Fate-Resident Evil: Welcome to New Adventure!
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Disclaimer: Type Moon - CAPCOM
Idea: AoiKishi
Genre: Adventure, Action, Dll
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Summary: Emiya Shirou terjebak didunia baru, dimana teknologi medic jauh lebih maju dari dunia asalnya. Virus, Clone, Mutation, dan beragam mistery memenuhi perjalanan cerita hidupnya mulai sekarang. Mampukah dia bertahan hidup didunia penuh dengan ancaman para monster? Action Horror Adventure Gore
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
# Inggris, London #
Hari ini adalah hari yang sangat sial bagi Emiya Shirou (Fate UBW Route), seorang pemuda berambut merah dengan tinggi standar layaknya pemuda lainya yang mulai dewasa setelah menginjak umur 21 tahun.
5 tahun telah berlalu semenjak dirinya selamat dari [Holy Grail War] ke-lima di Fuyuki, dimana dia menjadi master dari servant Saber [Arturia Pendragon] dan bertemu dengan dirinya dari masa depan paralel lain, Servant Archer [Counter Guardian EMIYA].
Setelah dirinya menyelesaikan pendidikannya di Homurahara High School, dia memutuskan untuk menerima tawaran Tohsaka Rin untuk melanjutkan pendidikan magecraft di Clock Tower-London.
Selain menjadi bodyguard Tohsaka Rin dan butler sementara dari Luvia Edelfelt, keseharianya di London dia habiskan untuk belajar serta meneliti tentang beragam ilmu pengetahuan menyangkut magecraft, juga tentang bagaimana hidup menjadi seorang magus yang layak dan benar. Ini di karenakan selama hidupnya di Fuyuki, Ayahnya, Emiya Kiritsugu tidak pernah mengajarkan padanya tentang (common sense) tata cara menjadi magus sejati.
Sampai saat ini kehidupanya di Clock Tower 'cukup' lah normal layaknya magus pada umumnya. (tidak termasuk disaat-saat Rin atau Luvia mengamuk seperti biasanya).
Namun, pada akhrinya hari-hari normal itu pun telah berakhir di pagi ini.
Semuanya berawal ketika dirinya memungut sebuah surat yang 'terlihat' normal dari atas meja belajar, sebuah surat yang nama pengirimnya adalah Kischur Zelretch Schweinorg, pemegang True Magic [Kaliedeskop], sihir yang mampu menghubungkan antara dunia paralel berbeda.
'Shit! Ini pertanda buruk! Aku harus pergi dari London sekarang juga! Tidak ada hal yang baik kalau berhubungan dengan kakek vampir gila itu!' pikir Shirou seraya langsung melempar surat itu tanpa membuka maupun membacanya. Karena apapun isinya pasti akan membuat hidup orang yang membacanya mendapat nasib buruk!
Sudah menjadi logic umum di Clock Tower, bahwa Zelretch adalah mahluk yang harus dijauhi sebisa mungkin layaknya virus penyakit menular berbahaya! Kau harus lari menjauh dari apapun yang berhubungan dengan dirinya!
Dengan panik, Shirou mengambil tas punggung yang ada di dinding. Lalu mengambil dompet, Visa, dan surat-surat lainya untuk keluar dari negara ini (Inggris) secepat mungkin menuju Negara, pulau, atau tempat lain sejauh-jauhnya dari jangkauan Zelrech.
Setelah Shirou merasa yakin sudah memasukkan semua peralatan penting lainya. Dia pun bergegas membuka pintu kamar, menuruni tangga, lalu membuka pintu depan apartemen. Dan-
Cahaya menyilaukan menyambut Emiya Shirou yang baru saja keluar dari apartemenya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
Resident Evil Series x Fate Series
Capcom x Type Moon
[Welcome to World of Survival Horror]
.
Arc One: Resident Evil 0
.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
# Raccon Forest, Arklay Mountain #
Rebecca Chambers, seorang gadis belia yang hampir mendekati umur19 tahun. dengan rambut pendek coklat kemerah-merahan.
Dia adalah Rookie yang ditugaskan sebagai Biochemist atau ahli medic pada tim Bravo S.T.A.R.S. (Special Tactics And Rescue Service), tim elit dari kepolisian kota Raccon.
Setelah lebih dari 1 bulan dia bergabung di kepolisian kota Raccon, tugas lapangan resmi pertamanya pun akan dimulai malam ini. Yaitu penyelidikan tentang menghilanganya penduduk, dan rumor tentang adanya kanibalisme yang terjadi di sekitar [Arklay Mountain].
Dirinya bersama tim Bravo lainya telah berangkat menuju tempat misi menggunakan helicopter pada jam 6 sore [18.00] waktu setempat.
Tapi, karena kerusakan pada mesin helicopter, mereka terpaksa melakukan pendaratan darurat ditengah hutan kota Raccon atau [Raccon Forest].
Dalam penyusuran disekitar area pendaratan, tidak jauh dari sana Kapten Enrico menemukan mobil pengangkut tahanan yang kosong.
