A/N: Maaf senpai, aku cuma tertarik ingin ikut fandom Sengoku Basara! Meski cuma main game PS2-nya aja, tapi aku sempat nonton apalah itu opening PS3-nya yang ada di PS3!Jadi aku kurang mengerti karakternya. Tapi setelah membaca fanfic senpai sekalian, aku jadi sedikit ngerti sama ceritanya! Maafkan diriku jika seandainya ada sedikit meniru gaya tulisan senpai entah apanya! Kata temanku, aku adalah CopyCat yang cantik. (Eh)

Coz You're Part of Basara Dormitory

.

Disclaimer: Sengoku Basara game dan anime milik CAPCOM dan Production I.G. Doakan semoga mereka mau berbagi karakternya jadi papak Yuki dan papak Ieyasu berada di pelukan akuh~

Rated: T

Warning: Aku bingung apa itu Sho-ai, apa itu Drabble, apa itu dan apa ini(?). Jadi, aku cuma bisa tulis 'hati-hati OOC' karena aku tau kepanjangan OOC! #halah_gitu_aja_bangga


Ada sebuah Dormitory lusuh di kota Sapron (Hokkaido). Pemiliknya, Maeda Keiji, adalah seorang pemabuk yang senang berhura-hura dikala senang maupun sedih. Saking sering mabuk-mabukan, ia menelantarkan Dormitory-nya sendiri. Padahal ada 6 pria yang menepatinya. Orang yang sangat bejat, komentar author pertama. Komentar kedua author, orang ini mending ditenggelamin ke sungai-ralat, laut.

Pemiliknya antara lain:

Lantai 1:
Kamar no.11 (paling kiri): Date Masamune
Kamar no.12 (sebelah kanan kamar no.11): Tokugawa Ieyasu
Kamar no.13 (paling kanan dan dekat tangga (kanan)): Chousokabe Motochika

Lantai 2:
Kamar no.14 (diatas kamar no.13 paling kanan dekat tangga): Mouri Motonari
Kamar no.15 (diatas kamar no.12 sebelah kiri kamar no.13): Ishida Mitsunari
Kamar no.16 (diatas kamar no.11 paling kiri): Sanada Yukimura

Jadinya begini:

Lantai 2: Yuki - Nari - Nari(?)
Lantai 1: Mune - Yasu - Chika

.

Padahal mereka sudah membayar sewa pertama tinggal, lalu di bulan kemudian mereka tidak bisa membayar karena bukan mereka kanker (kantung kering), tapi tidak tahu bagaimana bayar sewa pada pemiliknya yang menghilang entah kemana. Karena merasa Dormitory mereka sangat langka (?) dan juga karena mereka sudah membayar sewanya dan tak mau rugi (salahkan siksaan sebagai pelajar yang jauh dari ortu hingga mereka kepaksa jadi pelit semua), akhirnya mau tak mau mereka musti betah tinggal disana.

Inilah hari-hari ketika mereka semua datang ke Dormitory lusuh itu.


xXx

Dormitory yang damai, mengalahkan kedamaian sehabis perang dunia ke 100 pada abad tidak terbatas. Burung-burung berkoar-koar karena menulis mencicit terlalu mainstream. Disana berdiam tiga pemuda yang berdiri di tengah halaman entah apa yang mereka lakukan karena mereka hanya diam mematung semua. Sampai...

"What the hell!? Sambal tahu sumedang lagi?"

Suara celetukan pria berkumis-ralat, pria dengan eyepatch yang menutupi mata kanannya, berambut hitam (tapi kadang kulihat warnanya coklat), dan hobi memaki tak peduli yang dimaki umurnya lebih tua darinya apa tidak, hanya bisa menatap nanar sebuah kotak bekal hitam berisi cairan (apa?) kental berwarna coklat dengan hiasan biji yang kalian tahu itu adalah biji sayuran, alias tomat-bukan, cabe. Dia menggunakan jaket biru tua lengan panjang dengan celana pendek putih.

"Sambal tahu sumedang cukup untuk mengganjal perut yang kelaparan, Masamune-dono," pria di sebelahnya hanya bisa menanggapi dengan mengatakan hal seperti itu. Pria berambut cepak coklat tua berekor kuda dengan mata merah (mungkin) masih diam dari tempatnya, sambil sesekali merapatkan jaket merah tebal yang ia pakai karena musim semi yang saking sejuknya, dapat menerbangkan orang yang beratnya kurang dari satu kilo, dan itu takkan pernah terjadi. Pria di depannya langsung memaparkan wajah kaget yang luar binasa 'apa-kau-tidak-bercanda?'.

"Pokoknya, kalian makan ini atau kelaparan!" cetus pria berambut spiky dengan hanya memakai boxer karena sekalian ingin memamerkan ototnya yang katanya suge gede banget. "Aku sudah capek-capek dapat ini dari tetangga jauh di pojok sana!" marahnya sambil menunjuk sebuah gubuk tua yang jaaaaauuuhhhhhh sekali letaknya dengan Dormitory mereka.

