Us

By: Opium420

Summary : She, He, Them.

Character: Luhan, Sehun, Jongin, etc.

Genre: Romance, Highschool-AU

(WARNING!) Genderswitch [Hunhan]

Alur slow banget, harap tenang dan tetap cinta HunHan.


Chapter 1. Him


.

.

.

Kisah romance mereka dari sisi Luhan.

.

.

.

Awal masuk SMA, Luhan sudah mempunyai program hidup, fokus sekolah, masuk universitas terbaik, bahagiain orang tua, kerja, nikah.

Luhan tidak akan berpikir bahwa masa SMA yang dia alami akan memporak-porandakan semua programnya, terutama hatinya. Karena ia jatuh cinta.

Tapi ia bahagia sekarang, dengan orang yang ia sayangi, mempunyai orang untuk bertumpu ketika ia jatuh.

Dan orang itu, adalah si pria populer yang tak akan pernah Luhan sangka bisa menjadi miliknya.

Inilah cerita kami, tentang dia (laki-laki), dia (perempuan), yang akan menjadi kami.

.

.

.

Hidup dalam bayangan temanmu sangat tidak menyenangkan bukan? Mempunyai teman yang cantik jelita seperti Baekhyun tentu tidak akan lepas dari rasa iri. Tapi Baekhyun temanku, aku sudah dewasa, dan aku sudah move on dari keterpurukan itu.

Kebanyakan mereka para cowok mendekatiku hanya untuk dikenalkan dengan Baekhyun, minta nomor telfon Baekhyun, bertanya makanan kesukaan Baekhyun, hobi Baekhyun, status Baekhyun, benda kesukaan Baekhyun, semua tentang Baekhyun.

Aku hanya akan menjawab "Kalau kamu laki-laki sejati, temui Baekhyun dan tanya langsung padanya" dan segera melengos pergi.

Kadang aku iri, Baekhyun begitu cantik, feminim seperti cewek pada umumnya, polos hanya mengetahui hal-hal umum, dan memiliki suara yang bagus. Bisa dibilang Baekhyun ini salah satu bunga sekolah.

Dan aku?

Hanya akan terus hidup dalam bayangan baekhyun, seorang gadis kaku yang tomboy, dan orang-orang hanya mengenalku sebagai 'Oh, dia teman Baekhyun si bunga sekolah itu kan? Siapa namanya? Aku lupa.'

Tapi aku masih terus memotivasi diriku sendiri, perjalananmu masih jauh Luhan, kalau kata Jongin "Jodoh itu gak kemana."

"LUHAN!"

Ah... aku tersadar dari lamunanku.

Oh ya... aku masih duduk di halte menunggu bus sekolah.

Mataku kuarahkan mencari sumber suara, kulihat Jongin sedang berlari ke arahku. Senyumnya tak lepas sepanjang ia berlari.

Jongin adalah tetanggaku, dari kecil jaman TK kami sudah bersahabat tapi untungnya tidak pernah ada rasa bosan melihat wajah satu sama lain.

"Jongin!" dan aku hanya melambaikan tanganku ke arahnya.

Ketika sampai Jongin hanya terengah-engah, meraup seluruh oksigen yang tidak bisa ia hirup leluasa selama berlari. Matanya menatapku tajam menampakkan wajah kesal dibuat-buat.

Aku hanya terkekeh, tau selanjutnya yang akan terjadi.

"Aku menjemputmu, dan Qian bilang kau sudah berangkat duluan. Kan sudah kubilang tunggu aku sebelum berangkat."

"Jongin kau harus berhenti menjemputku, lama-lama Kyungsoo bisa cemburu melihat kita."

"Kyungsoo tau kita hanya bertema-" Luhan segera meletakkan jari telunjuknya di bibir Jongin.

"Tapi Kyungsoo seorang wanita, walaupun mungkin Kyungsoo adalah wanita terdewasa dan termandiri yang pernah aku temui dalam menyikapi segala hal, perempuan tidak akan lepas dari rasa cemburu oke?"

Jongin terdiam seakan berpikir, kemudian ia menghela nafas. Kedua tangan Jongin ia letakknya di pundak Luhan, menatap mata Luhan dalam.

"Luhan, aku bersumpah pria manapun jika suatu saat menyakitimu, aku akan memberikannya pelajaran." Luhan tersenyum.

"Terima kasih Jongin, benar-benar ucapan yang bermakna pada pagi hari ini."

