To Your Heart 1

Author: vanillablue

Cast: JinKibumTae, YunJae

Inspired by: Summer Breeze - Orizuka

Ini terinspirasi dari novel summer breeze nya Orizuka, mungkin ada sedikit kesamaannya, selebihnya ngarang bebas u.u

happy reading :)

.

.

.

Kibum adalah remaja berusia 17 tahun pengidap Dyslexia –suatu kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis–, yang membuat Kibum di cap bodoh oleh teman-temannya. Appa Kibum, Yunho, mengharuskan Kibum menjadi penerus perusahaannya, namun hal ini di tentang oleh umma Kibum, Jaejoong. Ia menginginkan anaknya untuk meraih cita-cita yang diinginkan sesuai kemampuan Kibum. Namun Kibum yang tidak ingin mengecewakan orangtuanya –terlebih ia anak tunggal, harapan orangtua satu-satunya–, ia belajar mati-matian untuk dapat mencapai nilai maksimal sesuai keinginan appanya. Dibantu oleh tetangga sekaligus teman sekolahnya –Jinki– yang dengan sabar mengajari Kibum, hingga akhirnya tumbuh benih-benih cinta dihati Kibum. Namun sayangnya Kibum harus menerima kenyataan bahwa Jinki sudah memiliki Taemin…

.

.

.

Suasana diruang makan keluarga Kim nampak tenang, hanya sesekali terdengar dentingan sendok dan piring beradu memecah keheningan. Sang umma dengan tanggap menuang air ketika melihat suaminya tersedak. Sedangkan sang anak sama sekali tak berminat dengan makanan yang dihidangkan, tidak nafsu makan.

"mmm.. aku sudah selesai.." Kibum membuka suara, menaruh gelas kosong yang isinya sudah ia teguk habis. Jaejoong mendongak, menatap bingung makanan yang sama sekali belum berkurang porsinya.

"Kibum, itu masih banyak nak.. habiskan makananannya"

"aku sudah kenyang umma.." jawab Kibum tak bersemangat. Melirik sekilas kearah appa nya yang hanya memasang wajah datar, tidak peduli. Kibum mendorong kursi yang ia duduki, bangkit dari duduknya hendak berjalan menuju kamarnya yang terletak dilantai dua.

"Kibum tunggu!" sergah Yunho. Kibum menghentikan langkahnya, menatap dengan takut wajah tegas sang appa, namun kasih sayang jelas terpancar dari sorot matanya yang tajam.

"n-ne.."

"bagaimana ulanganmu minggu ini? berapa nilai yang kau dapat?" tanya Yunho ketus, menatap tajam Kibum yang hanya terdiam.. Kibum tertunduk, memainkan jari-jari tangannya gugup.

"Kibum jawab appa!"

"em-empat puluh"

"mwo? hanya 40?" Yunho tersenyum sinis, ia mengepalkan kedua tangannya emosi. Jaejoong mengelus punggung suaminya, berusaha menenangkan. Ia tersenyum kearah Kibum yang masih menunduk.

"gwenchana sayang.. setidaknya itu lebih bagus dari minggu lalu eum.. kau hebat" ucap Jaejoong menghibur, berusaha menengahkan suasana yang menegang, seolah sangat mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.

"appa akan carikan satu guru les lagi untukmu" ucap Yunho acuh.. meneguk mocca nya cepat, tidak mempedulikan tatapan tidak suka sang istri.

"Yun, kau gila! Kibum sedang menjalani lebih dari lima les.. kau hanya akan menambah bebannya kau tahu!" protes Jaejoong dengan suara yang meninggi, jelas saja membuat suaminya semakin emosi ditambah dengan suasana yang semakin menegang diantara keduanya.

"tidak lama lagi dia ujian kelulusan.. bagaimana dia bisa melanjutkan study ke Sorbonne? bagaimana dia bisa meneruskan perusahaan jika begini?!" balas Yunho dengan suara yang tidak kalah meninggi. Jaejoong menghela nafas.. ia melemah, tidak ingin meladeni sikap keras kepala suaminya.

"kau sangat tau kemampuan Kibum.. kau tau kalau dia disleks-"

"aku tau Jae! AKU TAHU! Bukan berarti itu tidak bisa disembuhkan-"

"bukan seperti ini caranya!"

"harus dengan cara apa?! demi Tuhan aku malu Jae! AKU MALU PUNYA ANAK BODOH SEPERTI DIA!"

