Tittle : Can't Be Love
Author : Han NN
Cast : Choi Jun Hong A.K.A Zelo
Jung Daehyun A.K.A Daehyun
Bang Yongguk
Kim Himchan
Other cast coming soon..
Genre : romance, familly, a little bit sad
Desclaimare : Zelo milik Daehyun, Daehyun milik saya. Yongguk milik Himchan, Himchan milik saya. Ini FF murni milik saya, maaf jika ada kesamaan. Tapi sumpah. Aku ga Copy Paste.
Warning : masih penuh dengan Typo dan agak sedikit engga EYD *banyak malah* BOYXBOY, SHONEN-AI.
Ini adalah fanfiction DaeZel pertama yang aku buat. Lagi suka banget nih sama couple B.A.P semogaaa sukaaaa...
Summary : Zelo membenci korea, namun seseorang membuatnya menyukai korea kembali. Terjebak dalam hatinya sendiri. Triangle Love. Kejadian masa lalu membuka kenangan pahit Jung Daehyun. Daezel HEREEE. DAEHYUN X ZELO, slight BangHim. RnR juseyoooo..
Happy Reading
"aku tidak mau hyung"
Jerit pemuda manis berkulit seputih susu yang nampak sangat menawan, gores kesempurnaannya dipadukan oleh rambut biru kelam yang semakin menambah nilai kemanisan dalam iris coklat kelamnya.
Sosok pemuda didepannya menaikkan sebelah alisnya. Tersenyum dengan elegan sambil melipat kedua tangan kekar yang terbungkus kemeja putih itu didepan dada. Menikmati bagaimana pemuda manis didepannya mengerutkan kening karena kesal.
"Hey.. apa kau tidak merindukan korea?" tanyanya dengan senyuman.
Sang pemuda manis menggelengkan kepala dengan cepat. memaksakan kehendak memang bukan sifatnya. Namun kali ini, dia sangat ingin membantah keinginan sang kakak. Dia bersikeras. Dia menolak dengan segenap rasa segan yang ada untuk sang kakak.
"ayolah, Junghong.. kau tidak cocok tinggal disini" ucap tenang pemuda bergaris rahang tegas itu. menarik sudut bibirnya hingga ketegasan dalam mata kelamnya sedikit terhapuskan.
"siapa bilang? Aku sangat suka tinggal disini. Hyung.. aku mohon.. jangan asingkan aku ke korea" si manis merengek sambil mengatupkan telapak tangannya. dia memohon kali ini pada sang kakak. Sungguh. Ini sangat bukan dirinya.
Terkekeh kecil mendengar kosakata sang adik yang terlalu berlebihan. Asingkan? Seperti buronan saja.
"aku tidak mengasingkan mu. hanya saja.." memotong perkataannya untuk mengambil selembar kertas yang terletak di meja kecil dihadapannya. "ini menjadi bukti jika kau tidak cocok disini"
Zelo. Pemuda manis itu terdiam. matanya memandang kertas dalam genggaman tangan kakaknya. Ya.. tentu saja dia isi kertas yang kini telah diletakkan kembali oleh sang kakak pada meja kecil. Ini catatan. Catatan dari pihak sekolahnya tentang dia. Tentangnya..
"2 kali berkelahi. 3 kali berbuat kenakalan pada guru. Dan.. apa ini? 30 kali tidak mengikuti pelajaran" suara sang kakak menaik. Memijit pelan pelipisnya.
"apa yang kau fikirkan saat kau berbuat semacam itu?" tanya sang kakak dengan penekanan.
Yongguk tidak pernah sedikitpun membentak Zelo. Dia sangat menyayangi sang adik hingga tanpa dia sadari rasa sayangnya terlalu berlebihan. Terlalu memanjakan pemuda manis yang selalu bisa membuatnya luluh. Terlalu banyak mengatakan 'Iya' dan 'baiklah' setiap kali sang adik merengek sesuatu padanya.
"aku hanya.. bosan" lirih Zelo sambil menundukkan kepalanya sedikit.
Tidak. jangan nangis bodoh. Rutuknya saat dirasakan rasa panas pada bagian matanya.