Dan ketika bus datang, Luhan segera masuk meninggalkan Jongin yang masih terpaku.

"Hey Luhan, aku tidak bercanda dengan omonganku." Diakhiri dengan Jongin mengomel sepanjang perjalanan dan Luhan yang hanya tertawa menanggapinya.

.

.

.

-Sekolah-

Luhan kembali mendengus untuk kesekian kalinya, hari ini rutinitas yang sama kembali ia lakukan yaitu menemui seorang pria yang tentu saja ingin mengorek informasi mengenai Baekhyun.

Ketika ia sudah berada di halaman belakang sekolah, ia melihat dua pria yang seperti sedang berbicara. Jadi pria manakah yang ingin mengejar baekhyun? Atau mungkin keduanya? Batinnya.

Dari kejauhan luhan dapat mendengar sedikit percakapan mereka.

"Aku tidak menyangka kau akan menemui temannya untuk meminta nomor telfon Baekhyun."

"Kau tidak tau rasanya berada disekitaran perempuan yang kau sukai, semua kalimat yang sudah tersusun rapi di otak menghilang seketika. Keringat dingin bercucuran, dan mataku hanya terpaku pada wajahnya." Jawab pria satunya.

"Berhenti mengada-ngada Chanyeol, aku tidak butuh kalimat hiperbolamu saat ini." Pria satunya terlihat jengkel.

"Aku serius Sehun, mungkin kau-"

"Ehem..."

Dan kedua pria itu segera mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.

Ah cogan... Baekhyun memang beruntung batin Luhan.

"Jadi, siapa yang naksir Baekhyun?" tanya Luhan.

"Ah kau Luhan kan? Sahabat Baekhyun?" Pria yang diyakini Luhan bernama Chanyeol menjawab.

"Oke dengar, sebelum kau meminta yang aneh-aneh, biar kuperjelas, bahwa seorang laki-laki-"

"sejati, akan menemui Baekhyun dan bertanya langsung padanya" Pria disebelah Chanyeol menjawab.

Luhan terdiam sesaaat. "Bagaimana kau-"

"Aku sudah pernah melihatmu menolak pria lain yang berusaha meminta informasi mengenai Baekhyun. Dan responmu selalu sama,aku sudah mengingatkan Chanyeol perihal ini tapi sayangnya temanku satu ini terlalu pengecut untuk menemui Baekhyun dan meminta kontaknya."

"Hey!" Chanyeol mendengus.

"Jadi Luhan, berhubung kau sudah disini bagaimana jika aku saja yang meminta nomor kontakmu?"

"Eh?" Chanyeol melotot memandang Sehun kaget.

Tidak jauh berbeda dari Chanyeol, keadaan Luhan jauh lebih buruk. Dadanya berdegup kencang, ini pertama kalinya seseorang kecuali anggota OSIS meminta kontaknya.

"Apa maksudmu?" Luhan memastikan.

"Kurasa kalimatku sudah jelas Luhan, jadi boleh tidak aku meminta kontakmu?" Sehun tersenyum, menambah kadar ketampanannya.

Bohong jika Luhan tidak jatuh hati pada senyuman itu, dan tentu saja ia tidak percaya yang baru saja dia dengar, mengingat kalimat itu keluar dari mulut seorang Oh Sehun yang populer. Oh tentu saja Luhan tau siapa yang sedang dihadapannya saat ini.

Postive thinking Luhan, mungkin dia akan membicarakan perihal ekskul basket karena dia kaptennya batin Luhan.

Luhan menarik nafasnya dalam. "Baiklah."

Mereka bertukar nomor, sehun mengetik nomornya di ponsel Luhan, dan Luhan mengetik nomornya di ponsel Sehun.

"Baiklah sampai berjumpa lagi Luhan." Sehun melangkah pergi sambil menarik Chanyeol bersamanya

"Hey bagaimana dengan nomor Baekhyun." Luhan dapat mendengar Chanyeol berteriak ke Sehun selagi mereka melangkah pergi.

Ketika kedua pria itu hilang dari pandangannya, Luhan mengalihkan pandangan ke ponselnya. Disitu tertera nomor sehun dengan nama kontak OhSe B)

Mata Luhan membulat, ia mulai berfantasi tentang sesuatu yang mestinya ia buang jauh-jauh seperti mungkinkah Oh Sehun tertarik denganku? Luhan segerap menepuk pipinya kencang. Luhan sadar! Oh Sehun tidak akan tertarik denganmu. Ini mungkin hanya tentang ekskul, sadar Luhan sadar. Kedua tangannya ia gunakan untuk menepuk kedua pipinya berulang kali hingga sedikit merah.

