelah hari itu datang,apa yang akan terjadi? Read and Review.
Chapter 16: Valentine Day! Tsundere Side is Shown!
Hari Valentine.
Hari dimana para gadis memberi coklat buatan mereka kepada pria yang mereka cintai,walaupun ada juga yang sedang malas jadi membelinya dan memberikannya. Dan ya,satu sekolah Pulau Rintis menghebohkan hal ini,khususnya para cowok.
Tak lupa juga ada beberapa jomblo yang menganggap tanggal 14 Februari itu merupakan teror terparah bagi mereka,apalagi sewaktu malam minggu dan sendiri.
"Aniki!" Panggil seorang pemuda bersurai hitam dengan corak topi berwarna biru dan kuning,dan posisinya miring kesamping ala anak hiphop.
Yang dipanggil menolehkan kepalanya ke pemuda itu,iris crimson miliknya menatap kearah warna sapphire blue itu dengan datar. Pemuda yang dipanggil itu membalikkan badannya,dan menatap orang yang ada dihadapannya.
"Apa?" Tanyanya dengan nada yang datar,tak berekspresi sama sekali.
"Kan besok hari Valentine,Raini-chan ada tidak memberikan coklat untuk Aniki besok?" Tanyanya dengan nada suaranya yang agak cempreng itu.
"Kurasa ada. Lagipula dia itu pacarku." Balas pemuda itu dengan enteng,mengangkat kedua bahunya."Bagaimana denganmu,Taufan? Siapa yang nanti memberimu coklat?"
Murid laki-laki yang bernama Taufan ini terdiam sejenak,namun ia tertawa kecil mendengar hal itu.
"Maa,maa,Aniki-yo!" Ucapnya."Aku akan diberi coklat oleh Ying,jadi tenang saja!" Girangnya.
"Bagaimana dengan Yaya? Kau mau menolaknya begitu saja?" Balas sang kakak,menyilangkan kedua tangannya.
"Bukan begitu… Aniki,kau mau melihatku mati keracunan?" Rengek Taufan."Coklatnya itu mengerikan tahu! Gopal sendiri saja masuk rumah sakit seusai diberi Yaya!"
"Sore ga iin janai ka?" Balas sang kakak,atau bernamakan Halilintar dengan datar. Dan ya,lagi-lagi logat Jepangnya malah keluar."Motto ii houhou omae ga shine." Ucapnya lagi,yang sukses membuat Taufan bergidik ngeri.
"Apa maksudmu aku lebih baik mati?! Aniki,kau kejam!" Rengek sang adik dengan kesalnya."Dan juga,jangan pake bahasa Jepang kebanyakan,nanti pembaca bisa ga paham loh."
"Aku tahu itu. Sudahlah,aku mau kembali ke kelas." Halilintar membalikkan badannya dan berjalan ke kelas."Jaa na,baka Nowaki(*)." Ucapnya,melambaikan tangannya ke pemuda itu,dan memasukkannya kedalam saku celananya. Taufan langsung kesal mendengar hal itu,dan pergi ke kantin sambil menghentakkan kakinya.
Ke Halilintar,dimana ia sudah berada didepan kelas dan menggeser pintu kelasnya dan kembali menutupnya. Iris crimson miliknya melihat sekitar,mencari seseorang yang ia cari.
Siapa lagi jika bukan Aizawa Anggraini itu sendiri? Pacarnya yang entah kenapa tidak ada di kursinya. Halilintar terdiam,namun ia pergi ke bangkunya yang disamping jendela dan bangku Raini yang kosong itu. Dia pun duduk,dan menopang dagunya sambil menatap keluar jendela.
'Mungkin dia hanya telat.' Pikirnya,menatap luar jendela dengan tatapan yang terlihat bosan.
'Namun ini agak aneh,biasanya dia datang cepat…'
Tak lama kemudian,bel sekolah pun berbunyi dengan lantangnya,menandakan bahwa pelajaran agak segera dimulai. Murid-murid kelas 10-1 itu mulai ramai,dan satu persatu dari mereka menduduki bangku mereka masing-masing.
