Chapter 1

WATASHI

Naruto : Masashi Kishimoto

Rated : M (adegan kekerasan, dll )

Warning : typo(itu pasti), gaje(memang), OC(charakter yang membuat kalian merasa aneh), OOC(liat aja sendiri), dll(banyak ya)

Naruto, Sasuke, Kiba, Chouji, Shikamaru, OC, DLL

Summary : Kedamaian. Sebuah kata yang biasa, tetapi mengandung makna yang luar biasa.

.

.

EPISODE 1 : Aku, si aib desa.

Tap tap tap tap

Grap grap grap grap

Sebuah suara langkah kaki menggema disebuah desa daun tersembunyi, Konoha Gakure. Belasan warga berlarian mengejar seorang bocah pirang acak-acakan dengan badan penuh luka, serta air mata yang terus mengalir menahan rasa sakit disekujur tubuhnya yang tertancap beberapa kunai dilengan dan punggungnya.

''''BERHENTI KAU, DASAR AIB !'' teriak salah seorang warga dari rombongan warga tersebut.

''IYA. BERHENTI KAU !''

''BUNUH DIA !''.

Teriakan dan cacian penuh ancaman membuat sang bocah pirang ketakutan.

''Hiks.. Kenapa ?..hiks..a-apa salahku..'' isak bocah tersebut memperkencang larinya.

''Hiks...hiks... Tolong...jangan menyakitiku lagi!'' mohon bocah malang tersebut tanpa menghentikan larinya.

Tak mengindahkan permohonan sang anak yang berumur sekitar 5 tahun, salah satu ninja melempar sebuah kunai yang sudah diberi kertas peledak.

Syut

Stap

Kunai tersebut melesat kearah bocah tersebut, tapi meleset dan menancap dipohon yang tak jauh dari anak tersebut dan meledak.

Bumm

Ledakan sedang tercipta tak jauh dari dari bocah tadi. Tak ingin melewatkan kesempatan untuk kabur, sang anak berlari memasuki sebuah hutan yang banyak ditakuti warga, hutan kematian atau Dead Forest.

''Berhenti !'' kata salah satu ninja dengan memberikan aba-aba untuk yang lain agar segera berhenti.

''Dia sudah kabur memasuki hutan kematian, lebih baik kita kembali kerumah masing-masing.''

''Iya, lagi pula kemungkinan ia akan dimakan oleh hewan buas.'' kata seseorang yang nemakai topi jerami.

Akhirnya mereka pulang tanpa memperoleh 'mangsa' mereka.

.

.

Seorang anak kecil berjalan dengan sempoyongan, mungkin karena kelelahan, terlihat dari tubuhnya yang dipenuhi oleh keringat dan lumeran darah dibeberapa tempat.

''Hah...hah...ha-hiks..hah..'' bunyi isakan dan nafas memburu keluar dari bocah tersebut.

''Hah...hah... Aku...hah..lelah.''

Bruk

Tubuhnya tak kuasa menahan beban tubuhnya yang semakin berat karena lemas, akhirnya ia pun jatuh berbaring menatap langit malam yang gelap, melihat beberap bintang yang gemerlap seolah mengajaknya untuk ceria. Tapi dalam keadaan seperti ini apakah ia bisa ceria ?

Lelah menatap langit, matanya semakin berat, memaksanya untuk terpejam. Pandangannya semakin memburan dan...

... Gelap

.

.

''Ketika kegelapan menyelimutimu, apa yang akan kau lakukan ? Apa kau akan diam saja ? Apa kau akan menyerah begitu saja ? Jika aku jadi dirimu, aku akan berusaha untuk terlepas dari kegelapan itu.'' (By : Lio-kun)

''Disaat aku ingin menuju cahaya, aku terperangkap dalam kegelapan. Disaat aku ingin keluar dari kesedihan, aku terjerumus dalam penderitaan. Dan disaat aku ingin kembali kepada kegembiraan, aku tersesat pada jalan kehidupan yang pahit.'' (By : Lio-kun)

.

.

''Nggh~!'' sebuah erangan kecil terdengar dari seorang bocah prang dengan kedua pipi yang dihiasi tiga garis menyerupai kumis kucing.

''Ugh ! Di-dimana aku ?'' gumam bocah tersebut melihat langit-langit ruangan yang berwarna putih, hidungnya mencium bau obat-obatan yang menyengat. Dilihat dari warna ruangan dan bau obat, dapat diasumsikan bahwa ini rumah sakit.

''Kau ada di Rumah Sakit Konoha, Naruto.'' ucap wanita berambut pirang pucat yang berada disamping bocah yang berbaring.

''Tsu-Tsunade Obaa-chan ?'' gumam bocah tersebut yang bernama Naruto dengan suara lemas.

Bukan hanya Tsunade saja yang berada yang berada didalam ruangan tersebut, tetap juga ada salah satu teman Tsunade, Jiraiya. Disamping Jiraiya terdapat Sekretaris terpercaya Tsunade, Shizune. Dan seseorang yang sudah dianngap kakek oleh Naruto, Sarutobi Hiruzen yang menyandang gelar Sandaine Hokage.

''Bagaimana keadaanmu, Naruto ?'' tanya Hiruzen menatap Naruto yang sedang tersenyum kearahnya, dan senyum tersebut berubah menjadi cengiran yang selalu ia tampakkan.

''Hehe... Kabarku baik Jiji.'' kata Naruto dengan cengiran yang masih menempel diwajahnya, kemudian Naruto menoleh kearah Tsunade.

''Obaa-chan, bisa tolong bantu aku duduk ?''

Dengan segera, Tsunade membantu Naruto duduk.

''Naruto, apa kau yakin kau sudah baik-baik saja ?'' tanya Jiraiya setelah Naruto duduk dengan nyaman.

''Tentu saja ero-sannin, jika aku tidak baik-baik saja, pasti aku tidak akan disini lagi.'' kata Naruto dengan senyum polosnya.

Melihat penderitaan Naruto, Tsunade sangat prihatin tentang keadaan Naruto.

Grep

Tsunade memeluk Naruto erat, menyimpan wajah Naruto dalam belahan dadanya.

''Hiks... Naruto..hiks... Kenapa ?.. Hiks... Kenapa mereka tega melakukan ini padamu ?'' tangis Tsunade masih memeluk Naruto erat.