Luhan tidak tau bahwa saat itu keinginan terdalamnya terdengar oleh dewa cinta.

.

.

.

Sore itu hujan, lebat sekali.

Setelah rapat, beberapa anggota OSIS sudah pulang, beberapa dari mereka nekat menerobos Hujan, dan beberapa lainnya dijemput oleh mobil entah itu milik pacarnya atau orang tuanya.

Luhan lupa membawa payungnya, walaupun adeknya Qian sudah mengingatkannya perihal ramalan cuaca hari ini tapi Luhan sudah terburu-buru karena telat, itulah mengapa ia meninggalkan Jongin pagi ini. Bukan telat masuk kelas bukan, tapi telat untuk rapat harian anggota OSIS mengingat jabatannya sebagai ketua bidang olahraga dan seni.

Pertama kali dalam kepengerusan OSIS ketua bidang olahraga dan seni (OLSEN) adalah seorang perempuan. Luhan sendiri yang mencalonkan dirinya untuk mendaftar saat perekrutan. Ia tertarik karena olahraga dan seni merupakan salah satu hobinya.

Ingin melihat hal yang baru dalam kepengurusan OSIS, tentu saja Ketua OSIS yang baru yaitu Choi Siwon segera menariknya masuk dan langsung memberikan posisi yang Luhan daftar dalam kepengurusan tanpa wawancara. Nekat memang, tapi Siwon bilang ia melihat potensi dalam diri Luhan. Tentu saja hal itu sempat menuai protes, banyak yang mengkritik bagaimana kinerja Luhan kedepan, tapi Luhan hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

Dan ternyata kinerjanya terbukti bagus. Ia melaksanakan kewajibannya dengan baik, membantu memberikan penyelesaian kepada ekskul yang nyaris terancam dihapus atau juga salah satu kinerja Luhan yang paling berkesan adalah saat ia membangkitkan kembali klub sepak bola disekolah. Luhan penggemar Manchester United jadi wajar saja ia menyukai bola. Luhan berkerja mati-matian bersama ketua OSIS untuk menghidupkan kembali klub itu sampai terbuntuknya tim, pemilihan kapten dan menang 5 juara pertama berturut-turut dalam lomba yang diadakan antar sekolah. Luhan yang tomboy dengan rambut yang selalu dikuncir dan kacamata yang menghiasi matanya tetap low profile, itulah mengapa masih banyak yang belum terlalu mengenalnya.

Luhan mengalihkan pandangan ke arah langit.

Sial... warna langitnya abu-abu dan rata, hujannya pasti bertahan lama pikirnya.

Nekat tidak ya? Luhan menimang-nimang sembari tangannya bermain dengan air hujan. Sampai ia mendengar sebuah suara payung terbuka di sebelahnya, karena kaget Luhan segera menoleh.

"Itulah Luhan jika kau pergi dengan terburu-buru dan meninggalkanku."

"Jongin..."

Jongin tersenyum menawan.

"Apa coba yang akan kau lakukan tanpaku? Nekat menerobos hujan, lalu sakit dikeesokan harinya, kemudian ibumu akan menelponku supaya aku meminta izin kepada guru di kelas, dan aku terpaksa mencatat materi supaya kau tidak ketinggalan, dan saat mengunjungimu kau akan terus meminta hal yang sama yaitu 'Jongin belikan aku ice Greentea, aku ingin sekali itu' dengan nada memelas padahal kau sedang demam tinggi."

Luhan tertawa dan Jongin hanya menatap Luhan diam.

"Kemana Kyungsoo?"

"Sudah pulang duluan karena ada les memasak. Kyungsoo sudah meninggalkan pesan kepadaku untuk pamit pulang duluan tadi."

"Oh dan kau ditinggal sendiri saat latihan tenis tanpa ada yang menyemangati? Kasian."

Jongin hanya mengalihkan pandangannya, merasa risih karena ia baru saja memberikan bahan kepada Luhan untuk mengejeknya.

Bohong namanya jika tidak akan ada rasa suka pada sahabat sendiri, belum lagi Luhan dan Jongin sudah bersahabat sejak kecil.

