Happy Reading guy's~~

...

...

Jongin Pov.

Waktu menunjukan pukul 9 pagi, ku hembuskan nafasku dengan kasar saat menyadari jika waktunya sebentar lagi. Aku Kim Jongin, mengutuk hari ini. Hari dimana sebuah pernikahan konyol yang akan aku jalani, umurku baru menginjak 17 tahun dan aku sudah akan menikah, luar biasa bukan? Sungguh, pernikahan ini bukan kemauanku, melainkan kemauan ibuku. Sebenarnya aku ingin menolak, tapi melihat keadaan ibuku yang semakin parah aku tak bisa untuk menolaknya. Ibuku mengidap penyakit Jantung koroner, dokter bilang waktu hidupnya tidak akan lama lagi, satu permintaan tak masuk akal keluar dari bibir ibuku saat ia mengetahui vonis yang diberikan dokter itu, ia ingin melihat aku menikah.

Sebenarnya itu bukanlah permintaan yang aneh menurutku, walaupun umurku dibilang masih sangat muda ini. Hal yang membuat aku membenci permintaan ibuku ini adalah aku akan menikahi PRIA! SEORANG PRIA! Lebih tepatnya SEORANG PRIA YANG UMURNYA SUDAH BERKEPALA TIGA! Aku ini pria normal! Sungguh aku masih sangat menyukai dada wanita tetapi kenapa ibuku malah ingin menikahkanku dengan seorang pria? Aku bukan GAY! kalaupun aku ini Gay maka seharusnya aku yang menjadi pihak dominan di dalam pernikahan ini bukan malah menjadi bottom! Sungguh, aku ingin mati saja rasanya, kenapa harus seperti ini? Ku fikir hidupku akan berjalan dengan baik seperti teman-temanku yang lain, namun nyatanya tidak.

Ku hela nafasku sekali lagi, ku pandangi wajahku pada cermin, ada yang berbeda dari penampilanku saat ini. Poni yang selama ini aku tarik ke atas sehingga membuat keningku terlihat kini berubah dengan poni itu menutupi seluruh keningku, kini tampilan badboy tak lagi melekat pada diriku justru kini aku malah terlihat seperti pria yang manis nan imut, ck! Menjijikan. Di tambah lagi dengan setelan jas putih yang melekat ditubuhku dengan dasi kupu-kupu yang melekat di kerah kemejanya, semakin membuatku terlihat manis, sungguh rasanya aku ingin menghancurkan semua yang melekat pada tubuhku ini.

Tok tok

"Sayang, kau sudah siap kan?". Itu suara ibuku yang berasal dari balik pintu ruang make up, kelembutan suaranya membuat emosiku tentang pernikahan ini sedikit mereda.

"Iya bu". Ku langkahkan kakiku untuk keluar dari ruang make up ini, ku buka pintunya perlahan. Hal yang pertama kali kulihat adalah ibuku yang hanya dapat terduduk di atas kursi roda miliknya, senyuman manis tak lepas dari wajahnya. Ku balas senyumannya singkat, ku rendahkan tubuhku untuk menyamakan tinggi ibuku. Air mata turun perlahan dari pipinya namun senyuman tak pernah pudar dari wajahnya, ku raih pipinya menggunakan ibu jariku dan menghapus air matanya perlahan.

"Terimakasih, ibu sangat bahagia". Ku raih tangannya dan ku kecup pelan. Sungguh aku benar-benar terlihat seperti pria yang lemah ketika sedang berhadapan dengan ibuku.

"Ayo, calon suamimu telah menunggu". Aku mengangguk dan segera membawa ibuku ke ruangan dimana aku akan mengikat sebuah janji pernikahan dengan seseorang.

.

.

_HunKai_

.

.

Janji pernikahan telah terucap, pernikanku kini telah sah dimata tuhan dan para tamu undangan yang hadir. Sekarang adalah waktunya sang pengantin untuk berciuman, aku sedikit gugup walaupun sebelumnya aku pernah berciuman tapi kali ini berbeda aku akan berciuman dengan pria, tentu saja aku akan gugup karena ini pertama kalinya untukku.

Ku edarkan pandanganku ke arah para tamu undangan, hanya pihak keluarga saja yang di undang di pernikahan ini, ini semua kemauan ibuku karena ia ingin aku dapat tetap bersekolah. Jadi, hanya beberapa orang saja yang akan tau tentang pernikahanku ini.

