"Jeon Wonwoo."
"Hadir." Sahutku pelan ketika Profesor Hwang mengabsen namaku.
"Kim Mingyu."
Hening. Selalu tidak ada sahutan ketika Profesor Hwang memanggil nama itu.
"Apakah Kim Mingyu absen lagi hari ini?" tanya Profesor Hwang sambil membetulkan letak kacamata bulatnya.
"Tidak tahu Prof, masih belum ada kabar darinya." Jawab Seungcheol, selaku ketua kelas kami.
"Baiklah, nanti aku akan menghubungi orang tua anak itu. Baiklah, mari kita lanjutkan pelajaran terakhir kita tentang bakteri." Jelas Profesor Hwang sambil menarik layar slide dan mulai menyambungkan laptopnya dengan kabel infocus.
Aku menghela nafas dan membuka buku paketku sesuai dengan halaman yang diperintahkan oleh Profesor Hwang. Sudah seminggu aku berada di kelas ini dan sudah seminggu pula orang yang seharusnya menjadi teman sebangku-ku itu tidak masuk.
"Baiklah, untuk pelajaran kali ini, Saya ingin kalian berkerja berpasang-pasangan dengan teman sebangku kalian." Lanjut Profesor Hwang.
Aku mengangkat tanganku untuk bertanya, "lalu bagaimana denganku Prof? Teman sebangku-ku tidak masuk."
"Kau bisa berkerja sendiri dulu sampai partner-mu masuk kembali, Tuan Jeon. Jika ada yang ingin kau tanyakan, kau boleh datang ke mejaku." Jawab Profesor Hwang.
Aku menghembuskan nafasku. Lagi-lagi aku harus berkerja sendiri pada tugas yang seharusnya dikerjakan berpasangan. Ini jelas-jelas menambah bebanku.
Kim Mingyu. Aku bahkan belum pernah melihat batang hidungnya sekalipun. Kim Mingyu. Cepatlah masuk dan bantu aku mengerjakan semua tugas ini!
IMMORTAL
CH. 1 — Chairmate
by diciassette
Matahari sudah mulai tenggelam ketika kelas Profesor Hwang berakhir. Murid-murid di kelasku mulai mengemasi barang-barang mereka ke dalam tas sembari menunggu Profesor Hwang mengakhiri ucapan perpisahannya.
"Jadi, untuk tugas berikutnya, aku harapkan kalian tidak lupa untuk membawa beberapa jenis racun yang tadi ku minta untuk diuji. Aku akan menyediakan masing-masing satu batang tipis perak untuk satu meja. Baiklah, terima kasih untuk hari ini, selamat sore." Ucap Profesor Hwang sambil menjinjing tas kotaknya dan berjalan mengeluari kelas.
Aku terdiam di tempatku, mengamati anak-anak yang berdesakkan untuk keluar. Lebih baik aku menunggu kelas sepi daripada harus berdesak-desakkan seperti itu.
Pikiranku lagi-lagi melayang ke tugas yang diperintahkan oleh Profesor Hwang. Kami disuruh membawa beberapa jenis racun untuk menguji apa benar perak dapat mendeteksi racun.
Astaga, racun itu bukanlah hal yang mudah untuk didapat kan? Dan apakah kali ini aku benar-benar harus berkerja sendiri lagi? Tanpa bantuan seseorang? Ish, menyebalkan! Sebenarnya, kenapa sih Kim Mingyu itu tidak pernah masuk? Apakah dia tidak tahu dia merepotkanku?
Sudahlah, daripada aku terus menyumpah serapahi si Kim Mingyu yang aku bahkan tidak tahu bagaimana rupanya itu, lebih baik aku bergegas pergi ke perpustakaan tempat aku berkerja. Ya, aku kerja part-time sebagai penjaga perpustakaan di Seocho-gu.
.
.
Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai ke perpustakaan tempat aku berkerja. Aku mendorong pintu perpustakaan sambil mengusak rambutku yang sedikit basah karena terkena percikan air hujan di luar. Aku mendengus kesal karena sepatu converse hitamku sepertinya kemasukan air dan menyebabkan kaus kaki hangatku menjadi basah dan tidak nyaman untuk dipakai.
"Aigoo, Wonwoo-ya! Apa kau membawa baju ganti?" tanya Bibi Wen yang merupakan pemilik perpustakaan tersebut.
