Jam dinding yang antik dan mewah di pojok ruangan terus berdetik, jarum panjangnya melaju tak kenal ampun. Suasana di dalam pondok yang berfungsi sebagai villa itu hening, namun bukan berarti tak ada penghuninya.
Scorpius Malfoy menggelesor bosan di atas sofanya. Ia harus menunggu tamu perempuannya—jodohnya, sebenarnya. Terdengar kolot, memang—tapi sebagai kalangan penyihir ningrat berdarah murni, Scorpius wajib mengikuti acara perjodohan yang konyol ini. Dan ini sudah ketiga kalinya ia dijodohkan oleh kedua orangtuanya yang juga melewati tahap perjodohan seperti ini.
Perjodohan di sini berarti lima hari di mana sang lelaki dan sang wanita yang akan dijodohkan ditempatkan dalam satu rumah, berdua saja, tanpa tongkat sihir dan tanpa peri rumah, dan baik pihak lelaki maupun pihak perempuan harus menjalankan fungsi mereka sebagai suami dan istri.
Dan akibatnya, Scorpius Malfoy yang sudah legal, yang bisa mempraktikkan sihir sendiri, harus tinggal di dalam pondok sunyi ini, dan tanpa tongkat sihir.
Tok, tok
Terdengar bunyi ketukan di depan pintu.
Bagus! Scorpius hampir meloncat dari sofanya. Setidaknya ia berharap si Marcia Dupong atau Dugong atau Dupont atau siapapun dari Prancis ini bisa menjadi teman perempuan yang asyik baginya, karena sesungguhnya, dirinya belum siap menerima perjodohan.
(Lagipula, Scorpius sudah menaruh hatinya kepada seseorang yang spesial.)
"Sebentar!" teriak Scorpius, dan ia mengambil mantel bulu di pojok ruangan. Ini Whiltshire, saudara-saudara, dan Whiltsire sangat dingin di bulan Desember.
Scorpius memutar pegangan pintu yang antik, dan lagi-lagi—mewah. Pintu jati itu mengayun terbuka, menampilkan seorang gadis bertubuh tinggi semampai, bermantel biru tua gelap, berambut merah jahe, dan bermata coklat keruh, yang—
Familier.
Tunggu.
Scorpius menganga. Gadis di depannya juga pelan-pelan melotot, lalu mereka berdua berteriak ngeri.
"Malfoy?!"
"Weasley?!"
Household Ballad © Beatrixmalf
[Balada Rumah Tangga]
Harry Potter © J.K. Rowling. I gain no profits/advantage.
.
.
Warning: Threeshot, maybe? I don't know. Maybe Fiveshot. AR, agak OOC, dan agak…freak. Yah you know bagaimana Bea berkarya xD
.
.
PROLOG
-o0o-
Suasana di pondok kembali hening, namun ini hening yang berbeda.
Pertama, penghuni pondok yang tidak mengeluarkan suara bertambah satu. Penghuni itu berjenis kelamin perempuan, cantik, meskipun tidak jelita.
Kedua, keheningan itu kini bukan keheningan kosong, namun diwarnai ketegangan.
Mata hazel keruh itu menatap balik mata kelabu yang menatapnya intens. Mereka berdua kini tengah duduk di tengah ruangan, dengan jarak yang cukup jauh untuk dirintangi seseorang yang tidur telentang. Scorpius di kepala meja, sementara Rose di kaki meja.
"Jadi," Scorpius menghela napas. "Katakan padaku dengan jelas, Rose Weasley, apa yang membuatmu berada di sini."
Rose—gadis di depannya, mendelik. "Aku sudah mengatakannya kepadamu, Malfoy! Jangan membuat aku mengulang lagi."
"Wah, tapi kau harus. Aku berwenang membuangmu ke salju saat ini, namun bila kau menceritakan alasanmu terdampar di sini, siapa tahu aku berubah pikiran."
Pipi Rose yang merah karena udara dingin, semakin bersemu ketika gadis itu menahan marah. Scorpius tahu gadis yang berada satu ruangan dengannya ini sangat temperamental. Karena hal itu juga-lah yang membuat Scorpius tak pernah bosan menggoda Rose Weasley, sejak mereka masih di Hogwarts ataupun saat ini.
"Baiklah. Oke. Oke!" bentak Rose kesal, dan gadis itu mengibaskan rambutnya. "Dari mana aku harus cerita?"
"Semuanya."
"Apa?!"
"Semuanya, Weasley. Aku yakin pendengaranmu masih normal."
Hening.