PLAKK

Sebuah tamparan sangat keras mendarat dipipi mulus Yunho. Kibum tersentak, belum pernah melihat umma nya sekasar ini. Jaejoong dan Yunho memang tidak sejalan. Disaat Jaejoong menginginkan Kibum bersekolah di sekolah khusus penderita disleksia, tapi Yunho malah menyekolahkannya di sekolah bertaraf internasional.. tentu bisa dibayangkan bagaimana Kibum jungkir balik mengejar ketertinggalannya dari murid-murid lain yang kemampuannya jauh diatas rata-rata darinya. Begitu pula saat Yunho membebani Kibum sebagai penerus perusahaan yang lagi-lagi ditentang oleh istrinya, sungguh membuat Kibum dilemma. Ia harus berpihak pada siapa? harus menuruti yang mana? Demi Tuhan Kibum sangat menyayangi keduanya, ia tidak ingin membuat salah satunya kecewa..

"kau sama sekali tidak pantas mengatakan hal itu" lirih Jaejoong dengan suara yang bergetar, mulai menangis. Yunho mengacak rambutnya kasar, merutuki kecerobohannya sendiri. Ia tidak bisa melihat istrinya menangis, harusnya ia menyadari jika menyakiti Kibum sama saja menyakiti istrinya. Terkadang Jaejoong memang jauh lebih sensitif dibanding Kibum.

"u-umma gwenchana?" Kibum bertanya pelan, sungguh baru kali ini Kibum melihat orangtuanya begini. Mereka memang sering berselisih pendapat, tapi Kibum tidak pernah melihat umma nya sampai berlaku kasar begitu, ia tahu umma nya terlalu mencintai appanya.

"u-umma.."

"Kibum masuk ke kamar nak.."

"ta-tapi"

"masuk umma bilang!"

.

.

.

Kibum merebahkan tubuh rampingnya diatas ranjang. Pikirannya melayang, teringat lagi dengan perkataan ayahnya yang entah sudah keberapa kali mengecap dirinya bodoh. Tidak, ia tidak sakit hati, memang ini kenyataan.. ia hanya merasa khawatir dengan kedua orangtuanya yang terus-terusan bertengkar hanya gara-gara dirinya. Menghela nafas berkali-kali, Kibum memijit pelipisnya yang pening. Lelah, rasanya ia sudah terlalu lelah dengan kehidupannya saat ini. Jika waktu bisa diulang, bolehkah Kibum menginginkan terlahir sebagai anak pintar seperti kebanyakan orang? Setidaknya ia ingin menjadi anak yang bisa dibanggakan kedua orangtuanya..

"oh.." Kibum sedikit terlonjak ketika merasa kasurnya bergerak, seperti ada orang yang mendudukinya. Dan benar saja, ketika ia menoleh, ia melihat sosok lelaki tampan berpipi chubby sedang tersenyum kearahnya. Kibum menghapus airmatanya kasar, lalu buru-buru bangkit dari tidurnya.

"Jinki.. sejak kapan kau disini eoh?"

"sejak tadi.. waeyo?" jawab Jinki dengan muka tak berdosanya. Kibum kesal, ia dorong bahu Jinki keras, lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Kibum dapat melihat tangga yang digunakan Jinki untuk bisa menyusup kedalam kamarnya. Ck, kadang Kibum merasa sebal dengan lelaki itu, dia seperti pencuri yang dengan seenaknya keluar masuk kamarnya tanpa permisi. Tapi Kibum tidak mempermasalahkannya, justru ia sangat senang.

"apa yang terjadi?" Jinki menarik pundak Kibum menghadapnya, menatap dalam mata Kibum yang berkaca-kaca. Jinki tau Kibum habis menangis. Sakit.. ia sangat mengerti apa yang Kibum rasakan. Perlahan Jinki menggerakkan tangannya menghapus sisa airmata dipipi Kibum. Tanpa Jinki ketahui, Kibum berusaha memendam kegugupannya, meredam degup jantungnya yang mulai berdetak tak karuan. Sentuhan hangat Jinki membuatnya melayang, semoga Jinki tidak menyadari pipinya yang memerah, pikir Kibum.

"kau tidak bersama Taemin? harusnya kalian pergi berkencan bukan?" tanya Kibum mengalihkan suasana, menyingkirkan tangan Jinki yang masih menempel dipipinya. Jinki hanya tersenyum kecut, ia menyandarkan kedua tangannya dipagar pembatas balkon kamar Kibum.