Ku pejamkan mataku erat saat merasakan sapuan nafas hangat berada di depan wajahku, oh tuhan ini saatnya dia menciumku, aku tak sanggup. Benda lembab dan lembut kini menyapu bibirku, seluruh tubuhku menegang saat merasakan lumatan-lumatan lembut itu menyapa bibirku, aku hanya pasrah dan mambiarkan ia mengambil alih bibiku. Sorak sorai dan tepuk tangan dari tamu undangan memenuhi ruangan ini.

Ku rasakan ia telah berhenti memainkan bibirku, mataku terbuka perlahan dan mendapati tatapan panik darinya, 'Apa terjadi sesuatu?' Batinku.

Mataku terbelalak saat melihat semua tamu undangan kini berdiri dan sedikit berlari menghampiri ibuku yang terbaring lemah di lantai ruangan yang dingin itu.

.

.

_HunKai_

.

.

Aku benar-benar menobatkan hari ini sebagai hari tersial dan terkutuk dalam hidupku. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari pernikahanku dan hari dimana ibuku dimakamkan! Ya ibuku telah meninggal.

"Sudah larut, sebaiknya kita pulang". Suara berat yang kini akan mengisi kehidupanku mengintrupsiku untuk segera beranjak dari pemakaman karena hari sudah gelap dan seluruh keluarga dan kerabatku pun telah pulang ke rumahnya masing-masing.

Tanpa ku balas ucapannya, aku langsung berdiri dan pergi meninggalkan pria itu. Ku langkahkan kakiku cepat menuju mobil miliknya.

"Ck! Sial aku lupa dia pemilik mobil ini!". Umpatku saat menyadari mobil itu terkunci dan tentu saja kuncinya berada pada pemiliknya.

Aku mendengus kesal saat ia berlari ke arahku dengan cengiran yang menurutku aneh.

"Sudah ku duga kau akan menungguku". Ucapnya dengan percaya diri.

"Cih! Tentu saja! Ini kan mobilmu, jika saja aku membawa motorku akan ku pastikan kau akan ku tinggal!". Aku sedikit tersulut emosi dengan ucapannya sungguh.

"Sayang sekali sekarang kau tak membawa motor kesayangamu itu". Dia benar-benar menyebalkan, kenapa juga ibu menyuruhku untuk menikah dengannya, benar-benar menyebalkan.

Tak ingin mendengar apapun lagi ucapan yang keluar dari bibir sialannya segera aku masuk ke dalam mobilnya dan memasang headset di telingaku dan memutar beberapa lagu random.

.

.

_HunKai_

.

.

Dan disinilah aku berada sekarang, disebuah apartemen mewah milik suamiku, apa? Suamiku? ck! itu sebutan yang menjijikan.

"A-Ajusshi, dimana kamarku?". Aku bingung ingin memangilnya dengan subutan apa, ku rasa ajusshi cocok untuknya hehehe.

"Tentu saja dikam- tunggu, kau tadi menyebutku apa?". Ghost, kenapa tatapannya mengintimidasi begitu?.

"A-ajusshi". ucapku terbata.

"Hey, aku tidak setua itu. Tidak ada panggilan yang lain?". Apa katanya tadi? Tidak setua itu? Bahkan umurmu sama seperti pamanku, batinku sebal.

"Aku bingung ingin memanggilmu apa. Ada saran?". Lebih baik aku bertanya, dari pada aku salah memanggilnya dan dia akan marah.

"Hmm.. apa ya?..". Ku angkat bahuku acuh saat ia memasang pose berfikir.

"Sayang?". Heh, terdengar aneh dan menyebalkan.

"Suamiku?". Heol, itu kata paling menjijkan menurutku.

"Ah, Sehun Hyung". Em, tidak buruk. Aku mengangguk setuju dengan panggilan itu.

"Em.. jadi, dimana kamarku h-hyung?". Ku lihat ia menyeritkan dahinya atas pertanyaanku barusan.

"Kau akan tidur denganku, dikamarku, karena aku adalah suamimu". Apa dia gila? Aku tidur dengannya?.

"Tidak perlu memasang ekspresi seperti itu, aku tidak akan menyentuhmu. Jadi, jangan khawatir". Entah menurutku saja atau memang ia berkata seperti itu dengan nada kecewa yang tersirat didalamnya.

"Baiklah". Ucapku lirih dan segera memasuki kamar miliknya, aku tidak perlu khawatir tentang barang-barangku karena semua barangku telah dipindahkan ke apartemen ini sehari sebelum pernikahan.

Saat pertama kali saat aku memasuki kamar ini aroma mint khas pria dewasa menguar ke seluruh sudut ruangan, tidak ada yang istimewa dari kamar ini. Hanya ada kasur berukuran besar, lemari juga berukuran besar, pintu kamar mandi dekat dengan lemari, dan satu lagi pintu yang mengarah ke balkon. Ini persis seperti kamarku hanya saja ukuran kasur dan lemarinya yang sedikit berbeda.