Aku tersenyum tipis dan kembali mengusak suraiku, menyebabkan beberapa bulir air jatuh membasahi lantai. "Tidak Bibi, tidak apa-apa, ini akan segera kering."
"Aigoo! Mana bisa seperti itu, Wonwoo? Masuklah Wonwoo! Sepertinya Jun meninggalkan beberapa pakaiannya sebelum pergi ke China minggu lalu." Ucapnya sambil menuntunku masuk ke dalam sebuah ruangan yang biasanya digunakan Bibi Wen untuk beristirahat—karena biasanya dia menjaga perpustakaan ini 24 jam penuh.
Bibi Wen memberikanku sebuah sweater rajut berwarna coklat muda dan celana hitam selutut yang terlihat hangat. Bibi Wen juga memberikanku sepasang kaos kaki bergambar koala yang menurutku sangat girly, tapi tidak apa-apa daripada jari-jari kakiku mengkerut karena kedinginan.
Aku tersenyum dan menerimanya. "Terima kasih, Bibi Wen. Kau yang terbaik." Ucapku sambil membungkuk untuk berterima kasih.
Bibi Wen tersenyum hangat, garis-garis halus di sekitar wajahnya mulai muncul mengingat usianya sudah berkepala empat. "Sama-sama, Wonwoo. Aku sudah menganggapmu sebagai anakku sendiri." Ucapnya sambil mengelus suraiku yang masih sedikit basah.
Ucapan Bibi Wen membuat hatiku menghangat. Sudah lama sekali sejak terakhir kali seseorang mengelus lembut kepalaku.
"Wonwoo? Kenapa kau diam? Apa ucapanku terlalu berlebihan ya?" tanya Bibi Wen sambil mengusap lehernya, salah tingkah.
Aku menggeleng dan tersenyum hangat. "Tidak sama sekali Bibi Wen, aku juga sudah menganggapmu dan Jun keluargaku sendiri."
Bibi Wen tersenyum. "Baiklah, aku akan keluar dan membiarkanmu mengganti baju." Ucapnya sambil memutar kenop pintu dan mengeluari kamar minimalis tersebut.
Tanpa basa-basi, aku dengan cepat mengganti pakaian dan memakai kaos kaki. Aku juga memakai slippers sebagai alas kaki dan tadaaa! Aku siap menjaga perpustakaan malam ini!
.
.
"Hoaaaaam." Aku menutup mulutku yang entah sudah keberapa kali menguap. Sambil membetulkan letak kaca mata bulatku, aku kembali mengerjakan tugas-tugas kuliahku yang masih menumpuk. Daripada berdiam diri di perpustakaan ini, lebih baik aku mengerjakan tugas yang deadline-nya tinggal sebentar lagi.
Aku mengaduk hot chocolate yang baru beberapa menit lalu dibuat oleh Bibi Wen yang sekarang sudah pergi. Bibi Wen bilang tiba-tiba saja merasa pusing dan butuh istirahat di rumah. Jadi, dia meninggalkanku sendirian untuk menjaga perpustakaan ini.
Ya. Benar-benar endirian. Sebenarnya aku ingin menolak, tapi melihat raut wajah pucat Bibi Wen aku jadi tidak tega. Lagipula, ini memang pekerjaanku untuk menjaga perpustakaan dan kebetulan, hari ini aku kebagian shift malam.
Baiklah, tidak apa-apa Jeon Wonwoo! Tidak ada yang perlu ditakutkan, memangnya ada apa? Tidak ada apa-ap—astaga!
Aku terkesiap ketika seseorang berjaket dan bertopi serba hitam mendorong pintu perpustakaan. Siapa itu?! Apakah dia penjahat yang ingin mencuri?!
Orang yang aku perkirakan adalah laki-laki itu kemudian menoleh ke arahku. Tentu saja, karena meja penjaga perpustakaan ini tepat berada di samping pintu masuk. Dia mulai berjalan mendekatiku. Entah kenapa aku tidak bisa bergerak, tubuhku menjadi kaku dan susah digerakkan. Ingin sekali aku berteriak tetapi tenggorokanku seperti tercekat.