Jongin sudah pernah menyatakan sukanya pada Luhan, tapi kemudian Jongin melanjutkan bahwa mungkin ini adalah rasa ingin melindungi karena Luhan selalu ada untuknya dan ia ingin persahabatan mereka tetep terjaga. Luhan juga sempat menyukai Jongin, tapi pemikiran mereka sama. Karena mereka selalu bersama jadi nyaman satu sama lain dan ingin saling melindungi, ada dikala dia butuh dan menjadi sandaran ketika dia terpuruk.

"Ayo pulang"

Jongin melingkari tangannya di pundak luhan, menuntun Luhan untuk segera melangkah sebelum seseorang berhenti tepat dihadapan mereka.

Oh Sehun

Luhan mebelalakkan matanya.

Dengan tatapan yang tidak dapat Luhan baca sedang memandang mereka. Tapi ada satu hal yang Luhan yakini yaitu Sehun menatap Jongin tidak suka.

Tatapan Luhan kini ia alihkan ke Jongin, yang juga memberikan pandangan yang sama ke Sehun. Rasa tidak suka dan lebih ke cemburu?

Luhan dapat merasakan tangan kanan jongin meremas pundaknya pelan, seakan ia takut Luhan lepas. Kembali Luhan alihkan tatapannya ke Sehun.

"Sehun..." sial... luhan tidak dapat berpikir kalimat apa untuk berbicara dengan Sehun setelah kejadian tiga hari lalu. Semenjak meminta kontaknya, Sehun belum sekalipun menghubunginya.

Sehun hanya tersenyum, bukan senyum bahagia, tapi seakan tersenyum miris. Luhan tidak melewatkan pemandangan itu.

"Ah aku terlambat ya" dan Sehun melengos pergi.

"Sehun!" Luhan memanggil, tapi Sehun hanya terus berjalan pergi. Ketika Luhan ingin menyusul, Jongin segera menahannya.

"Biarkan saja Luhan. Seperti katamu, laki-laki sejati bukan seorang pengecut." Jongin masih memandang ke arah Sehun, pandangan yang tidak bersahabat.

"Apa maksudmu?" ada apa ini sebenarnya? Batin Luhan.

.

.

.

-Kamar Luhan-

Luhan terlihat gusar. Ia berulang kali membolak-balikkan buku catatannya tapi tidak ada satupun materi yang berhasil nyangkut di otaknya. Tentu saja Luhan masih memikirkan kejadian tadi sore. Setelah kejadian itu mereka berdua pulang, walaupun berulang kali Luhan meminta penjelasan, berulang kali pula Jongin menjawab bahwa ia tidak ingin membicarakannya.

Luhan tersentak kaget ketika sebuah nada dering dari ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari...OhSe B)

Oh Sehun?!

Luhan menarik nafas dalam-dalam lalu mengangkatnya

Luhan selamat malam, maaf mengganggu. Apakah kau sibuk sekarang?

Suara bising dapat terdengar di sekiataran suara Sehun.

Luhan terdiam. Benarkah ini Oh Sehun? Positive thinking Luhan, mungkin masalah ekskul. Tidak, Luhan tidak dapat positive thinking setelah kejadian tadi sore. Aku tidak sibuk. Ada apa? Jawab Luhan.

Aku menunggu di depan rumahmu, bisakah kau keluar sebentar?

*Hap* Jika saja Luhan tidak menahan ponselnya dengan tangan satunya, sudah dipastikan ponselnya akan mendarat dengan cantik di lantainya.

Luhan mengarahkan pandangannya ke jendela, di luar hujan lebat.

Dengan segera Luhan melangkahkan kakinya keluar kamar, tidak memperdulikan lagi penampilannya untuk menyambut Sehun.

Disana ia melihat Sehun, berdiri di depan pagarnya, basah kuyup.

Sudah berapa lama ia berdiri disana?! Teriak Luhan dalam hati. Segera Luhan membuka payung di genggamannya dan berlari menuju Sehun masih dengan piyama tidurnya.

Luhan segera memayungi Sehun. Sehun yang tinggi membuat Luhan harus sedikit meregangkan tangannya tinggi agar Sehun terlindungi dari hujan.

"Oh Sehun, apa yang kau lakukan disini?" teriak Luhan. Hujan begitu deras sehingga Luhan harus berteriak. Suaranya beradu dengan suara hujan.

Sehun terlihat berbicara sesuatu tapi Luhan tidak dapat mendengarnya karena terlalu pelan.

"Apa?!" teriak Luhan.