"Taemin.. dia.. sedang ada acara bersama keluarganya.. merayakan kelulusan hyung nya dari Oxford University"

"hebat.. keluarga mereka memang sangat jenius" puji Kibum sambil tersenyum miris. Sadar betul sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa menandingi Taemin, lelaki dengan segala kesempurnaannya.. cantik, pintar, peraih medali emas olimpiade fisika internasional dan juga merupakan anak bungsu dari pemegang saham terbesar di Seoul International High School. Sedangkan dirinya? Ia hanya anak bodoh yang selalu mendapat remedial setiap kali ulangan, selalu mendapat rekor terburuk dengan menduduki peringkat paling bawah disekolahnya.. Bagaimana bisa Jinki tidak tertarik dengan Taemin? Mereka sama-sama pintar.. Jinki merupakan juara bertahan olimpiade matematika internasional. Mereka cocok satu sama lain, mungkin ini yang membuat Kibum menciut. Sampai kapanpun ia tidak pernah bisa bersanding dengan Jinki. Jinki dan Kibum bagai langit dan bumi, Jinki pintar sedangkan Kibum bodoh.

"mmm.. Kibum.." panggil Jinki pelan. Kibum menoleh, sedikit memberikan senyum tipisnya. Jinki merogoh saku jeans nya, mengambil sebuah benda berwarna hitam, sebuah mp3 player. Jinki menarik tangan Kibum, memberikan mp3 itu ke tangan Kibum.

"ini apa?" tanya Kibum tidak mengerti. Jinki tersenyum, ia kembali mengambil mp3 playernya kemudian menyalakannya keras-keras.

[No matter how close we are, I know that I cant love you anymore

I can't miss you, waiting for you makes me tired

I can't endure anymore and I can't realize this

The name I loved once in this life

Has becoming further and further away from me

I am writing your name on a paper and forever kept it in my heart

From that day I only realized that I will only loved you forever

Love that can't be together can also be known as Love]

Mata kucing Kibum melebar, kaget mendengar suara nyanyian dari mp3 player itu. Itu.. rekaman suara dirinya, bagaimana Jinki bisa tahu.. selama ini Kibum tidak pernah bernyanyi didepan orang lain, termasuk Jinki.

"i-ini.."

"ne.. merdu bukan? Aku ingin suatu saat nanti aku bisa melihatnya bernyanyi dipanggung yang sangat megah, ditonton oleh jutaan orang yang terperangah kagum padanya" ucap Jinki berbinar. Kibum terpaku, matanya kembali panas. Mendongakkan kepalanya keatas, Kibum berusaha menahan airmatanya agar tidak pecah.

"kau ini bicara apa hah?!" ucap Kibum dingin, memalingkan wajahnya menghindari Jinki. Lelaki tampan itu lagi-lagi tertawa, ia kembali menarik tangan Kibum lalu memberikan mp3 player itu lagi.

"jangan pura-pura.. ini yang kau inginkan.. menjadi penyanyi besar" sinis Jinki. Kibum tak bisa bersuara, airmata yang ia tahan mati-matian kini mulai menetes.

"jangan paksakan diri untuk menuruti keinginan appamu.. Kibum, raih apa yang kau inginkan.. aku yakin kau bisa meraihnya" Jinki menangkupkan kedua tangannya ke pipi tirus Kibum. Menatap lekat mata kucing Kibum yang terus menetesi butiran bening. Entah kenapa hati Jinki bergetar melihat Kibum seperti ini, ini aneh.

"jangan sok tahu! keinginanku masuk Sorbonne University.. dan aku yakin aku bisa masuk kesana" Kibum mengelak, menyentak tangan Jinki kasar. Melempar mp3 itu ke dada Jinki hingga akhirnya jatuh berkeping-keping dilantai.

"Bukankah kau juga ingin kesana? Kita bisa masuk bersama-sama" ucap Kibum angkuh sebelum meninggalkan Jinki masuk ke kamarnya. Menggeser pintu balkon kamarnya, Kibum menatap Jinki sebentar kemudian menutup gordennya kasar.

"kau tidak bisa berpura-pura didepanku Kibum"

.

.

.

