First Love Never Dies
Pairing : Haehyuk, Yoonhae, Yoonhyuk
Rate : T
Genre : Drama / Romance
Disclaimer : Original story by Park Neulrin
Warn : AU, BL, sedikit straight, OOC, OC, judul nggak nyambung isi, alur membosankan + terlalu cepat, terlalu menggunakan imajinasi, deelel
Author : Park Neulrin
Jangan paksakan diri anda untuk membaca, jangan buang energi anda untuk membaca jika anda tidak suka dan akhirnya hanya meninggalkan flame. Dan bagi yang tertarik, tolong tinggalkan jejak, ne?
.
"Jaga kesehatanmu, nae chagiya."
Mungkin itu ucapan terakhirnya yang tersimpan dalam kenangan.
.
Hari yang cerah di ibukota Korea Selatan, Seoul. Jarum pendek pada jam dinding yang menempel di rumah-rumah bagi yang memiliki menunjuk ke antara angka 4 dan 5, sedangkan jarum panjang menunjuk angka 10. Melihat mentari yang cukup menyengat, mungkin saat ini adalah sore hari. Pukul 16.50 waktu setempat.
Sebuah taxi berhenti di depan salah satu apartemen sederhana yang berdiri di pinggir kota Seoul. Seorang namja dengan kaus oblong berwarna putih, skinny jeans berwarna hitam, kacamata hitam, topi, dan koper besar berwarna hitam keluar dari taxi tersebut. Tubuhnya ramping, kulitnya seputih susu dengan tinggi badan sekitar 174 cm. Ia memiliki rahang yang tegas, hidung mancung, dan bibir plump. Secara penampilan, ia bisa dikatakan jauh lebih cantik dari namja pada umumnya. Mungkinkah sebenarnya dia yeoja berdada papan? Hmm, mistis. Tapi karena saya kurang tertarik dengan yeoja, berarti ia namja.
Namja itu melepas kacamata hitamnya dan dapat kita lihat orb kecoklatannya yang bening. Dari tatapan matanya, ia terlihat seperti orang yang polos.
"Sudah 5 tahun lamanya aku tidak pulang ke sini. Tidak banyak yang berubah. Musim panas masih terasa amat gerah di sini." ucap namja itu. Ah, ya. Lupa diberitahu, cerita ini berawal di musim panas. Ia melihat secarik kertas yang ada di tangan kirinya dan menatap apartemen sederhana di hadapannya. "Benar 'kan ini apartemen yang disewakan umma untukku?" gumamnya. Ia memakai kembali kacamata hitamnya.
Daripada berpikir repot-repot, namja itu segera membayar taxi yang ditumpanginya tadi dan menyeret kopernya. Ia mendekati seorang yeoja paruh baya yang sedang menyapu halaman di sekitar apartemen tersebut.
"Umm, ahjumma?" panggil namja itu dengan nada canggung. Ahjumma tersebut menghentikan aktivitasnya dan menatap namja itu bingung. "Apa benar ini apartemen milik Park Ha Seung-ssi?"
"Um, ne. Nuguseyo?" tanya ahjumma itu. Namja itu melepas kacamata hitamnya dan memperkenalkan dirinya dengan menyunggingkan senyum termanisnya, senyum yang memamerkan gusi merah mudanya. "Lee Hyukjae imnida. Penghuni baru kamar nomor 17."
Lee company. Salah satu dari 5 perusahaan raksasa di Korea Selatan yang memiliki cabang hampir di seluruh kota bisnis di dunia. Perusahaan besar itu dipimpin oleh seorang namja yang masih bisa disebut muda. Usianya baru menginjak 32 tahun ini. Lumayan muda 'kan? Ia bernama Lee Donghae. Wajahnya tampan dan tampak lebih muda dari usianya yang sesungguhnya.
Ia memiliki seorang istri yang bisa dibilang yeppo dan aegya yeoja yang berusia 4 tahun. Aegya nya manis sekali, namun banyak orang yang sangsi apakah anak itu anak Donghae, karena jujur, ia tidak mirip dengan Donghae. Namun, Donghae tak ambil pusing karena ia amat menyayangi aegya semata wayangnya. Kehidupan rumah tangga Donghae selalu tampak membahagiakan. Ia dan Yoona—istrinya—selalu tampak rukun. Tak jarang mereka mengumbar kemesraan di depan umum. Hubungan mereka dengan anaknya juga baik. Walau sibuk, Donghae tetap meluangkan waktu dengan keluarganya. Benar-benar potret keluarga bahagia. Banyak orang iri dengan keluarga Donghae.
Namun, benarkah keluarga Donghae memang keluarga bahagia?
Donghae menghela napasnya berat. Jam di mobil menunjukkan pukul 17.12. Beberapa kilometer lagi dan ia sampai di rumah mewahnya. Ia akan bertemu dengan istrinya dan aegya semata wayang mereka. Memikirkan hal itu saja, Donghae sudah merasa ada beban berat di pundaknya. Tidak, Donghae tidak membenci aegya nya. Ia amat sangat menyayangi aegya manis yang ia beri nama Yoonhae itu. Namun, ia malas untuk bertemu dengan istrinya, yeoja yang ia nikahi kurang lebih 5 tahun lamanya itu. Apalagi sejak insiden 'itu'.
