Kosong.
Hal itu selalu menemani dirinya ketika dia memutuskan untuk menjadi bagian dari segel pengekang yang menyegel Juubi melalui rangkain Fuinjutsu terumit yang pernah dia ciptakan. Dalam kekosongan tiada batas dimana dia tidak bisa bergerak atau sekadar bersuara, hanya pikirannyalah yang masih ada pada tempatnya. Saat waktu juga tidak menjadi arti disini, dia terkadang ingin berteriak, ingin mengeluarkan frustasinya yang terpendam tapi apalah daya ketika itu semua hanyalah tiada guna apapun.
Dalam keadaan yang seperti ini, hal ini bahkan akan membuat orang dengan mudah menjadi jatuh pada kegilaan. Bahkan untuknya yang telah terbiasa dengan kesendirian, hal ini terasa menggerogoti dirinya. Satu-satunya hal yang membuatnya tetap waras sekarang hanyalah kepingan ingatan yang dia miliki akan kebahagiaan sebentar dalam hidupnya namun dia tidak tahu sampai kapankah kepingan memori itu akan bertahan menemaninya. Dalam puluhan tahun? Ratusan tahun? Atau bahkan sampai bermilenia? Hal itu tidaklah lagi penting terasa karena dia hanyalah bisa berpegang pada ingatan-ingatan itu untuk tetap waras seperti layaknya anak berpegangan pada seutas tali.
Dan ketika suatu saat dia kemudian melihat sosok astral dari kakek Pertapa Rikudou datang kepadanya dalam senyuman penuh kesedihan, dia bisa melihat kakek tua itu menggumamkan kata yang tidak bisa dia mengerti lalu dalam sekejap kakek tua Pertapa Rikudou itu menghilang dan sensasi kegelapan membawa dirinya tenggelam lagi dalam ketiadaan yang tidak berwarna.
—
Naruto / Naruto Shippuden x High School Dxd Crossover.
Cryst-Alize : A New Adventure
Chapter 1
—
Mata ungu cerah itu terbuka lebar, berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya ketika saat seseorang baru pertama kali bangun dari peraduannya. Saat sensasi lembut dari kasur dan bantal yang dia rasakan membuatnya sadar dia tidak lagi berada ditempat yang buruk, dia kemudian mencoba duduk di pinggiran kasur sambil mencoba mengusap wajahnya sekali untuj menghilangkan sisa kantuk yang ada sembari pikirannya menerawang ketika dia bermimpi hal yang telah lama dia ingat.
Itu terjadi setelah tiga tahun ketika dia terbangun di dunia ini. Dunia yang sama sekali baru dan tidak dia kenali dengan segala hal baru yang membuatnya terkagum sekaligus merasakan perasaan bingung.
Ketika tiba-tiba terbangun didunia yang teramat asing baginya, berbagai pertanyaan berseliweran di otaknya. Bagaimana dia bisa terbangun disini? Apa yang terjadi sebenarnya dan bagaimana dengan segel yang mengekang Juubi untuk bisa lepas?
Hal itu semua dahulu membuatnya begitu berpikir keras dimana dia berpikir bahwa mungkin dia dibebaskan dari segel untuk sebuah hal yang penting oleh kakek Pertapa Rikudou, namun ketika waktu terus berjalan dimana hari berganti minggu dan minggu berganti bulan tanpa adanya kemunculan kembali kakek Pertapa Rikudou, dia kemudian berpikir bahwa kakek Pertapa Rikudou mungkin memberikan kesempatan kedua untuknya hidup.
Yang dengan jelas dia berterima kasih untuk itu. Jangan salah, dia memang tidak merasa menyesal mengorbankan semua jiwanya sendiri untuk menjadi bagian dari segel untuk menyegel Juubi ketika makhluk penghancur itu menghancurkan semua ketika dia bangkit. Itu adalah sebuah harga yang harus dia bayar ketika kakek Pertapa Rikudou mengatakan bahwa untuk menyegel Juubi diperlukan sebuah pengorbanan dimana dia tahu bahwa untuk kebaikan semua, satu nyawa harus dikorbankan. Sebuah pertukaran setara yang dengan senang hati dia lakukan.
Namun dengan senang hati bukan berarti dia menyukainya.
Dalam lenguhan kecil yang dia keluarkan kemudian, dia tahu bahwa apa yan terjadi sekarang tidak lebih dari hidupnya yang berjalan kembali. Tanpa keraguan dan mencoba menjalani harus dia lakukan dengan dirinya mencoba berbaur dalam kehidupan baru yang dia miliki. Meskipun dia kembali memulainya dengan kesendirian, dia tidaklah masalah dengan itu dan dia berhasil melakukannya setelah membuat latar belakang baru didunia ini dan menyewa sebuah apartemen kecil yang murah untuknya tinggal dan sebuah pekerjaan kecil untuk mencukupi kehidupan miliknya disini.
Dalam dunia yang sangat berbeda dengan dunia awalnya, dia menekan segala yang dia miliki, menjadi manusia normal dan lebih dari itu, dia ingin hidup dalam kedamaian setelah lelah dengan semua hal yang telah dia lalui semasa hidupnya.