Dilihat dari sisa-sisa darah di kejadian perkara, kemungkinan sang tahanan berhasil melukai salah satu atau beberapa petugas, lalu langsung melarikan diri kedalam hutan. Dan karena tidak ditemukan adanya para petugas disekitar kejadian serta terdapat tanda-tanda adanya perkelahian antara beberapa orang, kemungkinan besar, petugas yang terluka tetap melakukan pengejaran kedalam hutan. (meskipun aslinya itu adalah bekas perlawanan petugas vs Zombie)
Sekarang, semuanya menjadi lebih kompleks.
Selain melakukan penyelidikan rumor Kanibalisme oleh penduduk. Kami tim Bravo juga harus menyelidiki tentang tahanan yang kabur.
Pada akhirnya ketua pimpinan tim Bravo, Enrico Marini memutuskan untuk memperluas pencarian dengan saling berpencar.
.
Hari semakin gelap, dan udara semakin dingin.
Jam menunjukkan 19.07, artinya sudah 17 menit sejak pencarian disekitar area pendaratan dimulai.
'Deg..deg..deg..deg..deg..'
Dengan jantung yang berdegup cepat karena was was dan sedikit takut, Rebecca memberanikan dirinya berjalan mengitari pepohonan sambil melangkah maju.
Hanya bermodalkan lampu senter, dan handgun [Beretta 92] dirinya terus berjalan dengan hati-hati sambil sesekali melaporkan keadaan melalui radio pada anggota Bravo STARS lainya.
Kresek! Kresek!
Dari semak semak, muncul seseorang yang tubuhnya terdapat banyak luka, tanah becek dan mulut serta gigi penuh noda darah.
'Apakah dia salah satu orang yang melakukan Kanibalisme? Atau korban? Tidak, yang lebih penting saat ini dia sedang terluka. Mungkin dia memerlukan bantuan'.
Rebecca pun berjalan mendekat karena mengira bahwa orang itu memerlukan bantuan medis dengan segera.
"Namaku adalah Rebecca, dari tim bravo STARS. Anda sedang terluka, apakah perlu -",
Groaa...!
Namun, ketika dia berada sekitar 2 meter dari warga yang terluka itu, tiba-tiba dirinya terpaksa menghindar kesamping dikarenakan orang yang terluka itu berusaha menerjang kearahnya.
"Kau sedang terluka! Aku hanya ingin mengoba-" kata-katanya kembali terhenti karena orang aneh itu kembali berusaha menerkam dirinya kembali.
Karena warga yang terluka itu menyerang dengan membabi buta, kali ini setelah dihindari, orang itu malah menghantam pohon yang ada dibelakang Rebecca.
Ketika dilihat dengan memakai bantuan cahaya senter dari dekat, keadaan orang didepanya benar-benar aneh! Meskipun dia mendapati banyak luka parah sampai otot dan urat nadinya yang sobek terlihat, dia tetap bisa bergerak dengan cepat.
"Hentikan! Jangan bergerak dari sana! Aku memiliki beberapa pertanyaan untukmu!" kali ini Rebecca mengarahkan handgun miliknya kearah orang aneh yang secara perlahan bangkit dari jatuhnya.
Begitu bangkit, dengan gerakan aneh layaknya zombie di film-film, orang itu perlahan berpaling kearah Rebecca sambil menggeram tidak jelas.
'Apakah dia salah satu pelaku kanibalisme? Dia terlihat lebih mirip seperti zombie yang ada di film horror! Tidak-tidak! Zombie itu tidak ada! Dan kalau dia memang pelaku kanibalisme, itu artinya dia adalah kriminal atau maniac!'
Groaa...!
Kali ini, orang yang dihadapan Rebecca berusaha kembali menyerang!
Dor!
Karena ini sudah yang ketiga kalinya orang itu melakukan serangan, Rebecca pun memberikan tembakan peringatan pada kaki kiri milik kriminal kanibalisme.
Dan hal ini membuat orang itu tersungkur ketanah.
"Berhenti bergerak kriminal! Angkat tangan dan tetap menghadap ketanah!"
Namun, orang itu menghiraukan ucapan Rebecca, dan mulai kembali berdiri seakan-akan dia tidak merasakan sakit karena kakinya baru saja ditembak.
"Henti-" Rebecca membatalkan ucapanya, karena
Kresek.. kresekk... kresek..
Kali ini dari semak-semak sekitarnya muncul beberapa orang lainya yang memiliki luka parah di tangan, leher, atau pun tempat lainya.
Mereka semua memiliki tanda-tanda yang sama: memiliki banyak pendarahan yang serius, mata yang tidak terfokus, dan bergerak dengan kaku layaknya mayat.
Semuanya berjalan mengarah kearah Rebecca, sepertinya suara tembakkanya barusan lah yang memancing keberadaan mereka semua.
Namun sebelum itu-
Dor!
Rebecca kembali menembak orang yang ada dihadapanya karena berusaha kembali menerkam untuk keempat kalinya!
'Ini aneh! Benar-benar aneh!' batin Rebecca seraya bergerak sambil berlari menjauh dari kerumunan para kanibal.
Dalam larinya, sesaat dia berpaling melihat orang yang sebelumnya ditembak pada bagian dada kiri mulai bangkit berdiri seolah tidak terjadi apa-apa.
'Apa yang terjadi? Kenapa dia masih bisa bangkit setelah paru-parunya tertembak?'