''Entahlah, aku juga tidak mengerti Baa-chan. Mengapa mereka sangat suka bermain kejar-kejaran dengan Naru.'' kata Naruto membalas pelukan Tsunade.

''Lagi pula...itu tidak masalah bagiku, jadi tidak perlu dipermasalahkan.'' lanjut Naruto.

''Tidak Naruto!'' kata Tsunade tegas seraya melepas pelukannya.

''Ini tidak bisa dibiarkan. Kenapa kakakmu selalu mendapat pujian dan sanjungan ? Sedangkan kau... Kau justru mendapat hinaan dan cacian dari mereka. Aku harus melakukan sesuatu kepada mereka.'' kata Tsunade sebelum ingin melangkahkan kakinya.

''Tunggu, Baa-chan ! Itu tidak perlu.'' kata Naruto menahan tangan Tsunade dengan kedua tangannya.

''Jangan halangi aku, Naruto ! Aku harus memberi pelajaran kepada mereka.'' kata Tsunade mencoba menarik tangannya dari genggaman tangan Naruto.

''Tolong Baa-chan, jangan lakukan ini.'' mohon Naruto kepada Tsunade yang menatapnya.

''Tapi Naruto...''

''Cukup Baa-chan ! Jangan lakukan itu. Jika Baa-chan sampai melakukan hal-hal yang tidak Naruto suka, aku akan membenci Baa-chan, meninggalkan Baa-chan. Bahkan jika perlu, aku akan mengakhiri hidupku.'' kata Naruto membuat semuanya membeku.

''Hah~ Baiklah, tapi jika mereka sudah kelewatan, aku akan menghabisi mereka, tidak peduli kau ingin membenciku atau apa.'' kata Tsunade mendapat anggukan dari Naruto.

''Naruto, lebih baik kau segera istirahat agar kesehatanmu pulih dengan cepat.'' saran Hiruzen.

''Baiklah, Jiji. Oh ya, Naru sudah boleh pulang kapan ?'' tanya Naruto menatap Hiruzen.

''Kau boleh pulang besok, Naru-kun. Justru itu, kau harus banyak-banyak istirahat agar besok badanmu lebih segar.'' kata Shizune dengan senyum tipisnya.

''Ha'i, Shizune-nee.'' kata Naruto tersenyum pula.

''Baiklah, Naruto, kami izin pamit. Semoga kau cepat sembuh dan tumbuh dewasa agar kau bisa membaca novel terbaruku.'' kata Jiraiya diakhirir dengan senyum mesum andalannya.

Jduak

''akh ! Adududududuh ! Kau kasar sekali, Tsunade-chan.'' rintih Jiraiya setelah Tsunade memukul kepalanya.

''Kau jangan mengotori pikiran polos Naruto dengan novel laknatmu itu.'' kata Tsunade dengan aura yang menyeramkan.

''Tadi aku kan hanya bercanda, kau serius sekali menanggapinya.''

''Huh.'' Tsunade hanya mendengus menanggapi perkataan Jiraiya.

''Hahaha... Kalian ini lucu sekali ya, seperti suami istri yang sedang bertengkar.'' kata Naruto sweatdrop.

''Muehehe..'' sedangkan Jiraiya hanya cengengesan membayangkan hal itu terjadi, ia berimajinasi Tsunade dan dirinya berdua diatas ranjang.

''Kau ingin mendapatkan ini, hah ?!'' ancam Tsunade seraya mengarahkan tinjunya kearah Naruto.

''Ti-tidak, aku hanya bercanda, Baa-chan...haha haha.'' kata Naruto diakhirir dengan tawa garing.

''Hah~ Kalian berdua hentikan, ini. Di rumah sakit tidak boleh berisik.'' kata Hiruzen.

''Ha'i.'' jawab Tsunade dan Jiraiya bersamaan, sexangkan Naruto hanya cengengesan

''Nah, Naruto, kau istirahat saja. Kamu akan kembali menjengukmu nanti malam.'' kata Hiruzen mendapat anggukan dari Naruto.

''Ayo, biarkan Naruto istirahat.'' kata Hiruzen seraya melangkahkan kaki keluar ruangan.

''Cepat sembuh Naruto.'' ucap Tsunade sebelum mengecup kening Naruto.

''Naruto, cepat baikan dan tumbuh besar, agar kau...''

''Jiraiya.'' ancam Tsunade dengan aura membunuh yang sudah tinggi.

''A..haha.. A-aku hanya bercanda.'' kata Jiraiya dengan senyum canggungnya.

''Baiklah, cepat sembuh, gaki.'' kata Jiraiya, setelah itu melangkahkan kaki keluar ruangan.

''Ne, Naruto-kun, cepat sembuh dan sehat selalu.'' kata Shizune mendapat anggukan dari Naruto.

''Arigatou, Shizune-nee.''

''Baiklah, aku keluar dulu.'' kata Shizune sebelum berjalan menuju pintu keluar.

Setelah mereka semua keluar, Naruto membaringkan tubuhnya dengan susah payah karena ia lupa meminta bantuan.

Dirasa sudah nyaman posisinya, Naruto memejamkan matanya. Tapi baru sebentar ia memejamkan mata, ia harus membuka matanya kembali setelah mendengar sebuah siulan yang sangat dekat dengan tempatnya.

Naruto mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan guna mencari tau asal suara, ia melihat sesosok anbu bertopeng Inu yang sedang duduk dijendela ruangan.

''Ck. Kau mengganggu tidurku saja Kakashi-nii.'' sewot Naruto menatap sebal kearah anbu Inu tersebut.

''Yare, yare... Ternyata Imotou ku sedang enak-enakan berbaring.'' kata sosok yang bernama Kakashi. Kemudian ia membuka topengnya menunjukkan wajah bawahnya yang tertutup oleh sebuah masker hitam, serta ikat kepala yang miring kekiri.

''Enak-enakan kau bilang ? Dan apa-apaan itu ? Imotou ? Aku ini laki-laki Nii-san.'' protes Naruto dengan wajah merajuknya.

''Iya, iya.. Otouto kecilku.'' kata Kakashi seraya berjalan kearah Naruto dan mengelus rambut kuning Naruto.