Dan ya,bangku disamping Halilintar masih kosong,tidak diduduki oleh gadis yang selalu ia sayangi. Pandangannya menyipit sekilas,merasakan ada hal yang ganjal hari ini. Tentu saja,biasanya Raini datang lebih awal,dan pastinya dia akan bertemu dengan gadis itu secara langsung,baru mereka berdua akan ke kelas bersama-sama,lima menit sebelum bel berbunyi.
Tapi hari ini tidak. Halilintar sama sekali tidak melihat sedikitpun warna rambut coklat panjang itu,ditambah dengan senyumannya yang ceria dan girang itu. Dia mengerutkan alisnya,dan menghela nafas singkat. Pandangannya lalu tertuju kedepan,dan bisa ia lihat seorang guru sudah berdiri disana sambil mengabsen para murid.
"Aizawa Anggraini?" Panggil guru itu.
"Dia tidak hadir buk!" Balas seorang murid dengan lantangnya.
"Lah? Tumben nih,ada yang tahu kabarnya?" Tanya sang guru,dan para murid pun mulai berbisik-bisik. Yaya langsung membalas pertanyaan Ibu Guru,mengangkat tangannya keatas.
"Kurasa hari ini dia tidak ada kabar,Bu." Ucapnya.
"Oh,baiklah…" guru itupun kembali mengabsen murid lainnya. Oke,ini semakin ganjal. Jika dia sakit,seharusnya ada surat dari tetangga sebelahnya,atau jika dia sedang izin maka Ibunya akan menelpon pihak sekolah. Namun hari ini tidak. Tidak ada surat,ataupun seseorangpun yang mengetahui kabarnya Raini.
'Ini mulai aneh…' batin Halilintar,tatapannya menjadi cemas sembari ia menatap keluar jendela. Jangan-jangan dia diculik Adu Du? Ataupun dia menjadi seorang sandera sekarang?
Banyak pikiran negatif menghinggapi otaknya Halilintar secara langsung. Sungguh,ingin rasanya ia pulang sekarang dari sekolah dan langsung kerumahnya Raini,tapi sayangnya ia tidak bisa. Jika bisa,apa alasannya? Halilintar tidak pernah berbohong seumur hidupnya,karena sifatnya yang terlalu jujur.
Detik ke detik,menit ke menit,bahkan sudah sejam pelajaran dimulai. Sialan,kenapa hari ini terasa lambat sekali? Pikir Halilintar dengan kesalnya,menatap jam dinding yang digantung diatas papan tulis,jarumnya masih menunjukkan jam 08.30.
'Tch,pada istirahatnya jam 09.15 lagi. Aku terpaksa harus menunggu lalu izin pulang.' Batin pemuda ini,menatap keluar jendela. Ia sama sekali tidak berniat untuk memerhatikan pelajaran yang diajarkan saat ini,dia hanya berniat pulang dan mengecek keadaan Raini apa dia baik-baik saja.
Memang,Halilintar bisa menjadi paranoid jika soal Raini,ditambah lagi semenjak Adu Du sering mengincarnya,dia menjadi lebih protektif kepada pacarnya. Gadis yang amat ia sayangi itu saat ini belum bisa menggunakan kekuatannya,karena kondisi fisiknya masih belum stabil semenjak Adu Du mengubahnya kembali menjadi seorang wanita. Akibat hal ini,Raini menjadi sering terkena flu,pilek,batuk,demam,dan sebagainya karena sistem imunnya menurun drastis. Halilintar kembali memutar bola matanya,melihat jam dinding yang jarumnya sudah menunjukkan jam 09.00. Ya,tinggal 15 menit lagi,lalu dia bisa izin kepada Kepala Sekolah untuk pulang karena ada kepentingan mendadak.
Halilintar kembali menghela nafas,namun sedikit panjang. Dia mulai terdengar putus asa menunggu waktu yang bergerak amat lambat hari ini. Ia meletakkan kepalanya diatas meja,dan menatap keluar jendela lagi dengan malas.