Dalam larinya, Rebecca berusaha menghubungi anggota Bravo lainya. Namun kali ini gagal, sepertinya terdapat gangguan pada sinyal.
.
Dalam larinya, bebepa kali Rebecca menemui orang dengan tanda-tanda yang sama, yaitu seperti mayat hidup yang kembali berjalan.
Untunglah gerakan mereka cukup lambat, sehingga dia bisa menjauh dengan berlari kencang. Terkadang, dia juga terpaksa menembak mereka di kaki, ketika berusaha menghalangi arah larinya.
Tidak lama kemudian Rebecca menemui sebuah kereta api dengan plat bertuliskan [Ecliptic Express] yang terhenti di jalurnya.
Dengan memberanikan diri, dia mencoba membuka pintu gerbong terakhir yang ada dihadapanya.
Krieet...
Sambil mengarahkan senter dan handgun kedepan, dirinya mulai melangkah masuk kedalam gerbong kereta paling belakang, tidak lupa menutup kembali pintu.
Dilihat dari keadaan sekitar ruangan, gerbong terakhir yang dimasukinya ini adalah gerbong barang yang sedang kosong. Mungkin para penumpang tidak membawa barang-barang bawaan yang cukup besar untuk disimpan di tempat ini.
Setelah maju beberapa langkah, sambil mengarahkan cahaya senter kesana kemari, dirinya menemukan seseorang yang tergeletak dilantai.
Dilihat dari keadaanya, dia tidak memiliki luka apapun seperti beberapa orang yang ditemuinya diluar kereta.
Rebecca pun menghampiri pemuda dengan ciri-ciri: berwajah Asia, berambut merah, memakai kemeja abu-abu lengan panjang, celana panjang hitam, sepatu kulit, dan tas punggung bercorak coklat kehitam-hitaman.
'Dia masih bernafas, dan denyut nadinya teratur. Sepertinya cuma tertidur.' Pikir Rebecca setelah memeriksa status sang pemuda, setelah itu dirinya kembali mencoba menghubungi anggora Bravo lainya dengan menggunakan radio. Namun-
"Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa radio masih tidak berfungsi! Kuharap yang lain baik-baik saja" ucap Rebecca dengan nada sedikit frustasi
Rebecca termenung sesaat, sebelum mengarahkan pandanganya pada laki-laki yang mulai menunjukkan tanda-tanda bangun tidur.
"Urgh..." gerutu pemuda itu seraya tangan kananya memegang kepalanya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
"Ugh... kepalaku? ... Apa yang terjadi?" ucap Shirou, sementara kepalanya terasa berdenyut-denyut.
Dirinya terbangun setelah mendengar suara seseorang.
Yang diingatnya terakhir kali adalah cahaya menyilaukan menghampiri dirinya ketika keluar dari apartemen.
Shirou pun mulai memeriksa keadaan sekitar.
Ruangan gelap yang hanya diterangi oleh cahaya senter. Dan pemilik senter itu adalah seorang gadis berambut pendek coklat kemerahan yang memakai jaket kevlar, rompi dengan lambang serta kepolisian yang belum pernah dia lihat, membawa handgun, juga tas kecil dengan aroma obat-obatan yang ada di pinggangnya.
'Siapa dia? Dimana aku?' pikir Shirou, seraya berdiri untuk memastikan keadaan sekitar sekali lagi.
"Um..., Perkenalkan, Aku adalah Rebecca Chambers, Medic dan Rookie dari tim Bravo STARS kepolisian kota Raccon. Siapa kau? Bisakah kau perkenalkan dirimu?" ucap gadis berambut merah sambil mengulurkan tanganya untuk perkenalan.
'STARS? Kota Raccon? Aku belum pernah mendengarnya' pikir Shirou sesaat.
"Eh? Uh.. Um.. Namaku adalah Emiya Shi.. Err..., Shirou Emiya, silakan panggil aku Shirou!" ucap Shirou dengan kikuk seraya menjabat tanganya dan tanpa sengaja dirinya menjatuhkan selembar kertas yang terlipat dari saku kemejanya.
"Oh, dugaanku benar kau seorang Asian. Dan... hei, kau menjatuhkan sesua-" ucapan Rebecca terhenti karena terkejut membaca sebagian dari lipatan kertas yang terjatuh.
"Um.. ya, aku adalah Asian, tepatnya berasal dari Jepang. Err.. kenapa kau memasang wajah terkejut?"
"Ah! Maafkan kelancanganku Mr. Shirou Emiya! Aku tidak bermaksud membongkar identitas penyamaranmu! Ta-tapi..., lain kali, tolong simpan surat penugasan anda dengan lebih hati-hati!" ucap Rebecca, seraya dengan segera menyerahkan kertas yang terjatuh ketangan Shirou.
Karena Shirou mendengar adanya keganjilan dari ucapan gadis dihadapanya, maka dia pun memeriksa kertas yang ada baru saja diserahkan ketanganya. Disana tertulis:
.
Dear Emiya Shirou,
Selamat, kau terpilih menjadi korban dari True Magic [Kaliedeskop].