Dan tanpa Luhan sangka, Sehun mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Luhan, membisikkan:

"Besok tunggu aku, tunggu aku menjemputmu untuk berangkat sekolah." Lalu Sehun menatapnya tajam. Kedua tangan Sehun mengelus pipi Luhan secara lembut, pipi Luhan memerah entah karena dinginnya hujan atau karena perlakuan Sehun.

"Kau bisa saja membicarakan ini lewat ponsel. Mengapa harus ke rumahku dan membiarkan dirimu kehujanan?" Luhan tidak sadar bahwa dia baru saja khawatir dengan Sehun.

Sehun tersenyum. "Seperti katamu Luhan, laki-laki sejati harus menemui langsung pujaannya dan memintanya langsung."

Luhan terpaku. Kalimatnya. Dan... pujaan?

"Maksudmu..." Kalimat Luhan menggantung, dan Sehun hanya tersenyum. Tangan Sehun kini beralih menyingkirkan poni Luhan yang menutup matanya.

"Tunggu aku besok." Sehun menarik tangan Luhan dan mendekapnya erat. Baju yang Luhan kenakan perlahan mulai basah karena Sehun memeluknya.

"Ganti pakaianmu setelah ini oke?" Sehun melepaskan pelukannya. "Jangan sampai kau sakit, karena Jongin bilang kau mudah sekali terserang demam."

"Hah? Darimana-"

"Aku pergi." Sehun pergi begitu saja memasuki mobilnya, meninggalkan Luhan yang pikiran dan hatinya sudah tidak berfungsi dengan normal. Dan ketika mobil Sehun sudah hilang dari pandangannya, Luhan mulai berjalan masuk ke rumah, tapi pandangan Luhan kosong seakan arwahnya sedang tidak menyatu dengan raganya.

"Jiejie" Qian memandang Luhan heran. Ia seperti melihat kakak perempuannya kerasukan arwah gentayangan. Berjalan sempoyongan dan melamun.

Luhan hampir saja menabrak dinding jika Qian tidak memanggilnya.

"Qian..."

"Jie, jangan bilang kalau kau kesambet di luar sana tadi?"

"Qian, aku akan menghantuimu dalam tidur." Luhan berjalan ke arah Qian seperti zombie.

"Ah ampun Jie!" Dan Qian berlari meninggalkannya.

Luhan masih berdiri di tempatnya, matanya menatap ke arah pintu.

Apapun yang terjadi besok, jangan sampai kau mempermalukan dirimu sendiri Luhan

.

.

.

Luhan bangun lebih pagi dari biasanya, jauh lebih pagi daripada ketika ia harus ikut rapat harian OSIS di pagi hari. Ia hanya ingin penampilannya rapi, apalagi Oh Sehun akan menjemputnya.

Setelah sarapan ia kembali bercermin, memastikan tidak ada yang aneh dalam penampilannya. Tapi apa yang berubah dari Luhan? Tidak ada. Luhan versi sekolah tetaplah sama. Luhan mulai berpikir apakah ia harus merubah penampilannya? Ia melepaskan kacamatanya dan ketika melepaskan ikatan di rambutnya, suara ketokan pintu terdengar dan Luhan segera berlari ke arah pintu.

Di hadapannya kini berdirilah Oh Sehun dengan segala ketampanannya yang tak berubah. Tapi ada yang berbeda, rambut yang biasanya sehun sisir kebelakang semua sekarang diturunkan sebagian hingga menutupi dahinya. Kesan dewasa Sehun kini menghilang, berganti dengan Oh Sehun tipikal anak sekolahan yang polos dan tampan.

Luhan terperangah, pikirannya berteriak untuk tidak jatuh hati tapi tentu saja hatinya berkata lain.

"Pagi Luhan, sudah siap?" Sehun memberikan senyuman menawan.

"Ah tunggu sebentar" Luhan berlari masuk dan kembali dengan menenteng tasnya. "Aku sudah siap."

Sehun tersenyum dan berjalan ke arah mobilnya diikuti dengan Luhan.

Luhan deg deg kan. Mungkin kalau memang bisa, jantungnya sudah copot dari tadi. Tahan Luhan tahan... dan ketika Luhan melihat Sehun membuka pintu mobilnya untuknya oh tidak jantungku copot.

"Ada apa Luhan?" tanya Sehun, karena Luhan nampak tak bergeming dari posisinya.

"Jantungku..." Jawab Luhan pelan.

"Apa-"

"Tidak ada Sehun, ayo berangkat." Dengan cekatan Luhan langsung masuk ke dalam mobil.