Beberapa menit berlalu dan mobil Audi A5 milik Donghae telah mencapai tujuan. Lee fammily mansion. Rumah bergaya victoria dengan cat berwarna baby blue itu berdiri dengan kokohnya di hadapan Donghae. Pintu gerbang yang besar dan halaman rumah yang luas sudah dilewatinya. Kini di hadapannya, sebuah pintu yang terbuat dari kayu mahoni itu seakan memintanya 'tuk dibuka. Dengan berat hati, Donghae membuka pintu tersebut dan menggumamkan lirih kalimat, "Aku pulang."
"Yeobbo, sudah pulang."
Seorang yeoja berwajah yeppo dengan tubuh kurus segera memeluk Donghae. Donghae menghela napas berat. "Yoona," ucapnya sambil melepas paksa pelukan istrinya. "Aku lelah. Jangan ganggu aku." lanjutnya dengan nada sebal.
Yoona mem-pout-kan bibirnya. Ia memeluk tangan Donghae manja, namun langsung dilepas oleh Donghae. Donghae melonggarkan dasinya dan membiarkan tubuhnya duduk di sofa. Yoona duduk di sebelahnya dan berusaha memeluknya lagi, namun ditolak lagi oleh Donghae.
"Mana Yoonhae?" tanya Donghae acuh tak acuh. Yoona menunduk sedih menerima penolakan Donghae dan menjawab lemas, "Tidur di kamarnya."
Donghae mengangguk dan berjalan menuju kamar aegya kesayangannya di lantai 2, tak mempedulikan istrinya yang memandang punggung dinginnya dengan sedih.
"Dan sentuhan terakhir."
Hyukjae memasang sprei putih bercorak pisang di atas kasurnya. Lalu, ia meletakkan sepasang bantal dan guling yang sudah diberi 'baju' dengan corak yang sama dengan spreinya. Tak lupa sebuah boneka monyet yang memakai kaus 'aneh'. Ya, aneh. Ada ya boneka monyet memakai kaus putih—yang agak lusuh, mungkin faktor usia—dengan gambar ikan badut yang juga memakai kaus putih bergambar monyet? Aneh 'kan?
Hyukjae membaringkan tubuhnya di kasur. Dipeluknya erat boneka monyet itu. Ia bergumam sambil menatap langit-langit,"Ternyata umma sudah menyiapkan segala perabotan yang kubutuhkan. Besok, aku akan mencari lowongan pekerjaan."
Hyukjae menghela napas lelah dan berguling-guling di kasurnya layaknya anak kecil.
Ring ring
Hyukjae berhenti berguling-guling dan mengeluarkan kalung berbandul liontin ikan badut berhiaskan dua buah lonceng kecil yang tersembunyi di balik kausnya.
"Hyukie-ah."
"Hyukie chagi."
"Saranghae, chagiya."
"Mata ashita (see you tomorrow), nae chagiya. Jaga kesehatanmu."
Hyukjae mengerang pelan dan mengacak rambutnya. Ia berkata pada dirinya sendiri dengan nada kesal, "Sudahlah. Untuk apa mengingat orang yang tak pernah terlihat batang hidungnya selama 10 tahun, bahkan sudah tidak kuingat lagi wajahnya."
"Saranghae? Mata ashita? Untuk apa kau mengatakan hal yang hanya membuatku terlena sementara, huh?" lanjut Hyukjae sambil agak meremas boneka monyetnya. Lalu, ia memeluk erat boneka monyet itu.
Drrt
Drrt
Mobile phone Hyukjae bergetar. Namja lajang berusia 27 tahun itu mengambil mobile phone nya yang ia letakkan di nightstand table.
1 new message
Unknown number
Hyukjae mengangkat sebelah alisnya. Unknown number? Ia tidak ingat memberi nomornya pada orang aneh tanpa mengetahui nomor orang tersebut.
From : Unknown number
Hey monkey! Aku dapat nomormu dari Lee ahjumma. Kudengar kau sudah pulang ke Korea? Dimana posisimu sekarang? Aku di Seoul. Balas, ASAP.
Hyukjae menghela napas dan tertawa kecil. Dari gaya bahasanya, Hyukjae kenal baik siapa pengirimnya. Itu pasti Cho Kyuhyun, teman sekelas dan les privat Bahasa Jepang nya. Bisa dibilang sahabatnya, bahkan mereka memperlakukan satu sama lain bagaikan saudara kandung. Dan Kyuhyun juga merupakan satu-satunya orang yang mengetahui perihal liontin dan boneka monyet milik Hyukjae. Hyukjae segera menyimpan nomor itu dalam kontaknya.
To : Evil Kyu
Aku di Seoul. Waeyo? Jangan bilang kau merindukanku. Wwwww (tertawa gaya orang Jepang)
Hyukjae tertawa kecil dan meletakkan mobile phone nya ke tempat semula. Tak sampai 5 menit, mobile phone Hyukjae bergetar lagi. Getarannya panjang, menandakan adanya telepon masuk. Hyukjae melihat siapa yang menelponnya.