Karena dirimu dari paralel ini baru saja tewas dalam kecelakaan pesawat, maka eksistensi keberadaan dirinya saat ini telah digantikan dengan dirimu yang sekarang. Dan seharusnya kau akan mengingat memori miliknya secara perlahan.
Perlu kau ketahui, saat ini dirimu berada di paralel lain, yang mana teknologi pengobatan modernnya jauh lebih maju dari dunia asalmu.
Dunia baru ini sudah hampir mencapai batas masanya, karena keberadaan energi sihir sudah lama 'menghilang' ditelan masa. Oleh sebab itu, [Alaya] dan [Gaia] tidak lagi mengirim utusan mereka untuk menyelamatkan dunia ataupun manusia dari kemusnahan total yang akan menghampirinya dalam waktu dekat.
Dan berhubung tidak ada energi sihir didunia ini, sudah pasti itu artinya kau hanya bisa menggunakan magecraft sebatas dengan jumlah energi didalam tubuhmu.
Bagaimana? Dunia yang sangat menyenangkan bukan?
Jadi, selamat bersenang-senang ~
P.S.: Kau tidak perlu khawatir, kemampuan dasar milikmu yang sekarang tidak jauh berbeda dari milik dirimu yang ada di paralel ini.
P.S.S.: Semua benda-benda penting yang dibawa dirimu yang lain sudah kumasukkan kedalam tas punggung milikmu.
P.S.S.S.: Sihir yang ada dikertas ini cuma sementara, tidak beberapa lama setelah kau baca, kertas ini akan kembali kebentuk asalnya berupa surat penugasanmu .
.
Benar saja, begitu Shirou selesai membaca, semua tulisan yang dilihatnya langsung berubah, kali ini bertuliskan identitasnya sebagai agen CIA yang merupakan half Jepang dan German (Kiritsugu dan Irisviel).
Dan dalam surat itu juga menjelaskan tentang penugasan resmi untuknya sebagai penyelidik atau mata-mata di dalam perusahaan terkenal diseluruh dunia, dimana markas pusat mencurigai mereka atas adanya kemungkinan terlibat dalam pembuatan [Bio Weapon].
'Tidak salah lagi, ini pasti ulah kakek gila Zelretch! Itu artinya tidak ada pilihan lain untukku selain harus hidup didunia ini untuk sementara waktu. Haaahh~..., mau bagaimana lagi, saat ini aku hanya bisa berharap semoga dia cepat bosan dalam mempermainkan kehidupanku dan segera memulangkanku kedunia asal' pikir Shirou yang diikuti dengan helaan nafas frustasinya.
"..., Mr. Emiya Shirou? Apa kau mendengar penjelasanku?" ucap Rebecca yang ternyata dari tadi mengucapkan sesuatu pada Shirou.
"Ah, maaf.. Miss Chamber. Aku-" ucapan Shirou terputus karena
'Urgh...' lagi-lagi rasa pening menyerang, seperti sebelumnya, kali ini juga memori dari dirinya yang lain perlahan melintas dalam otaknya.
Ketika diriya baru siuman, Shirou mengira ingatan asing itu adalah mimpi atau khayalan belaka, ternyata semuanya adalah milik dirinya yang lain. Rasanya dia juga pernah mengalami hal yang sama seperti ini sebelumnya. Yaitu ketika dia melihat ingatan-ingatan milik Archer EMIYA.
"Kau tidak apa Mr. Emiya?"
"Ah, Aku baik-baik saja Miss Chamber"
"U-um.., anda bisa memanggil diriku dengan Rebecca"
"Baiklah Rebecca, dan aku juga lebih suka dipanggil dengan Shirou. Jadi, bisakah kau ulangi kembali apa yang ingin kau katakan? Maaf, aku sedikit melamun" ucap Shirou yang peningnya sudah mereda, kali ini dia mulai mengobrak-abrik tas punggungnya.
Shirou menumpahkan semua isi tas miliknya kelantai. Selain barang-barang yang sebelumnya dia bawa dari apartemen, ada beberapa benda baru lain yang didapatinya, yaitu: 1 Senter kecil, 2 Army Knife standart, 2 buah handgun [Glock 18] standart, 2 kotak peluru 9mm berisi total 100 buah, Pena, Buku catatan, Badge CIA (Central Intelligence Agency), dan dompet beserta beberapa kartu lainya.
"Ah, tidak apa. Aku hanya penasaran, apa yang anda lakukan ditengah hutan ini sendirian? Apakah ini berhubungan dengan misi yang yang tertulis dalam surat penugasan anda?" ucap Rebecca yang sejak tadi mengamati apa yang sedang dilakukan Shirou.
"Hn? Entahlah? Mungkin saja? Yang jelas aku baru saja diculik seseorang dan ditinggalkan disini seorang diri karena suatu alasan tidak jelas." ucap Shirou dengan nada tidak senang, karena dia diculik oleh Zelretch dan ditinggalkan begitu saja ditempat yang pastinya penuh dengan masalah yang absurd serta merepotkan.
Shirou kemudian memasukkan lencana CIA kedalam saku dada kemeja abu-abu yang dipakainya. Lalu memeriksa peluru pada kedua handgun [Glock 18] baru miliknya, memasangkan senter kecil pada salah satunya. Kemudian, dia meletakkan dua Knife Army pada sabuk kulit (holster) yang sudah diikatkanya pada kedua paha.