Sehun hanya terkekeh dan menutup pintu mobilnya.

.

.

.

-Di kelas-

Rekor Luhan hari ini adalah kena tegur gurunya sebanyak 3 kali dalam pelajaran berbeda karena melamun.

Luhan terus melirik jam nya, yang ia inginkan hanya segera pulang. Tentu saja ia menantikan sesuatu, karena kalimat Sehun dalam perjalanan pagi ini adalah

'Jangan pulang duluan, tunggu aku. Setelah itu kita kan bicara." Begitu kata Sehun tadi.

Luhan bahkan tidak sadar bahwa hari ini dia tidak menguncir rambutnya dan memakai kacamatanya. Kuncir rambut dan kacamatnya tertinggal di kamarnya. Kalau saja Baekhyun tidak menanyakan hal itu, Luhan tidak akan sadar karena perhatiannya full hanya untuk Sehun seorang.

Saat bel pulang berbunyi Luhan gembira sekali. Dengan segera diraih tasnya dan berjalan menuju pintu kelas dan ia melihat Sehun sudah berdiri sebrang pintu dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celananya.

Luhan bisa saja teriak seperti fangirling ketika melihat idolanya, tapi ia pintar dalam mengendalikan diri.

"Em Sehun? Ngapain disini?" sial... pertanyaan bodoh! Tentu untuk menemuimu karena janjinya tadi, untuk apa pula Sehun berdiri disana makinya dalam hati.

Tapi Sehun hanya merespon Luhan dengan pandangannya. Determinasi, itulah yang tergambar dari pandangan Sehun. Seakan Sehun akan membuat sebuah keputusan yang besar.

Sehun dengan segera menggenggam tangan Luhan dan menuntunnya pergi. Tentu saja hal itu sontak menarik perhatian semua orang, belum dicukupkan dengan penampilan Luhan yang berubah menjadi lebih cantik, sekarang mereka disuguhkan dengan pemandangan seorang Oh Sehun yang populer menarik tangan Luhan dan mengajaknya pergi. Apakah akan ada pasangan baru di sekolah ini?

.

Sehun mengajak Luhan ke atap sekolah, angin sore segera menyambut mereka.

Sehun berhenti, melepaskan genggamannya dan berbalik menghadap Luhan.

"Luhan, aku tidak akan basa-basi. Sebelum Jongin merebutmu, aku akan melakukannya terlebih dahulu. Aku suka kamu Luhan."

Mata Luhan membulat "Eh.."

"Aku suka kamu ketika kita bertemu di supermarket, bukan bertemu tapi lebih ke arah aku yang melihatmu disana. Jujur aku bahkan belum pernah merasakan hal ini sebelumnya ketika berpacaran dengan Irene atau Soojung. Debaran di jantung ini tak terkendali ketika melihat matamu."

Luhan masih terdiam, mencerna kalimat panjang Sehun. "Tapi aku-"

"Sebelum kau menolakku dengan alasan aku belum mengenalmu, aku akan memperkenalkan diri. Luhan, namaku Oh Sehun, aku kapten basket yang baru menjabat tahun ini, teman Chanyeol yang pernah meminta nomor kontak Baekhyun padamu, aku memiliki mantan bernama Irene dan Soojung dan sudah lama sekali aku putus jadi kau bukanlah pelarianku atau apapun, dan aku hanya merasakan jatuh cinta pertama kali dalam hidupku yaitu padamu Luhan. Aku bersumpah saat ini aku tidak sedang bermain-main, aku benar-benar menyukaimu." Kata Sehun dengan tegas, seperti seorang prajurit yang memberikan laporan pada pimpinannya.

"Tapi tidak terlepas bahwa aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir Luhan. aku akan menunggu jawabanmu ketika kau siap." Sehun tersenyum, dan Luhan masih terdiam.

Luhan lemas, ia merasa kakinya berubah menjadi jeli. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia ingin menangis. Ini pertama kalinya seoseorang mengajaknya untuk menjadi pacarnya.

"Apa yang kau lihat dariku Sehun?" tanya Luhan pelan.

"Darimu? Segalanya. Aku mulai berfantasi gila ketika melihatmu, membayangkan masa depanku denganmu. Mungkin ini terdengar klisetapi ini sesungguhnya benar. Apalagi ketika aku tau bahwa kau adalah orang yang menghidupkan kembali klub sepak bola di sekolah ini, seorang perempuan ketua bidang olsen." Jawab Sehun mantap.