Rose melemparkan tatapan membunuh kepada dirinya lagi. "Baik, dasar pirang-tolol-ke laut-saja-sana."
"Apa kau bilang?"
"Tidak."
"…"
Rose bersidekap, lalu mata hazelnya menatap ke luar jendela. "Oke, kurasa lebih baik aku memulainya dari saat ketika aku memenangkan lotere, bagaimana kedengarannya?"
"…"
"Malfoy?"
"…"
"Hei!"
"Tidak usah bawel, Weasley, yang penting kau cerita!" Scorpius menahan dirinya untuk tidak melempar guci di sebelahnya, karena semenyebalkan apapun Rose Weasley, ia tetap perempuan dan dirinya adalah lelaki.
"Argh!" Rose memegang dahinya kalut. "Sampai mana aku tadi? Oh iya, lotere. Sebenarnya, Al lah yang menunjukkan kupon yang menyatakan aku menang lotere, karena itu aku langsung percaya. Lotere itu menerangkan, kalau undian yang aku masukkan ke dalam kotak amal itu menang, dan aku mendapatkan doorprize sebagai akibatnya. Doorprize itu tak lain adalah menginap selama lima hari di Pondok Ashgreen, Wiltshire, pada tanggal 10 Desember 2023. Sudah puas?"
"Belum," jawab Scorpius. "Kau membawa kupon palsu itu, tidak?"
"Bawa," jawab Rose. Gadis itu merogoh saku mantel yang belum terlepas dari tubuh langsingnya. Ia menyentil kupon itu hingga tergeser menuju Scorpius. "Itu."
Scorpius melempar tatapan kesal kepada Rose sesaat, tetapi mengangkat kupon itu ke depan mata kelabunya. Ia meneliti kupon itu cepat dan menyeluruh, lalu mendengus.
"Sungguh menakjubkan kau bersepupu dengan Al selama 17 tahun, tetapi tidak mengetahui kebiasaan-kebiasaannya, Posy," cemooh Scorpius.
Rose menatapnya tidak terima. "Apa maksudmu? Dan aku Rose, bukan Posy! Aku juga masih berumur 16 tahun, Blondz!"
"Jangan panggil aku dengan nama itu, seperti banci saja." Scorpius mengerut jijik. "Kalau begitu, kau sudah tahu persis bagaimana Al mengerjai korban-korbannya, kan, Weasley? Kau tahu sendiri, Al tergila-gila dengan motif polkadot. Ia menyukai tulisan yang kaku dan gendut-gendut seperti ini. Maka kau akan tahu kupon ini buatan si sepupu tolol-mu itu."
Hening.
"Tunggu, tunggu, tunggu," Rose menyergah, lalu memijat pelipisnya. "Maksudmu Al menjebakku? Mengerjaiku?"
Scorpius meralat, "Menjebak dan mengerjai kita, Posy."
"Memang apa yang dia lakukan kepadamu?"
"Well, aku rasa dia yang membatalkan kedatangan jodohku, lalu—"
"APA?"
Oh, ya. Scorpius lupa gadis di depannya sangat polos, bahkan ia tidak mengetahui soal dirinya yang sudah mulai dijodohkan.
"Ya, ya, Posy, aku sudah mulai dijodohkan sejak setahun yang lalu," Scorpius menerangkan sambil memutar bola mata. "Dan seharusnya, kalau lancar, Marcia Dugong atau Marcia Dublablabla siapalah itu datang ke sini. Tapi, seperti yang kita tahu, yang datang malah gadis aneh berambut merah."
Rose menatapya ngeri tanpa suara. "Aku—mengerti. Jangan bilang Al seseorang yang tahu soal perjodohanmu?"
"Satu-satunya."
"Dan dia tahu si Marcia Dupont ini?"
"Marcia Du—hei, kau tahu namanya!—yah, bisa dikatakan seperti itu."
Gadis itu menggigit bibirnya. "Kalau begitu semuanya tepat. Kalau kau mau tahu, Malfoy—seluruh keluargaku—well, tidak semuanya sih, tetapi Keluarga Potter dan keluargaku pergi ke Prancis kemarin, untuk mengunjungi Fleur. Aku diajak, namun karena aku mendapatkan doorprize—"
Scorpius bisa melihat Rose menghela napas.
"Intinya, Al ikut. Mungkin saja ia bertemu dengan Marcia di sana, dan menghalangi-halanginya untuk bertemu dengan, err—jodohnya."
Scorpius menggeram. "Albus Potter sialan. Mengapa pula si nerdo itu mengerjai kita?"