"Eh? Anda diculik?"
"Begitulah, yang jelas ingatan terakhirku sebelum terbangun ditempat ini adalah keluar dari apartemen milikku dan melihat cahaya putih yang sangat menyilaukan" ucapnya jujur.
'Well, meskipun ingatan terakhir milik diriku di dunia ini adalah tewas karena pesawat melakukan pendaratan darurat (jatuh) di suatu pegunungan setelah salah satu mesinnya mengalami kerusakan'
Saat ini Shirou belum mengetahui apa penyebab kerusakan mesin, entah itu hanya kecelakaan atau memang karena disengaja. Sebagai agen dari CIA, dirinya di paralel ini memiliki banyak musuh. Jadi adanya sabotase untuk mencelakainya bukanlah hal yang mustahil.
Dan, biasanya dia selalu melakukan penyamaran, alih nama, jadwal palsu atau semacamnya untuk mencegah ada yang mengetahui arah tujuanya. Mungkin saja keberuntunganya baru-baru ini sangatlah buruk, sehingga kali ini dia harus menghadapai organisasi super hebat atau..., mungkin ada orang dalam yang...?
'Entahlah... saat ini aku yang sekarang harus fokus dengan masalah yang ada dihadapanku saat ini' Pikir Shirou yang mulai memeriksa isi catatan milik dirinya yang lain.
"Hmm.., cahaya menyilaukan? Mungkinkah..., mereka melumpukan anda setelah melemparkan satu atau beberapa [Flashbang]? Tapi... bagaimana mungkin hanya dengan flasbang bisa-"
"Sepertinya mereka menembakan obat bius padaku disaat bersamaan" ucap Shirou terpaksa sedikit berbohong pada Rookie dihadapanya.
"Oh! Ternyata begitu! Lalu bagaimana dengan-"
"Ehem.. sudahlah, lagipula semuanya sudah terjadi, dan pada akhrinya aku baik-baik saja. Daripada membahas soal yang sudah lewat, bisa kau jelaskan apa yang terjadi padamu? Kenapa kau ada ditempat ini? Apakah kau juga diculik?" tanya Shirou, berusaha mengganti topik.
"Ti-tidak, aku tidak diculik! Ba-baiklah, ini dimulai dari rumor beberapa hari yang lalu..."
Lalu Rebecca menjelaskan apa penyebab tim Bravo STARS ditugaskan di [Arklay Mountain], tentang ada tahanan yang hilang, tentang adanya orang-orang aneh yang mengejarnya, lalu tentang sinyal radio yang tiba-tiba mendapat gangguan.
'Hm.. ringkasnya, saat ini aku berada di pinggiran Raccon City, lebih tepatnya di gunung Arklay. Dan terdapat ghoul atau mayat hidup yang merupakan efek samping dari percobaan dead Apostle? Tunggu! Bukankah tidak ada sihir didunia ini? Dengan kata lain, mayat hidup itu muncul bukan karena sihir, melainkan sesuatu hal lain? Lalu, dilihat dari penjelasan luka-luka yang terdapat di leher, kaki dan lengan, kemungkinan besar penyebaranya melalui gigitan? Atau mungkin juga cakaran? Aku harus segera bertindak. Kalau dibiarkan saja, masalah ini akan bertambah besar! Dan kalau tidak cepat, warga kota disekitar juga akan dalam bahaya!' pikir Shirou.
"Baiklah, untuk sementara aku akan membantumu dalam penyelidikan kasus milikmu." Ucap Shirou seraya menutup kembali buku catatan yang hanya berisi info beberapa kriminal yang pernah menjadi targetnya sebagai seorang CIA, serta beberapa catatan lainya.
"Benarkah? Bagaimana dengan misi yang anda jalankan sekarang?"
"Aku masih bisa mengurusnya nanti, selain itu mana mungkin aku meninggalkan masalah yang ada dihadapanku begitu saja. Pertama-tama antarkan aku menuju lokasi pendaratan helicopter. Aku ingin meminjam radio yang ada disana untuk menghubungi markas polisi kota Raccon"
"E-eh? Kenapa?"
"Aku ingin protes pada pimpinanmu, bisa-bisanya dia menyuruh pasukannya menjalankan misi berbahaya dengan sedikit personil di malam hari seperti ini. Kenapa harus malam hari? Bukankah siang lebih ideal? Dan kalau ingin tetap melakukanya pada malam hari, paling tidak perbanyak tim peserta penyelidikan. Kau sadar bukan, bahwa tidak mungkin menelusuri serta memeriksa hutan dan gunung seluas ini hanya dengan satu tim! Kau pikir perlu waktu berapa lama? Satu malam tidak akan cukup! Apa dia bodoh?" Ucap Shirou apa adanya, sementara itu Albert Wesker bersin di ruang kerjanya.
"Atau kalian yang menjadi anggotanya lebih bodoh karena tidak pernah berfikir seperti itu?" Lanjut Shirou
"Hei, aku tidak bodoh! Dan.. umm... itu..." Rebecca kehilangan kata-kata untuk membela dirinya karena yang dikatakan Shirou sangatlah rasional.