Kibum menatap bayangan dirinya didepan cermin, tangannya sangat lihai memasang dasi dikerah kemejanya. Menyisir rambut hitamnya rapih, Kibum sedikit memoles bagian bawah matanya dengan bedak untuk menutupi mata pandanya. Tanpa diketahui siapapun, setiap malam Kibum selalu terbangun. Ia gunakan waktu itu untuk belajar, entah itu mengerjakan tugas ataupun sekedar belajar membaca dan menulis. Meskipun sudah kelas tiga, Kibum masih belum lancar dalam melakukan aktifitas membaca dan menulis, itu sebabnya dia selalu lambat dalam menangkap pelajaran. Lalu bagaimana bisa dia selalu naik kelas? yah, meski dengan usaha kerasnya saja tidak cukup kecuali ditambah dengan 'bantuan' orangtuanya, tentu dengan mudah Kibum bisa naik kelas.

"mmm.. tidak terlihat.." gumam Kibum sambil meneliti wajahnya. Ia tidak ingin orangtuanya tahu, terlebih umma nya. Apalagi umma nya itu sangat memperhatikan kesehatan Kibum, jika Kibum merasa sakit sedikit saja, umma nya pasti akan sangat khawatir. Kibum berjalan menuju meja belajarnya, memasukkan beberapa buku paket kedalam ranselnya. Pandangannya terhenti, tertuju pada dua buah kertas yang ia selipkan diantara buku paket itu. Kibum menarik kertas tersebut, memandang dengan tidak mengerti tulisan-tulisan yang sungguh membuat kepala Kibum pening. Ditangan kanannya ia pegang brosur 'Sorbonne University' sementara ditangan kirinya ia pegang formulir 'Korean Idol'. Kibum menghela nafasnya panjang, memejamkan matanya sejenak, sebelum akhirnya ia memasukkan formulir itu kedalam laci.

"Sorbonne pilihan yang tepat" ucap Kibum mantap. Walaupun Kibum sendiri tidak yakin, apakah ia bisa masuk kesana. Sorbonne, salah satu universitas ternama dimana para tokoh dunia pernah menginjakkan kakinya belajar disana. Apa bisa seorang Kim Kibum yang bodoh bisa masuk kesana? Apa bisa seorang anak pengidap disleksia seperti dirinya diberi kesempatan untuk belajar disana?

.

.

.

"Kibum~"

Kibum menghentikan langkahnya menyusuri lorong kelas ketika merasa ada seseorang yang memanggilnya. Menoleh ke belakang, Kibum berusaha tersenyum melihat sepasang lelaki tampan dan cantik mendekat kearahnya.

"kau mau ke kantin Kibum?" tanya si cantik –Taemin– ramah, senyum tidak pernah luntur dari bibir plum nya.. Kibum mengagguk, menatap tidak suka kearah Taemin yang menggandeng lengan Jinki mesra. Yah, Kibum cemburu..

"mm.. yeobo.. kita ajak Kibum makan bersama bagaimana?" Taemin meminta pendapat. Sementara lelaki tampan itu tidak menggubris, ia memperhatikan Kibum secara rinci. Jinki dapat menangkap raut wajah lelah Kibum. Ia tahu Kibum pasti lembur lagi. Tidak jarang Jinki mendapati lampu kamar Kibum terang benderang saat tengah malam.

"yeobo.."

"yeobooo.."

"ah.. n-ne.. Kibum bisa ikut kita" jawab Jinki gelagapan. Taemin menatap Jinki menyelidik, bergantian menatap Kibum yang menunduk. Taemin merasakan ada sesuatu yang aneh diantara mereka berdua. Tapi apa?

"kajja Kibum"

.

.

.

"Taeminnie.. makannya pelan-pelan sayang" ucap Jinki manja. Menghapus saus yang menempel dibibir Taemin, Jinki kembali menyuapkan sepotong burger ke mulut Taemin. Taemin dengan senang hati menerimanya, ia sedikit mengangakan mulutnya memberi jalan agar burger itu bisa masuk.

"enak sayang?"

"ne.. enak sekali.." jawab Taemin riang, mengacungkan kedua jempolnya lalu memberikan kecupan singkat di pipi Jinki. Tanpa mereka ketahui sepasang mata menatapnya iri, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

"ah, Kibum.. aku dengar kau ingin melanjutkan ke Sorbonne ya?" Taemin menoleh kearah Kibum yang langsung melengos, hampir saja ketahuan karena sedari tadi ia terus memperhatikan gerak-gerik Jinki dan Taemin.

"kenapa? Apa kau pikir aku tidak bisa masuk kesana?" ucap Kibum angkuh, berpikir bahwa Taemin sedang meremehkannya.

"Kibum, aku tidak berpikiran seperti itu.. aku hanya ingin memberimu semangat" ucap Taemin tidak terima. Bertahun-tahun ia mengenal Kibum, baru kali ini Kibum bersikap ketus padanya. Dan lagi, Taemin tidak pernah sekalipun meremehkan Kibum, bahkan tidak jarang juga Taemin mengajari Kibum sama seperti Jinki.