Pemuda bertopi hitam itu kemudian melepas topinya dan barulah aku dapat melihat garis wajahnya yang begitu tegas dan tampan—hey! Jeon Wonwoo! Kau adalah seorang laki-laki juga! Tidak seharusnya aku terpesona dengan ketampanan orang lain.
Tapi sungguh, pemuda di hadapanku ini sangat tinggi, sampai aku harus mendongak untuk menatap matanya. Matanya berwarna... entahlah, aku sendiri tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikannya. Mungkin abu-abu dengan sedikit keemasan? Yang jelas, aku benar-benar baru pertama kali melihat mata orang Asia berwarna seperti itu.
Tapi, entahlah. Aku tidak tahu apakah dia orang Asia atau bukan? Tapi wajahnya benar-benar seperti orang Korea karena matanya yang seperti mata kucing dan bibirnya yang penuh. Tapi kulitnya sedikit kecoklatan atau tan seperti orang luar negeri.
"Sudah puas memandangiku?"
Suara bariton miliknya menyadarkanku dan dengan cepat aku mengerjapkan kedua mataku untuk menghilangkan fokusku padanya. Aku berdeham pelan, sedikit tersinggung dengan ucapannya. Wajar saja jika aku memperhatikannya karena dia berpenampilan seperti penculik!
"Ya, sebenarnya aku hanya mencoba menilai apakah kau orang yang berniat jahat atau tidak." Jawabku dengan tenang walaupun sebenarnya kakiku tidak bisa diam di bawah sana.
"Terserah." Ucapnya dingin sambil menatap ke arah rak buku yang tinggi menjulang. "Apakah aku bisa mendapatkan buku tentang legenda manusia serigala di sini?"
Aku mengerutkan dahiku. Manusia serigala? Maksudnya werewolf? Astaga, apa orang ini penggila fantasi atau apa? Sempat-sempatnya datang malam-malam kemari hanya untuk membaca fantasi sebelum tidurnya? Lupakan itu Jeon Wonwoo, itu bukan urusanmu sebenarnya.
Aku mengangguk. "Tentu saja ada, kau bisa menemukan berbagai buku semacam itu di rak ke dua dari kiri." Ucapku sambil menunjuk rak yang terlihat sudah tua.
Pemuda itu menyipitkan matanya. "Semacam itu?" ulangnya seperti tidak terima.
Aku ikut menyipitkan mataku, tidak mengerti maksudnya.
"Sudahlah, terima kasih." Potongnya ketika melihat aku ingin membuka mulutku untuk bertanya apa maksud perkataannya tadi. Pemuda berpostur tinggi itu kemudian berjalan dan mencari-cari buku di rak tua itu.
Benar-benar menyebalkan. Kalau aku bukan penjaga perpustakaan di sini mungkin aku sudah memukul kepalanya.
Aku mengelus dadaku dan menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya, memilih untuk kembali menyibukkan diri mengerjakan tugas-tugasku.
.
.
Aku mengusap kedua mataku yang masih terasa berat ketika merasakan sesuatu mengusak pelan kepalaku, yang entah kenapa membuatku merasa nyaman dan semakin ingin melanjutkan tidurku.
"Oi."
Sebuah suara yang terasa familiar memenuhi telingaku. Yang membuatku mau tidak mau harus membuka kedua mataku. Aku menguap dan meregangkan tubuhku sambil masih memejamkan mata dan—
"Astaga! Kau pemuda yang semalam!" pekikku kaget ketika melihat sosok menyebalkan itu.
Dia tersenyum kecil, membuatku terdiam. Mataku serasa terpaku untuk melihatnya. Semburan sinar matahari yang menerobos masuk dari jendela kaca perpustakaan seakan menyoroti betapa indahnya sosok di hadapanku.
Rambut coklat gelapnya terlihat lebih muda karena terkena sinar matahari, mata indahnya semakin bersinar akibat terkena pantulan cahaya matahari, dan garis rahangnya yang semakin terlihat jelas dan kokoh—hey! Untuk kedua kalinya aku terpesona olehnya! Benar-benar menyebalkan.
"Baiklah, kita selesaikan acara terpesona nya Tuan yang-tidak-ku-kenal. Tetapi pertama, kau harus berterima kasih padaku." Ucapnya sarkasme.
Dan apa itu? Berterima kasih? Kenapa aku harus berterima kasih?