'Hari Valentine ya…' pikirnya.'Aku penasaran apa dia ada menyiapkan coklat untukku…'
Akhirnya,bel sekolah pun berbunyi. Sang guru langsung membubarkan kelas dan keluar dari sana,pergi kembali ke Majelis. Halilintar langsung berdiri dari bangkunya,dan ia pun keluar kelas,langsung pergi ke ruang kantornya kepala sekolah. Tidak lama,dia pun sudah berdiri didepan pintu kantor,nafasnya terengah-engah. Menghembuskan nafas,dia memutar knob pintu itu dan memasuki ruang itu.
"Oh,Halilintar. Ada apa datang kemari,hmm?" Tanya sang Kepsek,tersenyum kearah pemuda itu.
"Pak,izinkan saya untuk pulang." Ucapnya langsung."Ada kepentingan mendadak yang harus saya kerjakan."
"Hmm? Apa itu?" Tanya Kepsek balik dengan bingung.
"Saya tidak bisa memberitahu anda. Tolong pak,izinkan saya pulang." Ucapnya lagi,membungkukkan badannya. Telinganya mendengar tawaan yang berat,dan ia mengangkat kepalanya untuk menghadap sang Kepsek. Halilintar berkedip bingung,bertanya-tanya kenapa dia malah tertawa. Adakah kata-katanya yang lucu?
"Halilintar,kujamin ini soal Raini bukan?" Tanyanya,yang sukses membuat pemuda itu terkejut. Dia mengangguk pelan,dan melihat kearah lain dengan wajahnya sekilas terlihat gelisah.
"Baiklah,baiklah. Kau boleh pergi." Ucap sang Kepsek."Kalau ada apa-apa dengan Wakil Ketua kita,bisa bahaya nantinya."
Halilintar hanya terdiam mendengar itu,namun ia menegapkan badannya dan menjawab dengan tegas,"Terima kasih pak!" Lalu ia pun langsung keluar ruangan itu dengan terburu-buru. Halilintar langsung kembali ke kelasnya,mengemas segala barang-barangnya dan memasukkannya kedalam tas. Dia langsung menyandang tasnya,lalu keluar kelas dengan terburu-buru. Taufan kebetulan melihatnya,dan bertanya kepadanya yang melewatinya.
"Aniki,kau mau kemana!?" Tanyanya.
"Aku mau pulang!" Balas sang kakak dengan singkat,berlari di koridor sekolah dengan terburu-buru,membuat Taufan bingung ditempatnya.
'Harus aku cek,ada apa dengannya yang tidak datang hari ini…!' Pikir Halilintar yang sudah diluar sekolah,berlari menuju rumahnya Raini dengan terburu-buru.
~To Be Continued~
Yuki: Thank you for reading. Itu bagian satunya,bagian dua akan saya terbitkan besok. Oh,dan jangan lupa…
Ah,iya,ada sedikit catatan. Arti 'Nowaki' itu Taufan dalam bahasa Jepangnya(soalnya pernah ngetik 'nowaki' di Google Translate artinya 'Typhoon")
Ada juga beberapa kata yang dikatakan Halilintar yang mungkin Reader tidak pahami.
"Sore ga iin janai ka?" itu artinya "Bukankah itu bagus?"
Sementara arti "Motto ii houhou omae ga shine." Itu artinya adalah "Lagipula kau lebih baik mati.". Arti dari Aniki itu juga artinya kakak,seperti sinonim Onii-chan/Ani. Lagipula Taufan kan Otaku,jadi wajar saja dia menyelipkan beberapa bahasa Jepang disana.
Kalau tanya Halilintar,dia les Bahasa Jepang(sesuai penjelasan Kiri),alhasil terkadang logatnya lepas begitu saja. Dan ya,mungkin aku akan sedikit memberi preview instalasi part 2 alias Chapter selanjutnya.
Sesudah menulis ini,aku mau menulis fanfic tentang OC-ku dan Shion Kaito,sekaligus untuk hari ulang tahunnya dan hari Valentine(kebetulan ultahku juga tanggal 17 Februari,sama kayak Kaito,menurut data fanart).