Pria bernama Date Masamune langsung naik pitam.

"SH*T! UNTUK APA TADI KITA-KITA PADA NGASI SUMBANGAN!?" protesnya. "KATANYA DANA BUAT MAKAN SIANG INI!? KORUPSI YA?"

"Korupsi? Tidak tidak," pemuda bernama Tokugawa Ieyasu itu menggeleng dengan wajah geli. "Tapi... SUMBANGAN KALIAN CUMA CUKUP UNTUK BELI SATU BUAH KENTANG, ALIAS KURANG DARI 100 YEN, KAU TAHU!?"

Kewibawaan seorang Tokugawa Ieyasu, yang biasanya menjadi pemimpin mereka, langsung hilang. Masamune langsung ciut, sedangkan Yukimura cuma bisa pasang muka senyum polos bak tidak mengerti apa-apa, karena dia memang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Ye ketahuan Yuki tidak ikut patungan ya?

"Ah tetap ogah aku makan," tolak Masamune, sambil memalingkan manik birunya karena kalah TELAK. "Kau mau menyakiti perutku? Mending aku makan pantsu sendiri daripada menyantap sambal aneh entah terbuat dari apa itu."

Benar sekali. Aneh juga orang Jepang bisa membuat sambal tahu sumedang, yang jelas-jelas itu bukan buatan Jepang asli. Jangan-jangan si pemilik rumah sana bukan orang sembarangan lagi ya?

"Jadi, sambal ini diapakan?" tanya Yukimura polos, lalu memiringkan kepalanya ke kanan ala anak anjing yang dikelilingi lingkaran api alias kejebak. Masamune menatap Yukimura sebentar, lalu kedua lubang hidungnya membesar mengalahkan hidung kerbau yang ditindik ala banteng.

'Uh, Yuki. You are so cutee!' kagum Masamune dalam hati, sambil mengelap hidungnya yang nyaris akan menciptakan lautan darah karena mimisannya.

"Yukimura mau makan itu?" tanya Ieyasu lembut, karena kewibawaannya sebagai pemimpin Dormitory telah muncul. Yukimura mencolek isi kotak bento tersebut, lalu mengemutnya dalam diam. Masamune cengo luar biasa, mengalahkan patung Liberty yang meskipun bawa obor dia masih saja diam. Kenapa? Karena dia patung.

"Gi-gimana rasanya?" tanya Masamune penasaran, atau khawatir pada boneka berjalannya? Yukimura menatap Masamune diam, masih mengemut jarinya yang berlumuran darah-ralat, sambal yang menurut author sangat pedas ini. Ketahuan banget ya author tidak suka makanan pedas.

"Yuki?" Ieyasu ikut khawatir dengan reaksi Yukimura yang mematung sedari tadi. Yukimura menurunkan jarinya lalu menatap kedua pria seme itu dengan kepolosannya yang sekali lagi, dapat membuat Masamune tewas di tempat jika saja dia tidak mengkhawatirkan bocah yang hobi berkelahi dengannya itu.

"Pedas..." lirih Yukimura, masih memaparkan wajah bahagia. Lalu...

BRUUKK!

Wajah Yukimura mendarat pada tanah-ralat, semen, dengan nistanya. Masamune dan Ieyasu mematung.

Mari kita hitung mundur dalam hitungan...

5...

4...

3...

2...

1...

"YUKIMURAAAAAAAA!"

Teriakan histeris mereka mampu mengalahkan jeritan seorang waria yang diintip pria mesum.

xXx

Dua pria memijakkan, melangkahkan kakinya memasuki halaman Basara Dormitory. Sayang tidak ada jebakan kecil seperti di piramida mesir, dimana ketika mengijak sesuatu kau akan bertemu ajalmu segera.

"Nee Mouri, mau mengajariku fisika lagi?" tanya seorang pria bereyepatch putih yang menutupi mata kirinya, kebalikan dari Masamune. Dia berotot sama seperti Ieyasu. Mungkin dia adalah hasil genetika Masamune dan Ieyasu yang gagal kali ya?

.

Ampun Motochika! Jangan ngambek! Author ralat bagian terakhir tadi! Harusnya "Hasil fusion layaknya Goku dan Vegeta di Dragon Ball tapi gagal".

.

AAAAA! IYA! RALAT KOK RALAT!

.

Ngapain aku ribut sendiri ya? Motochikanya saja tidak mengucapkan patah kata padaku secara langsung.

.

Maaf atas ketidak-jelasan tadi. Back to topic.