"Tentu saja kau harus berterma kasih, karena aku menggantikanmu untuk menjaga perpustakaan ini semalaman sampai pagi karena kau tertidur pulas di atas meja ini dengan segelas coklat hangat yang jika boleh aku katakan, benar-benar seperti anak bayi." Jelasnya dan lagi-lagi sindiran di akhir kalimatnya.
Tunggu. Apa dia bisa membaca pikiranku? Ah, masa bodoh yang penting aku tidak boleh kalah debat dengannya!
"Oh ya, aku berterima kasih padamu Tuan yang-juga-tidak-ku-kenal-namanya. Tapi, tertidur dengan segelas coklat itu tidak seperti bayi dan aku sedang menjalankan semester pertamaku di Universitas Yonsei, jika kau ingin tahu." Ucapku tidak mau kalah.
Matanya sedikit melebar ketika aku menyebutkan Universitas Yonsei. Entahlah, mungkin dia juga kuliah disana?
"Em, terserah dan aku juga tidak peduli. Aku sudah mengisi namaku di daftar kedatangan dan aku juga telah mengembalikan buku-buku yang aku pinjam sesuai tempatnya. Terima kasih." Ucapnya sambil memakai lagi topi hitamnya dan mendorong pintu perpustakaan.
Aku mendengus kesal, membuat poniku sedikit melayang. Sudah mengisi namanya di daftar kedatangan katanya? Mataku berkeliaran mencari buku bersampul coklat itu dan membuka cover-nya. Jari telunjukku menyusuri satu per satu nama yang datang pada hari Senin kemarin...
"Kim Mingyu, Senin, 29 Maret 2009, meminjam buku Legenda Werewolf dan Lycan." Ucapku.
Lemas.
Entah kenapa aku merasakan tubuhku tidak bertenaga dan sebenarnya terkejut dengan apa yang baru saja ku baca.
Kim Mingyu.
Jadi, dia adalah Kim Mingyu?
Kim Mingyu chairmate-ku yang tidak pernah masuk itu?
AN: HAAAAAAALO! HAHAHAHAHAHAHAHA. pertama banget nih ye. aku mau minta maap karena sempat menghilang berbulan-bulan lamanya tanpa kabar. hueee dan aku tau banyak fanfiction yang masih gantung banget alias belom end dari aku, benar kan? hehehehehehe maap ya. gatau kenapa ya, aku sempet kehilangan semangat, ide, akal dan interest buat menulis dan sempat beberapa bulan vakum ga menyukai kpop-kpopan lagi : " ( sampe hiatus dari rp berapa bulan yaaa~ gatau deh pokoknya lama sampe dikira bener-bener leave sama temen-temen rp-ku. yhaaaaaa, semua orang pasti akan bosan tapi rasa bosan itu harus dilawan! benar gak? jadi aku mencoba melawan rasa bosan aku WKWKWKWKWKW dan sebenernya aku juga banyak tugas sih, laptop juga dipakai sama kakakku buat bikin tugas akhir. makanya jarang banget aku dapet kesempatan buat megang laptopku ini : " ) tapi syukurlah, kayaya tugas dia udah selesai sih. DAAAN aku lagi kedapetan libur seminggu muehehehehe, aku usahain bakal update ff ini minggu ini dan kayaknya aku bakal fokus menyelesaikan ff ini dulu karena for the first timeee, aku buat ff bergenre fantasy seperti ini HEHEHEHEH gatau ya aku abis baca cerita tentang werewolf gitu deh terus aku mikirnya: "duuuuh keren banget ya, pengen deh bisa nulis cerita kayak gini." jadi yah aku usahain supaya kesan fantasy-nya dapet, soalnya aku sampe google dan nanya sana-sini supaya tau werewolf tuh seperti apa dll : " ) hehehehehehehe. maaf ya kalo ada kesalahan, soalnya aku juga gapernah ke perpustakaan kecuali perpustakaan sekolahku HAHAHAH.
last but not least, i miss yooou guys! i miss writing! i miss mingyu! i miss wonwoo! i miss seventeen! i miss roleplayer! i miss anything that related to korean tbh : " ) sepertinya aku sudah mendapatkan mood untuk menjadi seorang carat, fujoshi, dan pemain roleplayer lagi HAHAHAHA. i miss you guys, seriously hehehe.