Kalau begitu,ini Preview Part 2.
"APA?!" Pekik Taufan ke hape S*ms*ng miliknya dengan keras,bahkan bisa membuat murid-murid disana terkejut karena suaranya Taufan yang cempreng seperti K*se itu. /?
"A-Aniki,apa kau serius?! Masa iya Raini jadi pendek?!" Tanyanya ke orang yang menelponnya.
"Ya,aku serius…. Pas aku sampai disini,dia sudah kecil seperti anak SD kelas 4 tingginya."
~"~"~"~"~
"Maaf ya,aku tidak membuatkanmu coklat." Ucap Raini dengan nada suaranya yang terdengar merasa bersalah. Halilintar hanya terdiam,namun ia mengelus kepalanya gadis itu dengan lembut.
"Tidak apa. Yang penting kau ada bersamaku,dalam keadaan safe and sound." Ucapnya.
~"~"~"~
"Hei,Hali…"
"Hmm?"
"Andaikan saja,jika suatu hari aku tidak cantik seperti yang kau katakan,dan suaraku sudah mulai rusak,dengan tanganku pun sudah cacat…" Raini terhenti sejenak."Masihkah kau mencintaiku…?"
Itu saja dulu. Selengkapnya nanti aku tulis lagi Part 2.
Dan juga,beberapa kata-kata aku ambil dari beberapa lirik lagu(termasuk ciptaanku sendiri). Maafkan aku jika ada perkataanku yang tidak mengenakkan hati,atau menyakiti perasaan. Toh,aku hanya berniat menghibur sekaligus meredakan stress anak sekolah yang mau UN tak lama lagi(tenanglah,aku juga kena kok).
Sedikit Omake.
"Napa sih,Aniki terburu-buru banget?" Tanya Taufan ke Gempa sambil mengemut permen M*lkita dengan raut wajah yang bingung.
"Entahlah… Tapi kudengar Raini tidak masuk tadi." Balas Gempa,menggigit sebuah coklat.
"Tunggu dulu,kan belum Valentine… Kok kamu bisa dapet coklat coba?!" Tanya sang kakak,menggigit permennya sampai tangkainya terputus. Masa iya adiknya duluan dapet coklat ketimbang dia duluan? Gak adil banget kan?
"Ng? Oh,ini dari anak kelas 11 dan 12 kok,Kak. Katanya sebagai rasa terima kasih atau gimana gitu…"
"Tetap saja,itu gak adil! Bagi dong!" Rengeknya.
"Yasudah,makan saja kalau begitu." Gempa menyodorkan sebuah coklat yang dibungkus biru ke Taufan. Tentu saja,yang diberi langsung menyambarnya dan membukanya.
"Sankyuu na,Jishin!" Ucapnya,lalu memakan coklat itu dengan girang. Gempa hanya terdiam,namun ia menganggukkan kepalanya dengan pelan sambil memakan coklat yang ia pegang.
'Serius,aku ga paham apa yang dibilang sama kak Taufan.' Batinnya sambil sweatdrop.
Kaito:
Kaito disini! Yuki-chan sedang membaca kamus,jadi aku bertugas disini sementara deshita!
Etto… terima kasih karena telah membaca cerita ini! Aku dan Masuta sangat senang karena para Reader telah rela membacanya,walaupun kujamin ada yang main lompat gitu aja,atau gimana gitu…
Dan juga,kepada Reader! Jangan cuma diam aja! Setidaknya Review dong~ nanti aku traktir eskrim! Masuta yang bayarin.*chuckles*
Author:
Dasar Vocaloid bokek yang taunya ditraktirin mulu. Ah sudahlah,abaikan saja apa yang Bakaito katakan di bagian akhirnya. Akhir kata,aku ucapkan terima kasih banyak karena sudah membaca cerita ini,walaupun jika ada kesalahan(karena aku pelupa orangnya) yang tidak aku sadari atau lupa diperbaiki…*trus dipeluk Kaito*
Kaito:
Jangan begitu dong,Masuta-*pouts*
Finally,would you like to Review?