''Oh ya, apa misi Nii-san sudah selesai ?'' tanya Naruto mendapat anggukan dari Kakashi.

''Sudah.''

''Berarti besok malam Nii-san bisa menginap diapartemen Naru, kan ?'' tanya Naruto dengan sumringah.

''Tentu saja.'' kata Kakashi. Mana mungkin ia menolak permintaan dari seseorang yang sudah ia anggap adik sendiri.

''Baiklah, kau istirahat saja, Nii-san juga ingin istirahat dirumah.'' kata Kakashi menatap Naruto yang masih berbaring.

''Baiklah, hehe.''

.

.

''Kebahagiaan melupakan segala permasalahan yang kita alami.'' (By : Lio-kun)

.

.

Flashback

5 tahun yang lalu.

Goarrr

Seekor Kyuubi mengamuk didesa Konoha dan menghancurkan beberapa bangunan. Seluruh Shinobi Konoha mencoba menghentikan Biiju terkuat dari semua Biiju dengan usaha ekstra. Bahkan dua legenda sannin juga turut andil dalam penaklukan Kyuubi no Kitsune. Dan tiga anggota yang berasal dari klan Nara, Akimichi, dan Yamanaka dengan formasi InoShikaCho milik mereka. Dengan formasi tubuh babi bertanduk rusa dan bersayap kupu-kupu, Kyuubi tetap tidak bisa ditaklukkan. Yondaime Hokage yang mendapat gelar Konoha no Kiroi Senkou. Sebagai pemimpin desa tidak akan diam begitu saja melihat desa yang ia pimpin hancur. Ia juga mengerahkan kemampuannya dalam upaya menaklukkan Kyuubi.

Dengan susah paya mereka menaklukkan Kyuubi, akhirnya tidak berhasil juga. Jalan satu-satunya untuk menghentika Kyuubi, yaitu dengan menyegelnya ketubuh seseorang yang memiliki cakra yang kuat. Dan yang menjadi wadahnya adalah...dua bayi kembar identik, hanya warna rambutnya saja yang membedakan.

''Kushina, tidak ada pilihan lain, kita harus menyegel Kyuubi ketubuh Menma dan Naruto.'' kata Yondaime a.k.a Minato kepada istrinya, Kushina.

Awalnya Kushina tidak menyetujuinya, tapi perdebatan dimenangkan oleh Minato. Setelah Kushina menyetujuinya, Minato menyegel cakra Kyuubi kedalam tubuh buah hatinya. Tapi sebelum itu, tubuh Kushina dan Minato tertusuk cakar Kyuubi yang ingin mencakar Menma dan Naruto.

''Khug.. Ku-Kushina, aku akan..memulai proses penyegelannya.'' kata Minato dengan bibir berlumeran darah.

''Tunggu, Anata... Aku ingin mengatakan sesuatu kepada mereka..kugh...'' kata Kushina dengan mulut yang tidak berbeda dengan Minato

Setelah Kushina menyampaikan pesan kepada Naruto dan Menma, Minato merapalkan sebuah segel. Segel yang mengorbankan nama si pengguna.

Kyuubi telah tersegel ketubuh mereka, tapi ada kesalahan penyegelan diantara mereka yang menyebabkan aliran cakranya tersegel. Minato dan Kushina diberikan kesempatan kedua oleh Kami-sama untuk hidup kembali.

Flashback end

Setelah kejadian tersebut, Menma selalu dipuji karena bersedia menjadi wadah Kyuubi. Sedangkan Naruto selalu disiksa dan dianggap aib desa karena tidak memiliki cakra.

.

.

Naruto pov

Hai, perkenalkan, namaku Uzumaki Naruto, anak dari Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Aku juga mempunya kakak, namanya Namikaze Menma. Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa aku tidak memakai marga Tou-chan ku. Yah, sebenarnya aku sudah tidak dianggap lagi dikeluarga Namikaze, karena aku tidak memiliki cakara sedikit pun. Aku dan kakakku kembar identik, hanya warna rambut kami saja yang berbeda. Menma-nii memiliki warna rambut merah, dan aku mempunyai warna rambut kuning.

Saat ini aku berada dirumah sakit Konoha. Diruangan ini bukan aku saja, tapi juga ada Tsunade Baa-chan, Jiraiya no ero, Kakashi-nii, Shizune-nee, dan tentu saja seseorang yang sudah merawatku dari aku masih berumur 4½ tahun, namanya Sarutobi Hiruzen. Dan hari ini merupakan hari dimana aku akan keluar dari rumah sakit. Bukannya aku tidak betah berada disini, bahkan aku sering keluar-masuk tempat ini.

Baiklah, sekian dulu penjelasan dari saya, Naru pamit ingin keluar dulu.

Naruto pov end

.

.

EPISODE 2 : Siapa anak ini ?

Disebuah desa terpencil, sebuah duka menyelimuti keadaan sekitar, termasuk seorang bocah yang menangsi didepan sebuah pemakaman nenek angkatnya. Walau hanya nenek angkat, ia sudah menganggapnya nenek kandung sendiri. Neneknya sakit keras hingga tak sanggup lagi menjalani hidupnya, dan akhirnya meninggal.

''Baa-san...hiks...hiks...'' isak anak tersebut memandang kuburan yang ada didepannya.

Warga sekitar juga menatap sedih kepada kuburan dan anak tersebut.

''Sabarlah, ini adalah cobaan dari Kami-sama. Semoga kau kuat menjalani hidupmu.'' kata seseorang yang ada disamping anak tersebut.

''Hiks... A-arigatou, Jii-san.'' jawab anak tersebut.

Setengah jam kemudian, area pemakan telah sepi, para penginjung telah kembali kekediaman masing-masing, kecuali seorang anak yang masih tetap berdiri didepan sebuah pemakaman.

''Baa-san...semoga kau tenang dialam sana.'' ucap anak tersebut sebelum pergi meninggalkan pemakaman.

Hidup sendiri bukanlah keinginannya, melainkan nasib dan takdirnya. Kedua orang tuanya dikabarkan meninggal saat dirinya masih berumur dua tahun, dan baru saja sang nenek meninggalkannya sendiri.

Cklek

Anak tersebut memasuki rumah dimana ia tinggal bersama neneknya.

''Hiks... Apa ini hidupku ?'' tanya anak tersebut entah kepada siapa.