Yongguk menarik nafas panjang. tidak kuat menatap mata bersinar sang adik yang kini meredup. Andai saja.. andai saja kehadiran sang mama ada saat ini, mungkin adik manisnya tak akan berubah menjadi sosok yang tak dikenalinya.
Zelo masih tetaplah Zelo. Yang suka merengek atau memakai wajah manisnya untuk membujuk Yongguk. Yang masih memakai nada menggememaskan saat Yongguk memanggilnya untuk makan. Yang masih tidak suka mandi pagi dengan air dingin dan dengan kekuatan wajah manisnya meminta kakak satu-satunya ini bangun dari tidurnya dan menyiapkan air hangat untuknya. Walaupun saat itu Yongguk baru tidur selama 2 jam.
Tapi sosok itu mulai berbeda. Matanya yang bersinar kadang hanya menampakkan sinarnya saja tanpa kehangatan. Tanpa kehidupan, walau sering berlaku menggemaskan sosok Zelo tidak lagi seperti dulu. Kadang, Zelo pulang dengan baju kotor dan berpenampilan kusut. Dan bahkan, Yongguk pernah melihat lebam yang menggores wajah putih sang adik. Membuatnya menyadari.. jika sang adik telah merubah pikirannya tentang dunia.
Yongguk menggigit bibirnya, merasa cemas jika sang adik akan menangis saat ini juga.
"aku janji tidak akan melakukan hal seperti itu lagi" suaranya terdengar pelan dan sangat menggemaskan.
Ingin sekali menuruti keinginan sang adik. Namun Yongguk harus tegas saat ini. demi Zelo.. demi masa depannya..
"tidak. keputusan ku sudah bulat. Kau harus ke korea besok" ucapnya tegas.
Kepala sang adik mendongak. Menatap sang kakak dengan sedih. Pancaran matanya menandakan jika dia sangat tidak menyukai keputusan kakaknya itu. membuka mulutnya untuk membantah namun mengatupkannya lagi. dia tahu, Yongguk ingin yang terbaik untuk dirinya kini.
Namun.. jangan salahkan dia.. salahkan kedua orang tuanya yang telah membuatnya seperti ini. yang membuatnya terasa terbuang dan tak ada panutan. Yongguk memang ada, namun itu tidak cukup. Zelo butuh sosok orang tua. Dia hanyalah seorang anak SMA berumur 17 tahun yang kini tengah membutuhkan bimbingan orangtua. Namun sayangnya..
Dia tidak pernah mendapatkannya.. sosok mereka hanya akan menjadi bayangan dan tak akan nyata..
"tapi hyung.."
"ku mohon.. sekali ini turuti keinginan ku. percayalah.. kau akan suka di korea" potong Yongguk.
Mengatupkan bibirnya dan mengangguk samar. Merasakan rasa kesal terpendam dalam hatinya. dan lagi.. dia tidak bisa menolak keinginan Yongguk. Membalikkan tubuhnya tanpa sedikitpun berucap pada sang kakak yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan pilu.
Korea dulu adalah tempat tinggal mereka. sebelum Yongguk membawa Zelo ke amerika. Korea dulu adalah kenangan terindah..
Namun kini keindahan korea telah merobek hati sang adik dan dirinya.
Korea telah menjadi neraka dimana dulu tempat itu adalah surga..
:
:
:
"bermasalah dengan Junghong?"
Tanya pemuda manis bersurai merah kelam itu. mendudukkan tubuhnya disamping pemuda tegap yang kini tengah menatap kosong pada titik fokusnya.
Menepuk pelan bahu lebar sang pemuda. Membuat pemuda itu menolehkan kepalanya karena terkejut.
"hime.. kau membuatku terkejut" ucapnya dengan suara berat khas miliknya.
Himchan. Pemuda itu tersenyum. menampakkan berkali lipat kemanisan yang menguar dan membuat Yongguk –pemuda didepannya- memandang tak berkedip.
"ada apa lagi dengan Junghong?" tanya Himchan sambil mengambil jemari Yongguk dan menggenggamnya erat.