"Sehun ini pertama kalinya untukku."

"Pertama kali?"

"Seseorang menyatakan rasa sukanya padaku setelah Jongin, tapi kau menawariku menjadi pacarmu."

"Apa?!" Sehun berteriak. "Jadi aku sudah terlambat ya?" ekspresi Sehun terlihat sedih.

Luhan terlihat bingung. "Jongin sudah lama menyatakannya padaku, tapi perasaan itu hanya salah paham saja. Karena kami lebih memilih persahabatan kami."

"Kapan?" mata Sehun memandang tajam.

"Eh?"

"Kapan Jongin menyatakannya?"

Luhan terlihat berpikir "Mungkin saat kami lulus SMP? Sudah lama sekali." Lalu Luhan melihat ekspresi bingung Sehun. "Ada apa Sehun?"

"Kurasa aku baru saja dibohongi Jongin."

"Hah?"

"Lupakan. Jadi Luhan, bagaimana dengan pernyataanku?"

Luhan menelan ludah, hampir saja Luhan lupa mengenai itu. Luhan kemudian menepuk kedua pipinya perlahan dan Sehun memandang heran "Hey, pipimu bisa memera-"

"Kau akan memberikanku waktu bukan? Besok pagi. Jemput aku dan aku akan menjawabnya."

Sehun terlihat tegang tapi kemudian ia tersenyum seakan mendapat harapan baru.

"Baiklah Luhan, tapi kau tetap pulang denganku sore ini."

Luhan terkekeh. Tumpangan gratis, siapa yang menolaknya.

.

.

.

-Rumah Luhan-

Jongin dan Luhan sedang bersantai di ruang tamu. Kedua orang tua Luhan dan adeknya pergi keluar kota, jadi Jongin mendapat tugas menjaga Luhan.

Jongin duduk di sofa, dengan Luhan yang tiduran beralaskan paha Jongin. Keduanya serius menonton tv. Sesekali Luhan menyuapi Jongin dengan snack yang di pegangnya, dan secara naruli tangan Jongin mengusap lembut kepala Luhan.

"Jadi Jongin, kau membohongi Sehun supaya ia segera menembakku?"

"Aku hanya ingin tau kebenariannya sebatas mana." Kali ini tangan Jongin memainkan rambut Luhan.

"Ya, dengan mengatakan bahwa kau menyukaiku dan dia tidak ada tandingannya untukmu. Kau menantangnya untuk siapa yang mendapatkanku duluan."

Omong-omong Luhan tau ini dari Sehun langsung ssat perjalanan pulang tadi.

"Kau tau betapa kesalnya aku saat kau bercerita bahwa kau suka pada seseorang yang kau temui di lapangan basket? Dan aku belum mengetahui saat itu yang kau maksud adalah kapten basket yang tak lain adalah Sehun. Jadi ketika aku mengetahui dari Chanyeol bahwa Sehun meminta nomormu, aku marah. Kau taukan aku ini sangat protective orangnya, jadi aku tidak mengendalikan diriku untuk menghajar Sehun."

"Kau mengahajar Sehun?!" dan Luhan segera bangkit dari tidurnya.

"Hanya menonjoknya, dan tentu saja ia membalasnya."

"What..."

"Tenang tenang, tidak lebih dari itu. Aku hanya memberikannya sedikit ancaman karena mendekatimu dan mengatakan bahwa kau adalah orang yang kusayangi, dan selebihnya kurasa kau mengetahuinya."

"Jongin..." nada Luhan manja, seperti seekor kucing yang sedang memelas, Luhan menyandarkan kepalanya di bahu Jongin.

"Aku melakukan ini hanya untuk berjaga-jaga Luhan. Aku tau Sehun itu bagaimana dan belum lagi dengan kepopulerannya. Jaga-jaga saja jika suatu saat aku memberikan izin pada orang yang salah."

Jongin tersenyum lembut, tangannya kembali mengelus lembut kepala Luhan.

"Kau mengerti kan maksudku?" tanya Jongin.

Luhan mengangguk sebagai jawabannya. "Jadi menurutmu, aku harus menerimanya?"

"Melihat usahanya, membuang sifat jeleknya, dan merubah dirinya menjadi lebih baik... kurasa kau harus mencobanya."

"Bagaimana jika aku hanya percobaannya saja? Karena mungkin ia kesepian menyendiri jadi ia ingin bermain-main sedikit."