Kemudian ia berjalan karah kamarnya, kamar yang luasnya tak lebih dari 3 meter. Mengambil sebuah ransel, memasukkan beberapa pakaiannya kedalam ranser yang ada di tangannya.

''Meong~'' sebuah suara membuat anak tersebut menolehkan kepalanya kepintu kamar, terdapat seekor kucing berbulu kelabu berjalan kearahnya.

''Neko.'' ucap anak tersebut.

''Meong~''

''Aku akan pergi dari sini.'' kata sang anak kembali menata pakaiannya.

''Meong~'' seolah mengerti ucapan tuannya, kucing tersebut masuk kedalam ransel.

''Kau ingin ikut ?'' tanya sang anak sambil mengelus kepala kucing tersebut.

''Meong~''

''Baiklah.''

Selesai dengan urusan pakaiannya, ia pergi keluar dari rumah tua tersebut. Dengan seekor kucing yang berada diranselnya yang kepala kucing tersebut nongol dari ransel melalui resleting yang sengaja sedikit dibika.

''Hiks... Baa-san, maaf...aku tidak bisa memepertahankan rumah ini lagi. Banyak kenangan indah dirumah ini yang tidak sanggup ku ingat lagi.'' ucapnya menatap rumah usang didepannya dengan air matanya yang berlinang.

Melangkahkan kaki tanpa tujuan tertentu, mencari jati dirinya yang baru untuk memulai hidup yang baru pula.

Semakin lama ia berjalan, semakin jauh pula ia dari rumah. Memasuki hutan yang rindang, tanpa ada seseorang yang menemani.

Tanpa sengaja pandangannya melihat beberapa Shinobi yang melompat dari pohon ke pohon.

''Shinobi.'' gumam anak tersebut sebelum melanjutkan jalannya.

Baginya, Shinobi tidak asing lagi dipikirannya. Walau hidup didesa terpencil, tak jarang beberapa Shinobi singgah didesanya guna istirahat.

Membicarakan soal Shinobi, ia baru menyadari bahwa didalam dirinya terdapat aliran cakra.

Flashback

Disebuah sungai yang berada didalam sebuah hutan, terdapat seorang anak tengah menangkap ikan. Berkali-kali ia mencoba menangkap ikan dengan tangannya, tapi selalu saja lepas.

''Ah ! Sial ! Susah sekali.'' kata anak tersebut kembali mencoba menangkap dengan tangannya.

Tak kunjung mendapatkan ikan, anak tersebut emosi dan memukul air.

Byurr

Kejadian tak terduga membuat anak tadi bingung. Air sungai yang tadi ia pukul menciptakan gelombang yang besar, beberapa ikan juga terdampar dibibir sungai.

''A-apa yang terjadi ?'' tanya anak tersebut yang belum tau apa yang terjadi sebenarnya.

Kemudian ia mencoba malakukan sekali lagi, namun hasilnya tidak seperti tadi. Kali ini yang terjadi hanyala gelombang air yang terpukul seperti biasa.

''Eh ? Tidak bisa.'' gumam anak itu menatap tangannya.

Ia ingin melakukan sekali lagi. Mengambil nafas dalam-dalam, memusatkan kekuatan ditangan kanannya. Ia bisa merasakan sesuatu yang mengalir didalam tubuhnya. Dirasa sudah cukup, ia menghantamkan tangannya keair dan terciptalah sebuah gelombang yang besar.

BYUR

''Hah..hah... Badanku lemas.'' gumam anak tersebut seraya kembali ketepian guna istirahat.

Flashback end

Kembali berjalan tanpa tertu arah, berjalan terus tanpa henti. Tak berapa lama, ia melihat seorang kakek tua sedang membawa beberapa barang yang sepertinya sangat susah ia membawanya, terlihat beberapa kali ia berhenti guna menyamankan posisi barang. Merasa prihatin dengan kakek tersebut, anak tadi menghampirir sanga kakek.

''Permisis, Jiji. Apa Jiji butuh bantuan.'' tanya anak tersebut setelah sampai disamping kakek tadi.

''Ah. Tidak perlu, gaki. Jiji bisa sendiri, nanti kamu kerepotan.'' ucap sang kakek dengan nada suara yang sudah parau.

''Tidak kok, Jiji.'' kata anak tersebut.

''Khekhekhe... Baiklah, ini.'' kata sang kakek menyerahkan beberapa barang kepada anak tersebut, dan sisanya ia bawa sendiri.

Setelah itu mereka berjalan kearah rumah sang kakek yang tidak terlalu jauh. Sekitar setengah jam kemudian, sampailah ia disebuah desa yang terdapat perumahan tua. Kemudian mereka berhenti didepan rumah usang yang terdapat beberapa cat yang sudah luntur.

''Gaki, kita sudah sampai.'' kata kakek tersebut.

''Ah, kalau begitu ini barangnya, Jiji.'' kata anak tersebut.

''Terima kasih, gaki. Semoga kebaikanmu dibalas oleh-Nya.'' kata sang kakek

''Sama-sama, Jiji.''

''Jiji, aku tidak bisa berlama-lama, jadi saya izin pamit.'' kata anak tadi seraya pergi meninggalkan rumah tersebut.

Berjalan kembali dengan tujuan kosong, membawa beberapa pakaian dan seekor kucing diranselnya.

''Neko, apa kita akan terus berjalan seperti ini ?'' tanyanya berjalan dengan lemas.

''Meow~''

''Yah, kurasa kau benar, kita harus mencari tempat istirahat.''

Tak berapa lama berjalan, akhirnya ia nenenukan sebuah gua. Tak butuh waktu berpikir, ia dan Neko langsung menuju kedalam gua dan istirahat.

.

.

''Sendiri tak akan menggugurkan tekatku.'' (By : Lio-kun)

.

.

EPISODE 3 : Latihan bersama Sishui-nii

Disebuah pohon yang lumayan rindang, terbaring seongok bocah pirang yang sedang enaknya tiduran dicabang pohon sambil memejamkan matanya menikmati semilir angin yang mengibarkan beberapa helai rambutnya. Dengan ditemani beberapa burung yang terkadang hinggap dibahunya.

Sing

Tak berapa lama, muncul seorang anbu Neko didepan Naruto dengan shunsin miliknya disertai beberapa daun.