Keduanya terdiam. Jauh di lubuk hati mereka, baik Rose maupun Scorpius tahu persis alasan Al mengerjai mereka. Namun tentu saja—
Gengsi lebih tinggi daripada pengetahuan.
"Ya sudah," Scorpius berdiri.
Rose tampak terguncang. "Ya sudah bagaimana? Kau jadinya bagaimana? Aku bagaimana?"
"Sayangnya, Weasley, sepertinya kau harus kembali ke The Burrow, atau ke rumahmu sendiri. Yang jelas tidak di sini."
"Ap—apa?" Rose berseru kaget. "Malfoy, kalau keadaannya semudah itu, aku sudah berApparate sejak tadi, kau tolol! Tapi masalahnya, aku masih di bawah umur, tidakkah kau menyadari hal itu, hah? Aku saja diantar oleh Bus Ksatria, namun kau tahu ini hari terakhirnya ia beroperasi—besok sudah libur Natal, kan!"
"Tetap saja. Ini rumahku, Weasley, dan akulah yang berkehendak di sini."
"…"
"…"
"Baiklah," Rose mengalah, dan wajah gadis itu berubah menjadi merah, entah karena kesal, atau mau menangis. Ia menatap Scorpius dengan air mata kemarahan yang sedikit menggenang. "Kalau kau mau kuadukan ke ibumu. Kau tahu, Uncle Harry mengenalnya dan masih menyuratinya setelah berkorespondensi dengan Narcissa dulu."
Scorpius berubah menjadi pucat. "Apa kau bilang?"
"Kau dengar aku, Blondz."
"Sudah kubilang—" Scorpius mengurungkan niatnya. "Apa yang kau mau?"
"Aku hanya mau tempat tinggal selama lima hari ke depan, oke? Semua keluargaku sedang berlibur, dan aku masih illegal. Bus Ksatria sudah tidak beroperasi, dan kalau kau masih ingat, Malfoy, aku perempuan—meskipun tidak lemah—aku butuh didahulukan!"
Scorpius bersidekap. "Tak ada yang gratis di dunia ini, Rose—bahkan di dunia sihir sekalipun. Aku butuh pembayaran."
Rose mengerucutkan bibirnya seakan berpikir, tetapi mata hazelnya mulai memancarkan kemenangan. Sekali itu, Scorpius tahu ia mengambil langkah yang salah.
"Menurut buku Serba-Serbi Darah Murni, perjodohan adalah saat di mana lelaki yang akan dijodohkan berperan sebagai suami, dan perempuan yang dijodohkan berperan sebagai istri. Tidak boleh ada peri rumah, tidak boleh ada sihir, tidak boleh ada uang lebih dari 50 Galleon, dan ini berarti—" Rose menyipitkan matanya. "Rumah ini kehilangan seorang istri, bukan? Tak ada yang memasak, tak ada yang mencuci, pokoknya tak ada perempuan."
Scorpius tetap memasungkan matanya ke mata gadis yang lebih pendek sekepala darinya.
Rose menjatuhkan tasnya dengan sengaja, lalu beberapa macam sayuran, buah-buahan, dan bahan-bahan makanan lain menngelinding dan tumpah keluar dari tas.
"Impresif sekali, Weasley. Kalau Mantra Perluasan Tak-Terdeteksi, aku juga bisa melakukan itu dengan tongkat."
Rose tersenyum cemerlang.
"… Sayangnya bukan, Malfoy. Ini penawaranku. Aku tetap tinggal di sini, kau juga tetap tinggal di sini, dan kita akan menjalankan apa yang sudah dikerjakan oleh si Tolol Al."
Scorpius menaikkan alisnya.
Rose mengambil buah apel lalu menggigitnya. "Aku akan menjalankan tugas sebagai calon istrimu yang baik, HANYA untuk tinggal di sini, dan—itu penawaranku."
.
.
Tbc.
-o0o-
Well, ini belum masuk Fiveshotnya loh :p jadi sepanjang-panjangnya, sama epilog, ceritaku jadi tujuh chapter. Updatenya ga selama RHW kok, dan ini diselang-selingin, cuman sekadar fic pelepas lelah ajaaa, hehehe.
Oh ya, AR di sini itu tentang ilmu pertongkatsihiran, karena sebenernya aku gangerti system kerjanya kaya gimana #apa. Terus, aku ngebayangin Rose itu Bella Thorne—yah, walaupun mukanya ga British, tapi dia cantik sih :p
Jadi, boleh minta review? Chapter selanjutnya itu soal: Malam Pertama. WAHAHAHA XD XD XD
R-re-re-re-rev-vi-ve-viewww?
Akoira Numoz Bysantia,
Bea.