"jangan munafik!"

"Kibum kau ini bicara apa?"

"kalian orang-orang pintar hanya bisa meremehkan orang bodoh sepertiku!" ketus Kibum lagi, kali ini sambil menggebrak meja keras. Beranjak dari duduknya, Kibum melirik sekilas kearah Jinki yang sedikit kaget dengan sikap Kibum sebelum akhirnya mulai berlari meninggalkan pasangan itu.

"Kibum tunggu~"

"yeobo.. Kibum kenapa? apa aku punya salah padanya?" tanya Taemin gelisah. Jinki menggeleng, ia menarik Taemin kedalam pelukannya, memberikan kenyamanan pada namja cantik itu, juga memberikan kecupan singkat dikepala Taemin.

"jangan dipikirkan eum.. dia hanya sedang lelah"

.

.

.

Jaejoong tak henti-hentinya mengembangkan senyum memperhatikan Kibum yang tertawa lepas menonton kartun kesukaannya. Entahlah, ia senang sekali melihat Kibum ceria seperti ini, seolah beban yang selama ini Kibum pikul hilang seketika. Jaejoong mengelus kepala Kibum sayang, berada didekat adeul satu-satunya ini kembali membuat lelaki cantik 40 tahun itu merasa bersalah. Menyesal karena keterlambatannya mengetahui penyakit Kibum saat Kibum sudah memasuki usia junior high school, dikarenakan Jaejoong yang kala itu masih sibuk bekerja mengelola restaurant nya, ia jadi melupakan Kibum, tidak memperhatikan prestasi Kibum yang terus memburuk. Seandainya ia mengetahui sejak awal, mungkin disleksia Kibum bisa disembuhkan sedikit demi sedikit.

"umma.. lihat, mereka lucu sekali.. hahaha.." Kibum membuyarkan lamunan jaejoong, tertawa terpingkal-pingkal sambil menujuk kearah televisi yang mempertontonkan adegan spongebob dan sahabatnya Patrick sedang bertengkar memperebutkan benda yang menurut Kibum tidak berguna sama sekali. Jaejoong ikut tertawa, sesekali mencuri pandang kearah Kibum yang semakin terbahak.

"iya sayang.. mereka lucu seka-"

PIP~

Kibum dan Jaejoong menghentikan tawa mereka, menoleh bersamaan kearah orang yang telah menganggu kesenangan mereka. Yunho, secara tiba-tiba mematikan televisi yang sedang mereka tonton.

"bukan waktunya bersantai-santai.." ucap Yunho seperti biasa dengan nada yang sama sekali tak enak didengar. Jaejoong berdecak, menatap sebal suaminya.

"bisakah kau memberikan waktu sedikit saja untuk Kibum beristirahat? Seharian dia sudah habiskan waktunya untuk belajar di sekolah dan tempat les.. setidaknya biarkan dia untuk merefreshkan otaknya" Jaejoong membela, menarik tangan Kibum berniat meninggalkan Yunho, namun segera ditahan oleh Kibum.

"mmm.. umma.. benar apa yang dikatakan appa.. ini memang sudah waktunya aku belajar" Kibum mencoba mencairkan suasana, menatap penuh harap pada sang umma. Jaejoong menghela nafas. Selalu seperti ini, ia tidak pernah bisa menolak keinginan Kibum.

"umma temani.."

"tidak usah.. umma temani appa saja eum" Kibum perlahan melepaskan tangan Jaejoong yang masih menggenggamnya, memberikan sedikit kecupan di pipi tirus Jaejoong kemudian tersenyum tipis kearah Yunho yang sama sekali tidak membalas senyuman Kibum.

"ah Kibum.." Yunho sukses menghentikan langkah Kibum yang hampir menaiki tangga. Membalikkan badannya, Kibum ragu-ragu menatap wajah ketus sang appa.

"appa berharap banyak padamu.. jangan kecewakan appa" Yunho tersenyum samar, senyum yang baru pertama kali Kibum lihat, dan itu manis sekali menurut Kibum.

"n-ne.. aku akan berusaha sebaik-baiknya"

.

.

.