"Kau dulu atau aku?". Suara Sehun mengitrupsiku yabg sedang menilai kamar miliknya.

"Huh?". Jawabku bingung.

"Mandi, tentu saja". Ah, dia benar aku harus membersihkan diriku.

"Biarkan aku dulu". Tanpa menunggu jawabannya aku segera menuju lemari dan mengambil pakaian untuk ku pakai nanti.

Setelah selesai dengan acara mandiku, aku pun keluar dari kamar mandi itu. Namun, tidak ada Sehun disana. Kemana dia? Batinku.

Ku arahkan pandanganku ke seluruh sudut kamar untuk mencari sosoknya. Kini mataku tertuju ke arah pintu balkon yang terbuka, kurasa Sehun berada disana. Ku langkahkan kakiku menuju balkon itu, dan benar saja disana ada Sehun yang tengah menatap langit malam.

"Kau disini rupanya". Ucapku untuk sekedar basa-basi.

"Kemarilah". Kuhampiri dia dengan perlahan.

Keheningan mengelilingi kami untuk beberapa saat.

"Hyung". Panggilku untuk mencairkan suasana hening ini.

"Hn". Ia tak mengalihkan pandangannya dari langit.

"Aku ingin bertanya". Sejujurnya aku sedikit ragu atas ucapanku ini.

"Yah, tanyakan saja". Ku pandangin wajahnya dari samping, rahang tegasnya, hidung bangirnya semua sangat terlihat jelas jika dilihat dari samping. Dia memiliki wajah yang sempurna, ia juga seorang pengusaha kaya pasti banyak wanita ataupun lelaki yang ingin menikah dengannya tetapi kenapa dari sekian banyak manusia didunia ini ia malah memilih untuk menikah denganku?.

"Em, Kenapa kau memilih untuk menikahiku engh maksudku, kau kan-". Ucapanku terpotong begitu saja saat ia menoleh ke arahku.

"Karena kau itu istimewa". Tatapannya membuatku tertegun sesaat.

"M-maksudmu?". Tanyaku lirih.

"Aku bukan gay". Satu kalimat singkat padat namun sulit dimengerti terucap dari bibirnya.

"Huh?".

"Aku bukan gay sebelum aku bertemu denganmu. Pertama kali aku melihatmu disebuah club malam, saat itu kau sedang mabuk bersama teman-temanmu. Aku tertarik padamu saat pertama kali melihatmu, ku fikir itu hanya ketertarikan sementara namun ternyata tidak. Semenjak saat itu aku selalu mengunjungi club itu tapi sayangnya kau tak pernah muncul lagi. Setelah beberapa Bulan aku mengunjungi tempat itu akhirnya aku menyerah, tapi satu keajaiban yang aku dapatkan. Ibumu adalah kakak kelasku dulu di SHS aku cukup dekat denganya, ia menelfonku dan mengatakan ingin menitipkan anaknya padaku, awalnya aku ingin menolak tapi setelah mendengar tentang keadaanya akhirnya aku memutuskan untuk menolongnya. Dan betapa bahagianya aku saat melihat anak yang ia maksud adalah dirimu, orang yang selama ini aku tunggu. Maka dari itu aku meminta ibumu untuk menikahkanku denganmu". Itu adalah kalimat terpanjang yang terucap dari bibinya semenjak kami bertemu. Aku tidak menyangka jadi selama ini ia mencariku hanya karena melihatku mabuk. Sepertinya dia mulai gila.

Setelah ia mengatakan kalimat panjang itu, suasana kembali menghampiri kami. Aku pun hanya terdiam menatap pemandangan malam yang tersaji di hadapanku.

"Sudah malam, sebaiknya kita pergi tidur karena aku yakin besok kau harus pergi ke sekolah". Aku mengangguk pelan dan berjalan menuju kamar dengan Sehun yang berjalan di belakangku.

Kini, aku sudah terbaring di atas kasur milik Sehun. Ku rasa ini sedikit canggung.

"Tidurlah". Aku hanya mengangguk pelan, ku pejamkan mataku untuk menjemput mimpiku.

Malam ini, kami tidur bersama di atas kasur yang sama dengan posisi saling memunggungi.

.

.

.

.

.

.

Tbc

_

Sebelumnya udah pernah dipublis di wattpad. Jadi bagi yang merasa familiar sama ff ini bukan karena pagiat..

ok jangan lupa kritik dan sarannya~