''Yo, Naruto.'' sapa anbu tersebut sambil memebuka topengnya.

Seorang anak yang dipanggil Naruto mulai membuka matanya menatap sosok anbu berambut jabrik warna raven.

''Ah ! Ternyata kau Sishui-nii.'' kata Naruto menegakkan tubuhnya.

''Hehe...'' Sishui hanya dapat cengengesan menanggapi perkataan Naruto.

''Sishui-nii sudah selesai misinya ?'' tanya Naruto mendapat anggukan dari Sishui.

''Yah. Setelah pulang dari menyelesaikan misi, Nii-chan jalan-jalan sebentar, dan tak sengaja menemukan bocah jabrik yang berbaring dicabang pohon.'' kata Sishui ikut duduk dicabang yang Naruto duduki pula.

''Pasti si bocah pirang jabrik itu aku.'' kata Naruto memajukan bibirnya.

''Tentu saja, siapa lagi kalau bukan kau. Hahaha. Oh ya, Naruto, kenapa kamu sendiri saja disini ? Kenapa tidak bermain dengan teman-temanmu ?'' tanya Sishui memandang Naruto yang diam sesaat, kemudian tersenyum tulus.

''Apa yang Nii-chan katakan ? Aku bahkan sedang bermain dengan teman-temanku sekarang.'' kata Naruto membuat Sishui heran.

''Sekarang ? Dimana ? Aku tidak melihat mereka.'' tanya Sishui celingak-celinguk mencari teman Naruto, ia akan bersyukur jika ada seseorang yang ingin bermain dengan Naruto.

''Kau memang tidak bisa melihat mereka, Nii-san. Tapi kau bisa merasakannya. Kau hanya perlu memejamkan matamu dan merilekskan pikiranmu.'' kata Naruto yang diikuti oleh Sishui.

''Apa yang kau rasakan, Nii-san ?'' tanya Naruto melihat Sishui melakukan apa yang ia katakan.

Sishui membuka matanya dan menatap Naruto.

''Segar. Tenang. Nyaman.'' kata Sishui dengan tersenyum.

''Nah ! Kau sudah tau kan teman-temanku ?'' tanya Naruto sebelum kembali memejamkan matanya.

''Temanmu ? Alam ?'' pertanya Sishui dijawab anggukan oleh Naruto tanpa membuka matanya.

Sishui menatap Naruto iba. Seharusnya seorang anak seperti Naruto mendapat perhatian dan kasih sayang, tapi yang Naruto dapatkan hanyalah siksaan dan hinaan.

''Oh ya Naruto, bagaimana kalau kau ku ajarkan melempar suriken ?'' tawar Sishui membuat Naruto langsung membuka matanya.

''Benarkah, Nii-san ?'' tanya Naruto antusias.

''Yap. Baiklah, sebelum itu kita harus mencari tempat yang cocok untuk latihan.'' kata Sishui mendapat anggukan dari Naruto.

Naruto dan Sishui sama-sama memikirkan tempat yang cocok untuk latihan.

''Aha !'' seru Naruto saat ia menemukan ide.

''Naru tau di mana tempat yang cocok untuk latihan melempar suriken.'' ucap Naruto mendapat tatapan serius dari Sishui.

''Di mana Naruto ?''

''Tempat yang selalu aku datangi setiap hari, yaitu... Hutan kematian.'' perkataan Naruto membuat Sishui terkejut.

''Hu-hutan kematian ? Itu berbahaya bagi anak kecil sepertimu, Naruto. Bagaimana kalau ada hewan buas yang ada dihutan itu.'' kata Sishui.

''Tenanglah, Nii-san. Tidak ada hewan buas disitu. Kalaupun ada, asal kita tidak mengganggunya, dia tidak akan menyerang. Lagi pula aku setiap hari datang ketempat itu.'' ucap Naruto membuat Sishui mengangguk-anggukan kepala.

''Hmm... Baiklah, ayo kita kita kesana sekarang.''

Akhirnya mereka segera menuju kesebuah tempat yang banyak ditakuti warga.

Sishui mau melakukan apapun untuk seseorang yang sudah ia anggap adik sendiri, asalkan Naruto tidak menderita. Sudah cukup ia melihat Naruto sengsara, kini ia mencari cara untuk membuat Naruto terlepas dari kesengsaraan itu sendiri.

.

.

''Jika kau peduli pada temanmu, pikirkan cara untuk membahagiakannya.'' (By: Nara Shikamaru)

''Membuat bahagia seseorang merupakan kemuliaan yang besar.'' (By : Lio-kun)

''Penderitaan membuatku semakin kuat dan berkembang.'' (By : Yahiko/Pain)

''Apa guna penderitaan jika menimbulkan kebencian, walau itu membuatmu hebat sekali pun.'' (By : Lio-kun)

.

.

Disebuah Hutan Kematian, terdapat dua makhluk berbeda umur tengah menyiapkan alat untuk latihan melempar suriken.

''Oh ya Nii-san, apa melempar suriken sama saja dengan melempar batu kerikil ?'' tanya Naruto memegang sebuah suriken.

''Mmm... Mungkin sama. Memangnya kenapa ?'' tanya Sishui menatap Naruto yang sedang mengutak-atik suriken yang dipegangnya.

''Tidak. Hanya saja aku pernah latihan menggunakan batu kerikil dan hasilnya lumayan.'' kata Naruto, lalu mengambil sebuah batu kerikil dan ia lemparkan kepapan sasaran, setelah itu... Headshoot...ralat. Setelah itu mengenai pusat sasaran.

''Wah ! Kau hebat juga. Dan sekarang kau menggunakan suriken asli, Nii-san akan memberitahu cara memegang dan melempar suriken.'' kata Sishui mendapat anggukan dari Naruto.

''Baiklah. Pertama-tama kau pegang surikennya seperti ini.'' kata Sishui mencontohkan kepada Naruto.

''Apa setelah itu langsung dilempar ?'' tanya Naruto mendapat gelengan dari Sishui.

''Belum. Yang kedua kau harus bisa merasakan tekanan angin, tapi kau juga harus fokus bersamaan dengan merasakan arah angin. Setelah kau merasa sudah pas, kau langsung lempar dengan tenaga yang cukup.'' kata Sishui seraya melempar suriken ditangannya, dan...

stap

Tepat sasaran.