Dalam pelan dia kemudian melihat jam yang berada di dinding kamar tidur kecilnya tersebut dan jarum jam yang menunjukkan waktu itu seolah bicara padanya.
Ini hampir waktunya untuk sekolah.
…
Dia memang tidak menyukai belajar namun bukan berarti dia tidaklah menyukai suasana yang ada ketika dia berada di tempatnya bersekolah. Suasana ramai namun damai yang diberikan anak-anak seusianya yang tidak pernah mengenal apa itu membunuh secara arti sesungguhnya terasa membuatnya berpikir jika saja dunianya dahulu damai seperti dunia ini maka apakah dia akan merasakan juga hal seperti ini lebih awal?
Nyatanya hal itu tidaklah penting lagi ketika dia sekarang melalui itu semua. Dalam langkah kaki pelannya yang membawanya menuju ke akademi, bangunan besar berwarna putih dengan arsitektur bergaya Eropa menyapa dirinya.
Orang berkata ini adalah akademi yang paling baik di kota ini. Meskipun dahulu akademi ini adalah akademi khusus untuk perempuan, hal itu berubah semenjak tiga tahun yang lalu atau sekitar ketika dia baru masuk ke akademi ini.
Dia masuk ke akademi ini pada awalnya karena ketahuan menjadi pekerja di bawah umur. Ketika polisi yang tanpa sengaja melihatnya bekerja dan dia masih muda, dia disuruh mencoba masuk ke akademi yang kemudian dengan bantuan dari cara curang khas seorang ninja, dia bisa mendapat beasiswa untuk bersekolah sampai lulus di akademi ini.
Kami-sama memberkati Nidaime Hokage yang menciptakan Kage Bunshin.
Dia sekarang sudah berada di kelas tiga. Lebih tepatnya dia akan lulus di tahun depan. Waktu yang terasa cepat sekali dia lalui. Dia sudah punya rencana bahwa jika dia lulus, dia akan mencoba untuk mendaftar beasiswa untuk ke universitas luar negeri dimana hal itu sendiri juga disarankan oleh guru pembimbing kelasnya.
Dan ketika dia tenggelam lagi dalam pikiran akan rencananya di masa depan, dia kemudian terkadang tidak pernah sadar bahwa dia telah duduk di tempatnya duduk di kelas kemudian dan memasangkan Earphone untuk mendengarkan lagu kesukaannya.
Mata ungu cerah miliknya kemudian melihat keluar jendela untuk mendapati kelopak sakura yang terbang terbawa angin.
…
"Naruto!"
Suara cukup keras yang memanggil namanya itu membuatnya akan menoleh. Hany saja saat belum sempat melakukannya, sebuah pelukan ringan memeluknya dari belakang.
Dia tersenyum kecil untuk itu.
Bau harum dari wangi parfum khas gadis menyeruak pada penciumannya, terasa segar dan suara kikikan geli ketika dia menyingkirkan tangan siapapun yang memeluknya dengan lembut itu terasa begitu familiar sekali untuk hidupnya sekarang. Dan ketika pemeluknya kemudian mengambil tempat duduk di depannya yang kosong dan mencomot kentang goreng miliknya dan seenaknya sendiri menyeruput milkshake yang belum dia minum, mata ungu cerahnya itu melihat wajah siapa pemeluknya tersebut.
Dia adalah seorang gadis muda yang awalnya pemalu. Dengan kacamata bundar dan rambut dikepang menjadi dua, siapapun tidak akan menyangka bahwa gadis pemalu ini akan bertingkah seperti itu kepada seorang anak laki-laki.
Hal itu Naruto maklumi kenapa gadis ini bertingkah seperti itu kepadanya. Apalagi ketika dia adalah satu-satunya teman terdekat gadis itu yang bisa Naruto katakan mereka terlihat seperti seoran pasangan kekasih daripada seorang teman— hal itu hanyalah rumor yang disebarkan oleh gadis-gadis lain.
Nama gadis itu adalah Aika Kiryuu. Gadis yang dia tolong dari bully-an para gadis lain kepada dirinya dan itu membuatnya menjadi dekat dengan Naruto.
Dalam gerakan tangannya yang mencoba untuk mencomot lagi kentang gorengnya, tangan Naruto bergerak dengan cepat mengambil kentang gorengnya dari jangkauan tangan Aika. "Dasar… beli sendiri sana."
"Mou!" Dia melihat Aika merengut dan menyeruput lagi Milkshake yang seenaknya sendiri dia ambil dari dirinya. "Dasar pelit!"
"Jika aku pelit maka aku akan langsung minta bayaran atas Milkshake yang kau minum." Dia memutar bola matanya. "Serius… kau selalu mengambil makanan atau minumanku seenaknya Aika."
"Itu karena kau kan punya banyak uang Naruto. Lagipula katamu milikmu juga adalah milikku dan milikku adalah—"
"—milikku sendiri." Sela-nya dengan mendengus kecil. "Hal itu adalah hal yang paling serakah darimu kau tahu Aika."
"Hehe…" Tanpa rasa bersalah Aika terkikik geli. "Hanya kepadamu Naruto."