"Hahhh~...! Baiklah... Sini, pinjamkan aku radio milikku. Untuk sementara, aku ingin berbicara dengan ketua tim kalian. Aku ingin kalian semua kembali berkumpul di lokasi pendaratan helicopter, disana kita merencanakan ulang misi ini. Karena, kalau perkiraanku benar tentang para 'penduduk' yang menyerangmu sebelum sampai di kereta, itu artinya kalian benar-benar berada dalam masalah besar. Berpencar dan berpisah dalam keadaan sekarang adalah pilihan terburuk yang bisa kalian pilih"
"U-um... sepertinya radionya rusak. Sejak tadi, aku juga berusaha menghubungi kapten dan lainya." ucap Rebecca seraya menyerahkan radionya pada Shirou.
'Hnm? Ini aneh, tidak ada kerusakan pada radio ini. Semuanya berfungsi normal' pikir Shiou yang diam-diam memeriksa radio dengan [Struktual Analysis].
Sebelumnya dia diam-diam melakukan Struktual Analysis pada salah satu [Glock 18] miliknya ketika Rebecca menghadap kearah lain.
Saat itu dia cukup kaget ketika dirinya melakukan magecraft, tidak ada efek visual aneh seperti cahaya atau garis atau apapun yang muncul pada handgun miliknya. Mungkin ini diakibatkan karena tidak ada energi sihir di udara seperti pada dunia asalnya. Hal ini dibuktikan bahwa pada proses struktual analysis memerlukan prana 10 kali lipat dari normalnya.
Karena [Struktual Analysis] memerlukan prana yang sangat sedikit, maka memakai 10 kali lipat energi bukanlah masalah untuk Shirou. Dan dia pun memutuskan melakukan Struktual Analysis pada handgun miliknya yang lain dan handun yang dipegang Rebecca, [Beretta 92]. Sehingga saat ini dirinya sudah bisa menggunakan semua fungsi dari ketiga handgun itu dengan maksimal
"Apa boleh buat, kalau begitu, kita yang akan ke tempat helicopter terlebih dulu untuk menunggu mereka." Ucap Shirou seraya mengembalikan radio dan mulai berjalan kearah pintu keluar kereta.
"Tu-tunggu dulu!"
"Hn? Ada apa lagi?"
"Pa-paling tidak, bisakan kita memeriksa kereta api ini terlebih dulu? Karena seingatku, [Ecliptic Express] tidak pernah terdaftar pada stasiun kereta api. Dan namanya juga terdengar sangat aneh"
"..., Baiklah, tapi hanya sebentar. Setelah itu kita akan kembali menuju tempat pendaratan Helicopter"
'Aku harus memberi tahu para anggota kepolisian lainya untuk lebih waspada dan tidak tekecoh dengan para 'mahluk' yang mereka kira masih bagian dari mahluk hidup. Cara menyelematkan manusia yang menderita menjadi mayat hidup hanyalah dengan memastikan mereka benar-benar tetap mati'
.
Mereka berdua pun berjalan menuju gerbong berikutnya.
Kali ini, yang mereka masuki adalah gerbang penumpang yang sangat acak-acakkan. Banyak bercak darah disana sini. Seakan-akan terjadi perkelahian masal antara penumpang.
'Hmm... pemandangan ini..., sepertinya semua penumpang telah menjadi korban.'
Sementara dia dan Rebecca menggerakkan senter kesana kemari, mencari tulisan atau apapun yang bisa menjadi petunjuk. Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari gerbang depan.
Tap tap tap... Sreek..
Yang muncul dari pintu gerbong lainya adalah seorang laki-laki berbadan besar, berambut hitam, bertato, dengan borgol yang menggantung disalah satu tanganya, dan 'hanya' memakai baju kaos dalam hitam serta celana jeans. Sementara tangan lainya memegang shotgun [Remington 870] yang diarahkan pada Shirou dan Rebecca.
"Letnan Billy Coen!" ucap Rebecca terkejut, lalu mengarahkan handgun miliknya pada pria yang baru masuk.
"Hn... jadi kau tawanan yang kabur itu?" ucap Shirou yang sejak awal dua handgun miliknya sudah diarahkan pada pintu sejak dia pertama mendengar adanya langkah kaki.
"Hee... tidak kusangka aku begitu terkenal."
"Turunkan senjatamu dengan segera! Kau adalah kriminal yang baru-baru ini dipindahkan dan akan segera dieksekusi, bukan?"
"Ya, tapi... Maaf, aku tidak bisa menurunkan senjataku. Teman priamu memasang wajah seram. Dan aku takut dia akan menembakku begitu aku melonggarkan pertahananku"
"Kau adalah kriminal dan sudah menjadi tugas kami sebagai aparat hukum untuk menangkapmu. Ini adalah 2 lawan 1, kau tidak akan bisa lolos sekarang!" ucap Rebecca.
Adapun Shirou yang sejak tadi menatap serius kearah Letnan Billy Coen, dikarenakan dia sedang menggunakan [Struktual Analysis] pada shotgun yang dipegangnya untuk mencari informasi sejarah senjata itu. Namun sayang, sepertinya shotgun itu bukanlah milik Letnan Coen, melainkan milik salah satu petugas tahanan yang tewas karena serangan zombie anjing.