''Nah, kau sudah paham ? Sekarang giliranmu.'' kata Sishui menatap Naruto yang memegang suriken.

Selanjutnya Naruto yang melempar suriken, tapi meleset dengan mudahnya.

''Akh ! Kuso !'' umpat Naruto.

''Jangan menyerah, teruslah berusaha.'' kata Sishui mendapat anghukan dari Naruto.

Kemudian Naruto terus berlatih melempar suriken. Walau beberapa kali sering meleset, tapi Naruto tidak menyerah dan terus berusaha.

.

.

''Kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal menuju keberhasilan.'' (By : Lio-kun)

''Gagal merupakan sebuah keberhasilan yang tertunda.'' (By : Club Animal's)

''Gagal bukan berarti menyerah, berhasil bukan berarti puas, terus berjuang bukan berarti memaksakan diri.'' (By : Lio-kun)

''Kau gagal tapi masih mampu bangkit kembali, karena itu menurutku arti dari kuat yang sebenarnya.'' (By : Hyuuga Hinata to Uzumaki Naruto)

.

.

EPISODE 4 : Kenangan pahit

Naruto berjalan seorang diri setelah selesai latihan melempar suriken bersama Sishui. Membicarakan tentang Sishui, ia pergi entah kemana karena ada misi dadakan yang mengharuskan Naruto pulang sendiri.

Di sinilah Naruto, dijalanan Konoha yang ramai disertai tatapan benci dan jijik dari para warga sekitar. Tidak tahan dengan tatapan menusuk dari mereka, Naruto berlari dengan kencang menerobos keramaian desa tersebut. Tapi ia harus segera memberhentikan langkahnya. Didepannya, berdiri tiga orang yang sedang memilah-milah beberapa buah. Siapa lagi kalau bukan keluarganya yang telah menelantarkannya.

''To-Tou-chan... Kaa-chan... Nii-chan.'' gumam Naruto memandang ketiga orang tadi dengan pupil mengecil.

Sebelum mantan keluarganya mengetahui keberadaanya, Naruto membalikkan badan dan berlari melewati jalan pintas agar terhindar dari tatapan mantan keluarganya.

Tak sanggup lagi berlari, Naruto berhenti dan mengatur nafas dengan menyandarkan tubuhnya didinding pagar yang terbuat dari kayu. Naruto menatap langit, mengenang awal mula kejadian sebelum ia ditelantarkan seperti ini.

Flashback

Disebuah mansion Hyuuga, keluarga Namikaze datang berkunjung bersama istri dan kedua anaknya yang berumur 4 tahun. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.

''Jadi Hinata tidak ada dirumah ya, padahal aku ingin memperkenalkan dengan anak-anakku. Hahah. Lagi pula Menma dan Naruto juga butuh jalan-jalan, itulah aku membawa mereka bersama kami.'' kata sang Yondaime a.k.a Minato menatap kedua anaknya yang sedang menyesap teh.

''Yah, begitulah. Mereka juga butuh refresing.'' kata Hiashi menatap kedua putra Yondaime.

Saat menatap kedua putra Yondaime, ia merasakan kejanggalan diantara mereka berdua, lebih tepatnya kepada bocah pirang jabrik acak-acakan.

''Byakugan.''

Dan benar saja. Setelah Hiashi melihat didalam tubuh Naruto, Hiashi tidak dapat merasakan atau melihat aliran cakra.

''Minato-sama, Kushina-sama, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan dengan kalian...enam mata.'' kata Hiashi berdiri dari duduknya dan berjalan kesebuah ruangan diikuti oleh Minato dan Kushina.

Setelah sampai didapam ruangan, Hiashi menceritakan apa yang ia lihat didalam tubuh Naruto.

''Sebenarnya aku juga merasakan bahwa Naruto tidak memiliki cakra, tapi ku pikir itu wajar-wajar saja karena Naruto masih kecil. Tapi, yang membuat saya heran, saya sudah bisa merasakan aliran cakra milik Menma, tapi kenapa Naruto belum. Itulah yang saya pikirkan selama ini.'' kata Minato setelah mendengar pernyataan Hiashi.

''Lalu apa yang akan anda lakukan, Hokage-sama ?'' tanya Hiashi dengan wajah wibawanya.

''Entahlah.''

Beberapa hari setelah itu, Minato dan Kushina membahas apa yang harus mereka lakukan terhadap Naruto.

''Lalu bagaimana, Anata ?'' tanya Kushina yang duduk disofa depan minato duduk.

''Terpaksa Naruto harus disingkirkan dari jeluarga Namikaze.'' ucap Minato.

Yah, Minato selalu mengagung-agungkan jabatannya sebagai Hokage, bahkan ia rela membuang 'noda' agar repotasi jabatannya tidak hancur.

''Apa !? Kau ingin membuang Naruto ?'' kata Kushina terkejut bercampur marah.

''Hanya itu satu-satunya.'' kata Minato membuat Kushina menggebrak meja dengan keras.

Brak

''Aku tidak setuju ! Aku tidak setuju kalau Naruto harus oergi dari keluarga ini ! Ingat Anata, Naruto itu juga anak kandung kita.''

Brak

''Aku juga tidak mau hal ini terjadi, Kushina. Tapi mau bagaimana lagi ? Kau mau jika para warga berkata bahwa anak seorang Hokage tidak memiliki cakra ?'' kata Minato juga menggebrak meja.

Dan akhir dari perdebatan mereka, Naruto tetap harus pergi dari keluarga Namikaze. Kushina hanya dapat bersedih meratapi nasib Naruto selanjutnya. Padahal Naruto selalu patuh dan selalu membantunya dalam mengerjakan sesuatu. Bahkan dikala ia sedang sakit, Naruto lah yang merawatnya.

Flashback in Flashback

Disebuah kamar, terbaring wanita paruh baya yang tergeletak tak berdaya. Wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari Yondaime Hokage, Uzumaki Kushina. Yah, beliau sedang sakit.

Cklek

Tak berapa lama, masuklah seorang anak berusia sekitar 3½ tahun menginjak usia 4 tahun. Bocah itu anak dari Kushina dan Minato, bernama Namikaze Naruto.

