Apa yang telah ku perbuat dalam hidupku?

Aku begitu pucat. Aku harus sering-sering keluar.

Aku harus makan lebih baik.

Posturku menyedihkan. Aku harus berdiri lebih tegak.

Orang akan lebih menghargai jika aku berdiri lebih tegak.

Apa yang salah dariku? Aku hanya ingin berteman.

Kenapa aku tak bisa berteman dengan orang?

Oh, iya. Itu karena aku sudah mati.

Aku seharusnya tak terlalu memaksa diri.

Maksudku, kami semua mati.

Gadis ini sudah mati. Pria itu sudah mati.

Pria yang berada di sudut itu jelas sudah mati.

Astaga, mereka terlihat mengerikan.

Aku ingin memperkenalkan diriku tapi aku tak ingat namaku lagi.

Seingatku awalannya "S", hanya itu yang ku ingat.

Aku tak bisa mengingat namaku, keluargaku atau pekerjaanku.

Meski dari pakaianku terlihat seperti seorang pelarian.

Kadang aku melihat mereka dan mencoba membayangkan kehidupan mereka dahulunya.

Kau dulunya seorang tukang kayu.

Kau dulunya anak seorang kepala desa yang kaya.

Kau dulunya seorang pelatih para jounin.

Dan sekarang kau mayat hidup.

Aku berusaha keras mengingat bagaimana semua ini bisa terjadi.

Bisa jadi akibat peperangan senjata kimia atau virus dari udara, atau dari monyet yang teradiasi.

Tapi itu sudah tak penting. Sekarang, inilah kami.

Ini adalah hari yang sama bagiku.

Aku berkeliling, adakalanya berbaur dengan orang, tak bisa meminta maaf atau berbicara apapun.

Dahulu pasti jauh lebih baik, saat semua orang bisa berekspresi lebih baik, mengungkapkan perasaannya, dan saling menikmati satu sama lain.

Kebanyakan dari kami menjadikan lapangan yang luas ini sebagai rumah.

Aku tak tahu kenapa.

Ku rasa, orang-orang menunggu di sini, tapi kami tak yakin apa yang kami semua tunggu.

Astaga. Orang-orang menyebut mereka, Boneys.

Mereka tak memperdulikan kami.

Tapi mereka memakan apapun yang jantungnya berdetak.

Aku juga, tapi setidaknya aku masih mencoba melawan rasa itu.

Suatu saat kami akan seperti mereka.

Ku rasa, dalam hal tertentu kau akan menyerah juga.

Kau kehilangan semua harapan. Setelah itu, tak ada jalan untuk kembali.

Astaga, menjijikan.

Berhenti. Berhenti! Berhenti mengelupasinya! Kau akan memperparahnya.

Oh, inilah yang harus ku persiapkan.

Ini cukup mengganggu.

Aku tak mau hidup begini.

Aku kesepian. Aku tersesat.

Maksudku, aku benar-benar tersesat. Aku tak pernah berada di tempat seperti ini sebelumnya.

Mungkin anak-anak itu juga tersesat.

Berkeliling tanpa tujuan yang jelas.

Apa mereka merasa terkurung? Apa mereka ingin lebih dari ini?

Atau apa aku saja?

Ini sahabatku.

Bersahabat, maksudnya kami bergumam dan saling bertatapan canggung satu sama lain.

Kadang kami bahkan pernah hampir berbincang-bincang.

Hari-hari berlalu seperti ini.

Tapi kadang-kadang kami berbicara. Bicara seperti...

"Lapar."

...dan...

"Desa."

Meski kami tak bisa berkomunikasi, kami memiliki selera makan yang sama.

Berjalan bergerombol cukup masuk akal, terutama orang-orang dan nenek mereka mencoba menembak kepalamu setiap waktu.

Astaga, jalan kami pelan sekali.

Ini bisa makan waktu.

-Warm Bodies-

Hai hai hai, minna ^^)/

Pernah liat film Warm Bodies? Dasar cerita fanfict ini berasal dari film itu dan akan ku buat berbeda dengan yg asli :D

Chapter ini cuma intro yg sama persis di awal film, emang sengaja di samain tapi ada sedikit yg berubah..

Dan untuk pairing, saksikan di chapter depan '3')b

Jadi, bagaimana pendapat kalian? Lanjut atau hapus?

Review kalian membuat ku semangat nulis dan rajin apdet :3

Review, saran, kritik, flame, pertanyaan kirim ke alamat di bawah ini *nunjuk kotak review*

Mind to review, minna? ^^