"Letnan Coen, lebih baik kau turunkan senjatamu. Aku tidak ingin menembakmu jika kau tidak memberiku alasan untuk melakukanya." Ucap Shirou seraya menurunkan kedua handgun yang sebelumnya mengarah pada Letnan Coen.
"Baiklah, ide bagus. Lebih baik kita menyelesaikanya dengan kata-kata. Aku masih tidak ingin eksekusiku dipercepat dengan tembakan gadis manis seperti temanmu ini." ucap Billy seraya menurunkan Shotgun yang dipegangnya
"Grrr...! Awas saja kau, kalau kau macam-macam aku akan langsung menembakmu!" ucap Rebecca geram.
"Rebecca, tenangkan diri-"
Prang!
Tiba-tiba kaca jendela gerbong pecah, memunculkan seseorang.
"Edward! Apa yang terjadi padamu?" teriak Rebecca yang langsung menghampiri orang yang melompat masuk dengan tergesa-gesa.
Dilihat dari banyak darah serta luka sobekan ditubuhnya, sepertinya Edward lari dari sesuatu yang berbahaya sampai-sampai membuatnya terpaksa melompat memecah jendela.
"Ohok.. hu-hutan... mo-nster... zo-zombie...-"
Prangg!
Apapun yang akan dikatakan pria sekarat bernama Edward ini terhenti, karena mereka semua dikejutkan oleh sesuatu telah melompat masuk dari lubang jendela kaca.
GRRRR...
Yang muncul adalah seekor anjing doberman atau anjing pemburu milik polisi dengan tubuh membusuk penuh luka disertai mulut yang mengalirkan liur dan darah. (Pihak umbrella memberinya sebutan dengan [Cerberus] atau [Code MA-39]. Mahluk ini adalah B.O.W (Bio Organic Weapon) yang lepas dari laboratrium Arklay setelah tertular T-virus).
Dor!
Namun, anjing itu tidak berumur panjang, karena Shirou yang memiliki bakat besar dalam memanah langsung menembakkan satu peluru tepat di kepala anjing zombie.
Dor! Dor! Dor! Dor!
Empat anjing yang ternyata ikut masuk setelah anjing pertama juga langsung mendapat headshot dan tewas seketika tanpa sempat memberi gertakan, geraman atau semacamnya.
Hal ini, membuat Rebecca Chambers dan Billy Coen terdiam sesaat tidak berkomentar. Karena dengan begitu mudahnya, pemuda Asia ini menghabisi sumber bahaya yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka.
"Ada apa? Kenapa kalian memasang wajah kaget seperti itu? Bukankah normal menembak target berbahaya ketika muncul sebelum mereka menyerang?" ucap Shirou yang dengan tenangnya mereload kedua [Glock 18] miliknya.
Salah satu pelajaran bermanfaat yang didapatnya sebagai magus di Clock Tower ialah harus siap dan sedia setiap saat. Karena, menjadi seorang magus artinya dia selalu berjalan disamping kematian itu sendiri.
Selain itu, melihat mahluk dengan tubuh menjijikan seperti Anjing Zombie yang ada dihadapanya tidak akan membuat Emiya Shirou takut atau terkejut. Sebab dirinya sudah pernah menyaksikan banyak mahluk yang lebih menjijikan di lab sebagian Magus yang ada di Clock Tower.
"Whoaa! Kau benar-benar hebat! Dalam sekejap bisa menembak benda bergerak cepat seperti itu!" Ucap Billy kagum.
"Hn? Tidak perlu dilebih-lebihkan, hal seperti ini sudah biasa untukku" ucap Shirou dengan jujur, karena skor latihan menembak (memanah) miliknya selalu 100% akurat.
Para zombie didunia ini tidak boleh meremehkan 'bakat' seorang EMIYA Shirou dalam menembak/memanah yang suatu saat nanti membuatnya dipilih oleh system Holy Grail dan dimunculkan sebagai Heroic Spirit, servant class [Archer], bukan class lainya seperti [Caster] ataupun [Saber].
"Edward, bertahanlah!" sementara itu Rebecca yang sudah kembali dari kagetnya, langsung berusaha mengeluarkan peralatan medicnya.
Namun, sepertinya sudah terlambat, Edward tidak bisa menjawab karena sudah tidak bernafas lagi.
"Rebecca . . . ." ucap Shirou yang berjalan menghampiri Rebecca lalu meletakkan telapak tanganya di bahunya, untuk membuatnya lebih tenang karena dia baru saja kehilangan salah satu teman seperjuangnya di Tim Bravo STARS.
Setelah merasa cukup tenang, Rebecca pun kembali membereskan perlatan medicnya yang sempat dikeluarkan.
Sementara itu, Shirou mendekat pada mayat anjing yang baru saja dibunuhnya. Dengan Struktual Analysis dia mengetahui bahwa tidak ada tanda-tanda sihir didalam tubuh monster anjing.
Lalu, dia pun mendekat pada mayat Edward dan juga kembali diam-diam melakukan Struktual Analysis.
Kali ini dia yakin bahwa bukan sihir yang menyebabkan mutasi paksa pada mayat. Melainkan sejenis virus yang menghidupkan kembali sel yang sudah mati dengan paksa, sehingga membuat mereka bermutasi menjadi mayat hidup yang hanya mengandalkan insting liar untuk makan dan menambah koloni virus.