''Kaa-chan, apa Kaa-chan sudah sembuh ?'' tanya Naruto setelah sampai disamping Kushina berbaring.

''Belum, tapi sudah mendingan.'' ucap Kushina sambil tersenyum lemah.

''Oh iya, Otou-chan dan Onii-chan kemana ?'' tanya Naruto yang dari tadi tidak melihat ayah dan kakanya dirumah.

''Otou-chan dan Onii-chan mu sedang latihan melempar suriken.'' kata Kushina dibalas anggukan dari Naruto.

Naruto melihat gelas kosong dimeja.

''Teh Kaa-chan sudah habis. Ne Okaa-chan, apa Okaa-chan mau Naru buatkan teh lagi ?'' pertanyaan Naruto dibalas gelengan pelan dari Kushina.

''Tidak usah, Naruto. Lebih baik kau menyusul Tou-chan dan Nii-chan mu sana, mereka ada dibelakan rumah.''

''Tidak, Naru akan tetap membuatkan teh untuk Okaa-chan tercintah. Hehe.'' kata Naruto dengan cengirannya. Naruto mengambil gelas yang ada dimeja dan membawanya berlari kearah dapur. Tak berapa lama terdengar sebuah suara yang membuat Kushina terkejut.

Klontang (A/N : Suara benda sejenis alumunium jatuh)

Ketika Kushina hendak berteriak 'Kenapa Naruto?!', Naruto terlebih dahulu berteriak dari dapur.

''NARU TIDAK APA-APA, KAA-CHAN !''

Beberapa menit kemudian, Naruto kembali dengan segelas teh ditangannya.

''Ini, Kaa-chan.'' kata Naruto seraya memasuki kamar Kushina.

''Taruh saja dimeja.'' kata Kushina yang langsung dilaksanakan oleh Naruto.

Setelah Naruto menaruh teh buatannya, Naruto menggeser kursi yang tak jauh darinya kesamping Kushina berbaring. Setelah Nduduk, Kushina tak sengaja melihat tangan kanan Naruto yang sedikit melepuh dan agak memerah.

''Tanganmu kenapa, Naruto ?'' tanya Kushina.

''Hehe. Tidak kenapa-napa Kaa-chan, hanya sedikit terkena air panas tadi.'' kata Naruto dengan cengiran khasnya.

Kushina meraih tangan Naruto yang melepuh, lalu mengelusnya perlahan.

''Sudah Kaa-chan bilang, hati-hati kalau melakukan sesuatu.'' ucap Kushina menasehati.

''Iya Kaa-chan, Naru akan lebih hati-hati lagi.''

''Kaa-chan, apa Kaa-chan mau Naru buatkan makanan ?'' tanya Naruto lagi.

''Tidak, Kaa-chan masih kenyang.'' kata Kushina bohong, padahal ia belum mekan dari pagi.

''Tapi Naru memaksa, Naru akan membuat ramen ekstra 'Naruto' untu Kaa-chan.'' kata Naruto sebelum berlari kedapur. Beberapa saat kemudian...

Klontang

''AKU BAIK-BAIK SAJA KAA-CHAN !'' teriak Naruto membuat Kushina tertawa pelan.

Flashback in Flasback

Beberapa hari kemudian, tepat setelah Menma dan Naruto menginjak usia 4 tahun, acara pengusiran Naruto dilaksanakan.

''Kau harus pergi Naruto.'' kata lelaki paruh baya berambut kuning acak-acakan, Namikaze Minato.

''Ta-tapi kenapa Tou-chan ?'' tanya Naruto seraya menangis dengan sebuah tas koper didepannya.

''Heh ! Kenapa kau bilang ? Kau sama sekali tidak memiliki cakra, kau hanyalah noda dikeluarga Namikaze.'' ucap Minato sukses menohok hati Naruto.

''Sekarang kau pergi dari sini.'' perintah Minato.

''Dan satu lagi, aku mencabut klan Namikaze dari namamu dan akan diganti dengan Uzumaki. Dan juga jangan panggil aku Otou-chan, jangan panggil ibimu Okaa-chan, dan jangan panggil kakakmu Onii-chan, karena kau bukanlah bagian dari keluarga ini lagi.'' kata Minato dengan wajah datarnya.

Mendengar kalimat dati Minato, tubuh Kushina seakan tercabi-cabik. Anaknya tidak akan memanggilnya Okaa-chan lagi. Setetes liquid menuruni pipi Kushina dengan suksesnya.

Akhirnya Naruto angkat kaki dari keluarga Namikaze, membawa sebuah koper berisi pakaiannya.

Flashback end

Setelah mengingat terjadinya pengusiran dirinya, Naruto melanjutkan perjalanannya dengan pelan menyusuri jalan sepi.

.

.

''Manusia adalah orang yang selalu berada dalam bayang-bayang masa lalu.'' (By : Hatake Kakashi)

''Rasa sakit yang kualami pada fisikku, tidak seberapa sakit pada batinku.'' (By : Lio-kun)

.

.

EPISODE 5 : Ku ingin berguna bagi orang lain

Berjalan pelan menyusuri daerah hutan, berjalan sendiri merenung nasib.

''Hah~ Apakah ada sebuah kedamaian ?'' tanya Naruto entah kepada siapa.

''Hahaha.. Wah ! Matamu seram sekali, aku jadi takut.'' tawa seorang anak yang terdengar sayup-sayup ditelinga Naruto.

''Ku-kumohon...jangan ganggu aku.'' terdengar suara ank perempuan juga ditelinga Naruto.

Naruto yang penasaran yang penasaran langsung berlari keasal suara, dan menemukan tiga anak laki-laki tengah mengepung seorang gadis berambut indigo.

''Bukankah ituputri dari Hiashi-sama ? Hyuuga Hinata.'' gumam Naruto.

''Haha.. Kenapa ? Kau mau menggunakan Byakugan mu, hah ? Hahaha'' ejek salah seorang anak diantara kedua temannya.

Naruto yang tidak inhin terjadi sesuatu langsung melakukan sebuah tindakan.

''Berhenti ! Jangan ganggu anak itu.'' kata Naruto yang langsung mendapat perhatian dari mereka.

''Wah, ternyata ada si aib desa.'' ucap salah satu anak yang memakai topi sambil bersedekap dada.