Merasakan debaran pada hatinya tak berhenti dan semakin menguat, Yongguk meremas erat jemari lembut sang kekasih. Hanya pada Himchan-lah Yongguk bisa berbagi segala perasaannya. Betapa lelahnya dia. Betapa marahnya dia. Betapa dia ingin menghancurkan apa saja saat emosi melandanya.
"hanya masalah kelakukannya. Aku memintanya untuk pergi ke korea" jawab Yongguk sambil tersenyum hangat.
Senyuman yang tak akan Yongguk tampilkan pada orang lain. Senyuman yang hanya terbentuk pada sosok didepannya.
"korea? Apakah itu tidak berlebihan?" tanya Himchan dengan nada khawatir. Ya. Bagaimanpun dia tahu bagaimana bencinya Zelo pada negara dimana dia lahir itu.
"apakah menurut mu itu berlebihan?" tanya Yongguk sambil menghempaskan tubuhnya pada sofa.
Himchan mengerti ada nada ragu pada ucapan sang kekasih. Tersenyum, mengusap lembut pipi pemuda berahang tegas itu.
"hanya fikirkan apa yang terbaik untuk Junghong. Bagaimanapun sekarang ini kau lah panutannya." Ucap Himchan.
Tersenyum kecil, menegakkan tubuhnya dan mencubit kecil hidung Himchan.
"aku rasa ini yang terbaik. Dia tidak bisa terus menerus berlari pada rasa takutnya" terang Yongguk.
Tersenyum, memeluk pemuda itu dengan lembut. Himchan mengalungkan lengannya pada leher Yongguk.
"begitupun kau. Kau juga harus bisa mengalahkan rasa takut mu akan korea" bisik Himchan.
Yongguk mematung. Merasakan tubuhnya menegang. Ada dua hal yang membuat Yongguk begitu takut untuk menapaki langkahnya di korea. Pertama, orang tuanya. Dan yang kedua, pemuda itu.. mengeratkan pelukannya pada tubuh sang kekasih.
Pemuda itu.. pemuda itu..
:
:
:
:
Korea
Jung Daehyun memakai jaketnya. Mengambil topi berwarna hitam dan memakainya dengan cepat. menekan perutnya karena rasa lapar yang sedari terus menggerogoti perutnya. Ini salahnya. Tidak makan selama 2 hari. bukan. Bukan dikarenakan dia tidak mempunyai uang untuk membeli makanan. Hanya saja, dia kehilangan nafsu makan setelah salah satu teman kuliahnya menyebut kembali sosok manis yang dengan sekuat tenaga deahyun lupakan.
Merutuk pelan, kenapa dia menjadi lemah seperti ini? menekan jemarinya pada kenop pintu dan membukanya kasar.
Daehyun memasukkan kartu pengaman kamar apartemennya sambil bergumam, seseorang menepuk pundaknya.
Daehyun membalikkan tubuhnya. Menatap pemuda berwajah putih, sangat putih dengan rambut biru kelam yang membuatnya terlihat sangat manis.
"kamar nomor 782 dimana?"
Tanpa sapaan. Tanpa basa-basi. Pemuda itu bertanya. Daehyun memandang tajam pada pemuda itu. tidak tahu sopan santun. Gumamnya.
Pemuda manis itu memakai baju berwarna purtih dengan kerah V-neck, menutupi ketipisan bahan sang baju dengan sweater berwarna biru lembut yang sangat cocok dengan rambutnya. Jarang ada pemuda di korea yang mengecat rambutnya dengan warna yang mencolok seperti ini, kecuali beberapa artis. Memakai jeans yang membalut indah kaki jenjangnya. Pemuda ini lebih tinggi darinya. Namun dilihat dari wajahnya, Daehyun yakin jika pemuda ini lebih muda darinya.
"Hey.."
Ucapnya sambil mengibaskan tanganya diwajah Daehyun. Sedikit tersentak. Daehyun memasang kembali wajah dinginnya.
"lantai 3" jawabnya dan langsung pergi meninggalkan pemuda itu.
"TERIMAKASIH, HYUNG"
Terdengar nada melengking yang mengudara.
Sudah kuduga, dia lebih muda.. gumam Daehyun.
TBC or Del?
RnR juseyooooo