"Kau lupa ya Sehun punya banyak penggemar? Sudah banyak perempuan mengantri untuk menjadi pacarnya ketika ia putus dengan Soojung dulu. Tapi akhir-akhir ini Sehun selalu menolak pernyataan cinta seseorang, merubah penampilannya menjadi... culun? Bukan, tapi rapi maksudku. Kata Chanyeol, Sehun mulai berhenti merokok dan membolos, umpatan kasar dimulutnya mulai berkurang. Lalu Chanyeol menyebutkan mungkin ini yang dinamakan efek jatuh cinta. Entah mengapa Sehun disebut populer dengan sifat seperti itu sementara dikalangan para pria ia hanya seorang badboy." Jongin mendecih di akhir kalimatnya, masih terlihat ia tidak menyukai Sehun.

"Kau juga terkenal jongin. Jongin si kapten tenis yang menawan. Hehehe..."

"Berhenti, aku tidak bisa membayangkannya."

"Tapi itu kenyataannya, banyak kok anggota OSIS yang membicarakanmu."

'Hmph...' Jongin hanya menggaruk ujung hidungnya yang tak gatal. Jongin sedang malu, dan Luhan sudah hafal tingkah Jongin ketika malu.

"Aku akan menjawabnya besok... pernyataan Sehun."

"Kau yakin sudah siap?" kali ini tangan Jongin mengelus pipi Luhan lembut dan tangan satunya memeluk luhan.

"Ya" Jawab Luhan mantap sambil menatap Jongin.

"Katakan padaku bila suatu saat nanti dia menyakitimu oke? aku akan tetap memberikannya pelajaran walaupun dia kekasihmu."

Luhan terkekeh dan kembali masuk kedalam pelukan Jongin.

"Hah... Kurasa mulai besok aku tidak bisa leluasa melakukan skinship denganmu."

Dan Luhan hanya tersenyum.

.

.

.

-Taman Sekolah-

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.

Disinilah mereka

Memandang satu sama lain dengan tatapan penuh makna.

"Jadi jawabanmu Luhan?" Sehun terlihat tegang, menanti jawaban Luhan yang tentu saja akan mengubah hidupnya.

Luhan tersenyum "Aku terima Sehun. Aku mau menjadi pacarmu."

Dan dalam sekejab tubuh Luhan sudah berada dalam pelukan Sehun. Sehun mendekapnya erat, seakan takut jika Luhan lepas.

"Dengar Luhan, aku tidak bisa memberikan janji karena aku takut tidak dapat menepatinya. Jadi saat ini aku hanya ingin kau percaya padaku bahwa aku sangat mencintaimu dan aku serius dalam hubungan ini, aku akan mencoba dengan segenap hatiku dan usahaku untuk membahagiakanmu."

Luhan tersenyum dalam pelukan Sehun.

"Ya, Sehun." Luhan tidak bisa berkata-kata, ia bukan orang yang banyak menuntut.

Angin sore itu lebih dingin dari sebelumnya, menandakan musin gugur akan tiba. Tapi mereka tidak merasakannya, yang mereka rasakan hanya kehangatan satu sama lain.

.

.

.

From my side, a story of my romance about him. End

.

.

.

Chapter 1. Him end.

.

.

Next: Chapter 2. Her


NOTE:

Pertama-taman maafkan untuk typo yang bertebaran dimana mana.

Selesaaaaiii

Chapter Him ini sebenarnya bisa diperpanjang karena masih banyak yang pengen aku masukin dalam chapter ini.

Tapi mengingat aku hanya ingin chapter ini satu saja jadi sudah aku maksimalkan untuk diperpendek dan masih tetap aja lebih dari 2K words hehe

Alur memang slow banget, mungkin gregetan kalian bacanya. Maaf ye...

Siapa sih yang gamau punya sahabat kaya Jongin? Ganteng dan perhatian, ngertiin kita juga. Maaf ya penggemar KaiLu karena aku memutuskan untuk tidak ada harapan bagi mereka berdua huuuu T_T

Dan ngomong-ngomong, positive thinking Luhan lebih ke arah jangan beper sama Sehun ya Allah .

Cerita ini bakal ada 3 bagian:

-Him tentang pandangan dari sisi Luhan

-Her tentang pandangan dari sisi Sehun

-Us tentang romansa mereka, aku bakal nyoba semaksimal mungkin buat adegan fluff disini.

Oke semuanya terima kasih telah membaca.

Keep calm and love Hunhan

Always support Luhan and Sehun.