Evil Kyu calling
Pip
"Yeobboseyo?"
[Yo, Hyuk. Sudah 5 tahun sejak kau ke Italia. Bagaimana kabar?]
"Aku baik. Kau sendiri?"
[Aku? Dewa kematian bahkan tidak rela mencabut nyawa orang setampan diriku.]
"Huh, pede sekali."
[Aku bukannya terlalu pede. Itu fakta. Bagaimana kalau kita bertemu di cafe biasa besok, pukul 4 sore? 'Kan besok Minggu.]
"Cafe itu masih ada? Boleh saja. Bagaimana keadaan Leeteuk hyung ya?"
[Yah, aku ragu dewa kematian berani mencabut nyawanya. Dia 'kan bawel. Sudah ya, Hyuk. Sampai besok.]
"Ne."
Pip
Hyukjae mengembalikan mobile phone nya dan berbaring. Ia menatap jam yang ia letakkan di samping mobile phone nya. Jarum panjang menunjuk ke angka 11 dan jarum pendek berada di antara angka 5 dan 6. Waktu cepat sekali berlalu.
"Aku tidak terlalu lapar. Tidur sekarang tidak masalah 'kan? Aku lelah. Jaljayo."
Dan Hyukjae terlelap sambil memeluk bonek monyetnya.
Keluarga Lee memakan makan malam mereka dengan tenang. Sesekali Yoonhae akan bercerita layaknya anak kecil pada orang tuanya. Donghae meresponnya dengan lembut, berkebalikan dengan Yoona yang hanya diam mendengar ocehan aegya semata wayangnya. Tak ada percakapan antara Donghae dan Yoona. Tatapan mata pun tidak. Donghae terlalu sibuk dengan Yoonhae, dan Yoona tampak tidak ada mood untuk mengobrol. Makan malam berakhir, dan Yoonhae berlari ke kamarnya untuk tidur.
"Yoonhae, mau umma bacakan dongeng?" tanya Yoona setelah sekian lama bungkam.
Yoonhae berhenti berlari dan menjawab antusias, "Ne, umma! Nanti malam tidur dengan Yoonhae, ne? Appa juga!"
"Mianhae, Yoonhae. Appa tidak bisa tidur denganmu malam ini," jawab Donghae. "Sebagai gantinya, bagaimana kalau besok kita bermain ke taman tempat kedai es krim kesayangan Yoonhae berada?" lanjut Donghae melihat Yoonhae yang tampak ngambek. Yoonhae mengangguk dan tersenyum puas. Ia lalu berlari menuju kamarnya, diikuti Yoona.
Donghae tersenyum dan masuk ke kamarnya yang berada di samping tangga setelah memastikan istri beserta aegya nya tak terlihat lagi. Ia melirik jam dinding kuno yang ada di kamarnya. Pukul 07.40 malam.
Donghae berjalan ke lemari pakaiannya dan mengambil sebuah kotak cukup besar yang ia sembunyikan di bawah bajunya yang digantung. Ia membuka kotak itu dan terdapat sebuah benda di dalamnya. Sebuah boneka ikan badut yang aneh (memakai kaus putih bergambar monyet yang juga memakai kaus putih) yang mengenakan kalung berbandul liontin berbentuk monyet dengan sebuah lonceng. Diambilnya kalung itu dan dikenakannya.
"Tak terasa, sudah 10 tahun lamanya aku menyimpanmu. Tapi, entah kenapa hari ini aku ingin mengenakanmu." ucap Donghae sambil menggenggam erat liontin kalung tersebut. Ia menyimpan kotak itu di lemarinya lagi. Lalu, ia membuka jendela kamarnya dan menatap bulan yang muncul penuh malam ini.
"Aku merasa akan terjadi hal baik dan buruk sekaligus." ucap Donghae. Ia menutup jendela kamarnya dan berbaring di tempat tidurnya.
"Oyasumi (Good night)." ucap Donghae seraya menutup matanya. Dalam benaknya, tersimpan bayangan cinta pertamanya yang selalu hidup di hatinya.
TBC
Loha~ Ada yang kangen sama saya?
Kayanya nggak ya, kenal saya aja nggak~
Umm, saya balik lagi dengan cerita baru walau saya sadar cerita lama saya belum ada yang berhasil saya lanjutkan. Dan pair nya Haehyuk lagi.
Kenapa Haehyuk? Anggap saja bayaran utang untuk ff saya yang lain yang tidak berhasil sama lanjutkan #peace
Cerita ini muncul karena pengalaman (?) saya membaca Sekaiichi Hatsukoi
Tadinya mau dikasih judul yang sama, tapi entah karena apa saya berubah pikiran
Umm, tolong tinggalkan jejak, ne? Walau saya mungkin tidak akan membalas reviewnya
Tapi dengan saya meng-update cerita ini, anggap saja itu balasan saya, ok?
Hohoho~
#lempar s*mp*k satu-satu