"Tsk!"
"Maaf-maaf! Nanti aku traktir setelah pulang sekolah bagaimana?"
"Benarkah?" Dia meragukan ucapan Aika ketika dia berkata akan mentraktir dirinya.
"Janji!" Aika memberikan janji kelingkingnya di depan dirinya. Sesuatu yang jelas serius jika dia sampai menggunakan itu dan itu membuatnya tersenyum kecil lagi.
"Sayang sekali aku tidak bisa." Katanya.
"Aw… Kerja?"
Dia hanya menggangguk untuk itu dan sekilas raut kecewa terlihat di wajah gadis tersebut.
Dan itu adalah hal yang tidak dia sukai.
"Hey, mungkin hari ini tidak bisa tapi bagaimana kalau besok?"
Wajah cerah yang langsung naik bisa dia lihat seketika dan seperti sebuah kelinci, mata itu terlihat memandangnya dengan tatapan terbinar.
"Janji?"
"Apa aku pernah mengingkari apa yang aku katakan?"
Aika menggeleng dengan cepat dan dia tersenyum senang. Dia tertawa karena melihat tingkah gadis itu hingga kemudian teriakan-teriakan lain terdengar dari bagian lain yang kemudian menarik perhatiannya untuk menoleh sebentar.
Seperti biasa, itu adalah teriakan yang familiar yang datang dari sekumpulan para gadis saat menyaksikan idola mereka memasuki kantin. Dalam penglihatan yang dia miliki, dia melihat murid yang satu angkatan dengannya masuk dengan berjalan anggun menuju kantin.
Gadis dengan rambut merah dan gadis dengan rambut hitam legam yang terlihat begitu cantik. Kulit mereka yang putih seperti salju dan bentuk tubuh mereka yang terlalu proposional untuk seorang gadis.
Rias Gremory dan Himejima Akeno.
Dua gadis idola yang akan membuat siapapun di akademi akan berhenti bicara seketika ketika melihat mereka. Dua gadis yang menjadi impian dari para pemuda di akademi dan dua gadis yang selalu coba dia hindari ketika berada di satu tempat.
Jangan salah. Dia tidak asal bicara tentang hal yang terakhir barusan. Dia memang tidak memungkiri bahwa dia cukup kagum dengan kecantikan yang mereka miliki namun sesuatu yang berasal dari mereka adalah sesuatu lain yang membuatnya merasa tidak nyaman. Sesuatu tentang aura mereka yang mengingatkannya akan sesuatu hal yang seram dan buruk dan itu tidak ingin dia ingat lagi. Lagipula bukan hanya mereka berdua namun beberapa orang di akademi juga memiliki hal yang sama seperti mereka dan dia tidak menyukai itu.
Dia mungkin tidak mencari tahu lebih tentang mereka dan mengabaikan mereka karena dia tidak ingin hidupnya merasa terganggu karena itulah dia menghindari mereka.
Meski terkadang dia berpikir ketika melihat mereka yang memiliki aura yang sama seperti mereka, sesuatu yang jelas mencerminkan mereka bukanlah manusia.
Siapakah mereka sebenarnya?
…
Terkadang dengan banyaknya hal yang harus dia kerjakan dengan pekerjaannya disebuah kedai makanan, dia sadar bahwa dia kadang harus sering pulang hingga larut malam untuk beberapa kali.
Dan ini adalah hal yang biasa ketika dia berjalan di jalanan saat malam hari, sendirian dengan satu Earphone terpasang di telinga kanan sambil memutar musik ringan untuk menemaninya berjalan pulang.
Walau begitu, meski sudah ada Earphone yang menemaninya malam ini, entah kenapa dia merasa malam ini terasa jauh lebih sunyi dari biasanya. Bukan merasa takut atau apapun mengingat dia sendiri tidak yakin kapankah terakhir kali dia merasakan takut, hanya saja situasi yang terlalu sunyi ini terasa mulai mengganggu dirinya. Tidak biasanya situasi ini seolah memberi tahu dirinya bahwa sedang ada yang salah dengan sekitarnya.
Dan ketika dia melewati sebuah pertigaan yang terdapat gang gelap tanpa adanya sorot lampu, dia berhenti sebentar ketika instingnya mengatakan untuk berhenti.
Hanya untuk kemudian melihat siluet seseorang berada di gang tersebut yang menandakan ada orang di dalamnya. Dan saat orang yang berada di dalam gang itu merasa ada yang memperhatikannya, kepala itu menoleh.
Memperlihatkan mata merah menyala dalam gelap dan sebuah keterkejutan.
Saat sinar bulan yang tertutup awan kemudian terbuka dan menyinari bagian gang tersebut, dirinya terhenyak.
Wajah itu… wajah itu familiar sekali untuknya.
"Aika?"
"N-Naru…?!"
Dalam sinaran bulan itu, dirinya melihat temannya yang dekat dengannya itu penuh darah di baju dan bagian mulut dan sebuah mayat tergeletak disana.
Saat taring tajam gadis yang terkejut itu terlihat mengkilap oleh darah, dirinya kemudian berpikir.
'Ini sesuatu yang buruk bukan?'