''Kau mau apa bocah aib ? Mau melawan kami ? Kau mau jadi pahlawan kesiangan ya ? Haha.''

''Hahaha..''

''Kalian... Aku akan menghabisi kalian.'' kata Naruto seraya berlari kearah ketiga anak laki-laki tersebut.

''Hyaahh !''

Bruk

Tinjunya tidak tepat sasaran, justru dirinyalah yang tersandung dan jatuh.

''Ittai...'' rintih Naruto mencoba bangun dari jatuhnya.

''Sudahlah, kita habisi dulu bocah aib itu.''

''Iya, ayo.''

Ketiga anak tadi memukuli Naruto dengan membabi buta.

Bugbagbukbag

''He-hentikan, kumohon hentikan.'' mohon Hinata dengan suara yang tersendat.

''HINATA-SAMA !'' panggil seseorang yang berlari kearah mereka berlima.

''Hey, hey. Ada orang. Ayo kabur.'' kata seorang anak seraya berlari diikuti kedua temannya, meninggalkan Naruto yang tergeletak dengan wajah penuh lebam.

''Hinata-sama, kau tidak apa-apa ?'' tanya seseorang tadi yang merupakan pembantu keluarga Hiashi.

''A-aku tidak apa-apa, tapi anak itu...''

''Hinata-sama, Hinata-sama jangan dekat-dekat dengan aib itu. Lebih baik kita kembali kerumah Hinata-sama, ayah anda sudah sangat khawatir.'' kata pengawal Hinata seraya menarik tangan Hinata.

''Tapi...'' Hinata tak bisa melakukan apa-apa selain menatap Naruto yang terbaring lemas.

Terbaring menatap langit, hanya itulah yang bisa Naruto lakukan sekarang. Meratapi asibnya yang kelam. Kenapa dirinya begitu lemah ? Mengapa dirinya tidak bisa berguna bagi orang lain ? Mengapa dirinya begitu rapuh ? Yang dia inginkan hanyalah ingin menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, ingin menjadi seseorang yang dikenang banyak orang. Tapi apa yang ia dapat ?

.

.

''Seni situ adalah sesuatu yang rapu, yang menghilang dalam sekejap.'' (By : Deidara)

''Seni itu abadi, dan akan selalu dikenang.'' (By : Sasori)

''Suatu hari aku ingin menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain.'' (By : Sabaku no Gaara)

''Manusia tidak akan bisa menang dari rasa kesepian.'' (By : Sabaku no Gaara)

''Aku hanya ingin melindungi mereka, walau harus menjalani penderitaan seperti apapun.'' (By : Uzumaki Nagato/Pain)

.

.

T.B.C

.

Yo, minna-san, jumpa lagi dengan author Lio-kun11.

Sebelumnya maaf nih minna-san, karena author membuat fic baru, padahal fic yang lama belum kelar. Yah~ bukannya apa sih, tapi author udah ngebet banget pengen nulis nih fic. Coba bayangin, udah hampir 2 bulan ane mau bikin nih dic, tapi masih ada fic yang lama. Jadi daripada disimpen dikepala gak dikeluarin, nanti tambah bikin repot.


Oh ya, bagi para reader-san yang menyarankan menambah karakter dari anime luar, Lio mohon maaf, karena Lio tidak akan melakukannya. Tapi kalau OC, mungkin ada beberapa. Soal nama itu masih rahasia, tapi kalau data akan Lio kasih sekarang deh. Ini dia :

Nama : ? (Masih dirahasiakan)

Elemen cakra : Suiton, Fuuton, Doton, Katon, Raiton

Partner : Shishi/Raion (bernama asli Leo)

Rank : (ikut perkembangan)

Doujutsu : Byaringan (gabungan dari 3 Doujutsu, yaitu Byakugan, Sharingan, Rinnegan)(jika ingin mengetahui bentuk Byaringan, lihat foto profil Lio-kun11)

Kekuatan Doujutsu : (semua kekuatan yang dimiliki oleh Sharingan, Byakugan, Rinnegan)

Umur : (sama seperti Naruto dkk, hanya beda sedikit)

Asal : Desa terpencil

Keterangan : 'DIA' seorang anak sebatang kara yang tinggal didalam gua, mencari uang dengan membantu para warga yang sedang bekerja, seperti memecah bongkahan batu, membawakan barang-barang kesebuah tempat, dll. Ia tidak tau siapa orang tuanya, yang ia dengar dari nenek angkatnya, orang tuanya sudah meninggal.

Didalam dirinya terdapat makhluk seperti seekor Bijuu, tapi makhluk tersebut bukanlah Bijuu. Bertemu dengan makhluk itu pada umur 6 tahun, sampai akhirnya berteman dengan makhluk tsersebut. Makhluk yang memiliki wujud singa berekor 11, dengan warna bulu seperti singa umunya.

Sebelumnya ia tinggal bersama nenek angkatnya disebuah desa terpencil, hingga akhirnya neneknya meninggal. Sepeninggalan neneknya, ia pergi dari rumah neneknya dengan alasan tidak ingin melihat kenangan dirumah tersebut. Menjadi pengembara cilik mencari jati dirinya.

Mempelajari jutsu-jutsu dari beberapa gulungan yang tidak sengaja ia temukan. Mendapat Doujutsu dari 3 mata berbeda dan dari dua klan terpandang, Uchiha dan Hyuuga. Mengaktifkan Doujutsu saat ingin menyelamatkan Neko, hewan peliharaannya. Datang ke Konoha saat membantu/mengawal seorang kakek yang ingin pergi ke desa Konoha.

Sekian data dari '?' dan Leo.


Kesampingkan dulu yang diatas. Nah ! Menurut para Senpai, Kouhai, dan para Reader sekalian, bagaimana tentang fic ini ? Bagus kah ? Menarik kah ? Misterius kah ? Atau... Membosankan ?

Terserah deh mau menanggapi seperti apa, ane sih ok, ok aja. Oh ya jangan lupa buat review, tapi jangan banyak sambelnya, OK ?

Baiklah, sekian bacotan saya yang mungkin tidak penting ya kan, hahaha. Saya Lio-kun11, pamit undur diri, semoga bertemu lagi pada chapter selanjutnya dan pada fanfic ane yang lainnya. Jaa na~