Pria yang ia ajak bicara hanya diam membisu, masih terus berjalan lurus menuju tangga yang menghubungkan lantai 1 dan lantai 2. Tadinya author kira dia menderita penyakit MuSel, nama penyakit baru yang pada detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini, windu ini, dan seterusnya jika author terus menuliskannya fanfic ini takkan selesai, yang baru dirilis. Hanya singkatan dari Mulut di Selotip.

"Mouri~! Ayolah~!" tidak ada kata menyerah dalam kamus seorang 'Chousokabe Motochika', pria yang mengajaknya bicara ini. Dirogohnya kantong jaket yang hanya ia pakai untuk menutupi bahunya karena demi pamer kekar otot lengan sama perut, dan mengeluarkan selembar uang bernilai besar. Karena author tidak tahu nilai mata uang Jepang berapa aja, jadi bayangkan saja itu uang dengan nilai besar, tapi tidak terlalu besar. Author maunya apa sih?

"Aku bisa membedakan bau uang asli dengan palsu, Chousokabe," akhirnya pria cantik dengan rambut coklat pendek atas bahu ini, membuka mulutnya. Btw, dia belajar ilmu apaan sampai bisa bedain uang asli sama uang palsu?

"Hehehe, ketahuan," Chousokabe tertawa nyengir. Sudah kukatakan, tidak ada kata menyerah dalam kamusnya. Dia memakai siasat dengan...

"APA-APAAN KAU, CHOUSOKABE!?"

Bentakan maut sang pria jadi-jadian ini pun tidak membuat sang pria berotot besar yang mencalonkan diri sebagai preman pasar ini, goyah. Ia terus melakukannya tanpa rasa bersalah dalam dirinya.

"Ajarin dulu, baru aku tidak akan melakukan ini," ancamnya sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia mengibar-ngibarkan sebuah foto yang sudah dicuci di tangannya. Foto dimana di dalamnya sang pria sedang ngorok, yaitu wajah pria yang mirip sama lawan bicaranya (iyuuhh jijay~) sambil meluk sang empunya alias pemegang foto.

"Dasar kau! Aku takkan memaafkanmu, Chousokabe!" geram Mouri Motonari, nama sang pria dalam foto itu.

"Ayo~! Ayo~! Apa yang bisa kau lakukan? Ahaha~!" ejek si kurang ajar yang mirip bajak laut. Motonari yang diejek cuma bisa memicingkan mata dalam dendam kesumat.

"Hei ribut apa sih?" si naga mata satu langsung muncul di hadapan mereka.

"Masamune! Kau mau lihat adegan romantis aku dan Mouri?" sontak si Date Masamune melebarkan matanya, tidak percaya.

'Loh Motonari kan antara tsundere sama kuudere?' pikir Masamune dengan begonya, bukannya langsung percaya malah nyempet mikir yang lain.

"Masamune! Yukimura muntaber!" Ieyasu memberitahu Masamune ketika habis menutup pintu kamar Yukimura dari luar, dan melihat Motochika yang berdiri di lantai dua bersama Motonari. "Udah beli obatnya sama Motonari dan Motochika ya?"

"Beluman! Aku tadi balik kesini karena mau minta temenin Mitsunari ke toko obat!" bantah Masamune.

"Alah! Cepetan! Kasian Yukimura udah muntah-muntah tuh!" sebat Ieyasu.

"Ini salahmu sih, pake nawarin Yuki-ku sambel yang udah kadaluarsa sejak abad lalu!" Masamune bukannya mengalah ingin membeli obat, dia justru mencoba mempojokkan Ieyasu. Jangan ditiru pemirsa.

"Aku cuma bilang mau, bukan harus, goblok!"

"Udah nyata-nyatanya kau yang buat semua ini terjadi!"

"Kalian ini," akhirnya Motonari ikut bicara. "Jika kalian masih berdebat disini, yang ada justru tidak ada penyelesaian dan Yukimura mati di kamar."

"Benar yang dikatakan Mouri," sambung Motochika. "Lebih baik kalian berdua yang beli obatnya, sedangkan aku dan Mouri akan menjaga Yukimura. Bagaimana?"

Ieyasu dan Masamune saling lempar lembing-ralat, lempar pandang.

"Baiklah, aku ikut," ucap Ieyasu dengan sangat pasrah. Salahkan kenapa dia sering ikhtiar daripada tawakkal! Dan salahkan authornya kenapa bisa nyasar kesana!

"Maybe you all guys right," Masamune ikutan pasrah. Mereka berdua, Masamune dan Ieyasu, akhirnya berdua pergi ke toko obat! Ye!

xXx


A/N: Gaje ya? Sebenarnya udah lama mau publish cerita ini waktu akunku udah diaktifin senpai. Cuma, baru bisa saat pagi deh!

Reviewnya? Boleh minta? *kitty eyes*

Nanti aku bakal review punya senpai jika punya waktu luang. Anak bandel mau sekolah dulu!

Readers: Bandel!