Setelah melakukan Struktual Analysis, Shirou pun memeriksa perlengkapan Edward. Sepertinya dia kehilangan tas dan senjata miliknya ketika berlari dari anjing, jadi yang tersisa hanyalah beberapa clip magazine berisi peluru pistol 9mm yang terselip di kantong jaket anti peluru yang dipakainya.
(Shirou tidak perlu jaket anti peluru yang kotor karena darah, bisa-bisa kemeja yang dipakainya blepotan dengan darah yang tercemar Virus)
Setelah memastikan tidak ada yang terlewat, Shirou pun mulai berpaling kearah Rebecca, tetapi-
Deg!
Tiba-tiba Edward yang seharusnya mati mulai kejang-kejang, lalu dia membuka matanya dan mulai mencoba berdiri dengan gerakan kaku.
"Edward! Syukurlah kau selama-"
"Tunggu Rebecca! Ada yang tidak beres dengan keadaan temanmu itu." ucap Shirou seraya menghalangi Rebecca yang hendak mendekati Edward.
'Seperti yang sudah kuduga. Dari banyaknya luka gigitan dan cakaran yang terdapat di tubuhnya, luka gigitan di kaki yang merupakan luka pertama yang didapatnya telah menginfeksi tubuhnya dengan virus sedikit-demi sedikit. Dan dengan bertambanya luka cakaran dan gigitan pada bagian tubuh lainya, proses penyebaranya pun semakin cepat.'
"Apa yang kau lakukan Mr. Shirou? Jangan menghalangiku! Dia memerlukan pengobat-"
Groaaa...!
Edward yang telah bediri, bergerak maju hendak menyerang!
Drak!
Namun, dia mendapat tendangan dari Shirou tepat diperutnya, sehingga membuatnya terlempar jauh membentur pintu gerbong yang telah dilewati. Meski begitu, zombie Edward pantang menyerah, dia berusaha kembali berdiri untuk mencari mangsa.
"Kau lihati itu? Dia bukan Edward yang kau kenal. Dan kau pasti sudah tahu apa yang terjadi pada tubuhnya saat ini. Dia bukanlah manusia, dia sudah menjadi salah satu dari mereka, [Zombie]!" ucap Shirou seraya mengarahkan handgunya pada Edward yang mulai bangkit kembali, dan-
Dor!
Satu peluru menembus kepala Edward, membuat tubuhnya terhenti dan jatuh kelantai bersibak darah.
"Hi-hiks... Ke-kenapa... kenapa kau bisa begitu mudah menembaknya! Mungkin masih ada harapan untuknya!"
"Maaf, hanya ini yang bisa kulakukan untuk menolongnya. Kalau dia masih hidup, tentu dia juga tidak ingin berakhir seperti ini. Dia pasti tidak ingin membuat orang lain berubah menjadi zombie karena dirinya." ucap Shirou seraya berjalan mendekat pada mayat Edward, lalu membungkuk dan menutup matanya yang terbuka.
"Hi-hiks..." Rebecca yang mengetahui kebenaran perkataan Shirou hanya bisa terdiam sambil terisak.
"Hei, gadis polisi. Kau tidak bisa menyalahkan teman Asia-mu. Aku pun akan melakukan hal sama sepertinya. Satu-satunya cara menolong mahluk-mahluk itu adalah membuat mereka meninggal dengan tenang. Mereka yang sudah mati tidak seharusnya hidup kembali menjadi mahluk mengerikan seperti ini" ucap Billy berusaha menenangkan Rebecca yang menangis.
Beberapa saat kemudian, setelah Rebecca menjadi tenang kembali, mereka pun melanjutkan pemeriksaan pada gerbong berikutnya.
Sementara itu, karena statusnya sebagai tahanan, Letnan Billy Coen terpaksa mengikuti dua orang petugas hukum yang ditemuinya dengan kedua tangan yang kembali diborgol. Dia juga menyerahkan Shotgun temuanya pada gadis polisi bernama Rebecca Chambers.
Dalam sesi tanya jawab, Billy Coen menjelaskan bahwa dia juga lari dari para zombie setelah mobil yang membawanya diserang segerombolan anjing. Dan dirinya sudah lama bersembunyi di gerbong kereta satunya sejak siang. Lalu malam harinya, ketika dia mendengar suara pembicaraan dan langkah kaki, dia pun mencoba datang memeriksanya.
Pada saat itulah mereka bertiga saling bertemu.
.
Petualangan di dunia horror pun kembali berlanjut.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
[To be Continued]
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Setelah habis nonton Resident Evil Movie, The Last Chapter. Author pun Iseng bikin fanficnya. Jadi, ya begitulah. Beginilah hasilnya.
Ok, Terima kasih kepada teman-teman yang masih sedia memberikan masukan, membaca, menulis review, bagi-bagi informasi, nge-PM, nge-Favorite, dan nge-Follow fic ini!
Kalau ada pertanyaan atau apapun yang ada dipikiran kalian. Silakan tulis lewat PM atau Review. See ya later..
AoiKishi [Trace: Off]