Kibum menghempaskan pantatnya di kursi belajarnya. Mengambil sebuah buku sastra yang cukup tebal, Kibum mulai membuka dan mempelajari buku tersebut. Pusing dan mual itu yang pertama kali Kibum rasakan ketika melihat deretan tulisan-tulisan yang sama sekali tak ia mengerti. Tulisan bagi penderita disleksia, sama halnya bagi orang normal yang tidak mengerti dengan bahasa yang diucapkan seseorang ketika sedang berada di Negara orang lain. Bingung dan seperti orang tersesat, itulah yang Kibum rasakan ketika membaca tulisan-tulisan itu.

"argghh.." Kibum mengacak rambutnya, menutup kasar buku sastranya. Percuma, sekeras apapun ia berusaha, sebanyak apapun les yang ia jalani, ia tidak akan pernah bisa mengerti. Menyerah, rasanya Kibum ingin sekali meyerah. Ia sudah lelah dengan semua ini. Kibum menghela nafasnya berat, menatap sendu tumpukan buku-buku yang tergeletak tak beraturan dimeja belajarnya. Buku-buku leadership, entrepreneurship, management strategic, dan buku-buku lainnya mengenai seluk beluk bisnis pemberian Yunho yang wajib Kibum pelajari sejak usia remaja sungguh membuat kepala Kibum ingin pecah. Setiap bulan Yunho akan memberinya buku baru yang harus Kibum pelajari, sedangkan untuk membaca dan memahami satu halaman saja membutuhkan waktu paling tidak satu minggu lebih bagi Kibum.

"tidak boleh menyerah" Kibum meyakinkan dirinya sendiri. Membuka laci meja belajarnya, Kibum mengambil sebuah buku partitur musik. Perlu diketahui, walaupun Kibum tidak pandai membaca tulisan, tapi ia sangat mahir membaca not-not balok. Baginya not balok itu jauh lebih mudah dimengerti daripada tulisan.. tidak heran jika sebenarnya nilai mata pelajaran kesenian Kibum sangat sempurna, tentu hal itu sama sekali tidak membanggakan menurut Yunho. Kibum membuka buku musik itu pelan, tersenyum miris menatap deretan not balok ciptaannya sendiri. Menggelengkan kepalanya, Kibum meyakinkan sekali lagi bahwa mulai sekarang ia harus mengubur impian itu demi orangtuanya.

"Kibum.."

Kibum tersentak, refleks ia masukkan buku musik itu kedalam laci. Melirik kesal Jinki yang datang secara tiba-tiba seperti biasa.

"kau seperti pencuri" sinis Kibum, bangkit dari duduknya menuju balkon kamarnya. Jinki mengikuti, ia pandangi Kibum yang memejamkan matanya sambil merentangkan tangannya menghirup udara malam yang dingin. Jinki perhatikan seksama wajah Kibum, ia menangkap setetes airmata keluar dari pelupuk mata kucing Kibum. Miris, Jinki selalu bisa merasakan sakit yang Kibum rasakan.

"Kibum.. jangan berpura-pura lagi" lirih Jinki, tidak kuat melihat Kibum seperti ini. Kibum membuka matanya, menghapus airmatanya sebelum beralih menatap Jinki. Kibum tersenyum miris mengingat orang yang ada dihadapannya, orang yang sangat ia cintai ini sudah memiliki orang lain yang merupakan sahabatnya, teman baiknya. Ck, bahkan cinta saja tidak mau berpihak pada Kibum.. nasibnya benar-benar miris.

"jangan memaksakan diri–– Ki-Kibum" Jinki kaget ketika Kibum tiba-tiba memeluknya sangat erat. Tubuh Jinki menegang, tidak bisa berbuat apa-apa.. bahkan untuk menggerakkan tangannya mengelus punggung Kibum saja tidak Jinki lakukan. Ia dapat merasakan t-shirt nya mulai basah, Kibum menangis dalam pelukannya.

"balas pelukanku.." mohon Kibum disela-sela isakannya. Jinki bingung, merasa canggung dengan sikap Kibum, tapi Jinki tidak memungkiri bahwa ada rasa nyaman ketika Kibum memeluknya seperti ini. Sama nyamannya ketika ia sedang memeluk Taemin.

"ta-tapi"

"Taemin tidak akan tahu, aku mohon" Kibum menyusupkan kepalanya semakin dalam ke leher Jinki, menghirup aroma wangi tubuh Jinki. Kali ini Jinki bisa merasakan airmata Kibum semakin banyak menetes menghangatkan kulitnya. Jinki tidak bisa berkutik, tangannya masih kaku untuk sekedar bergerak merengkuh Kibum, tapi hatinya bergejolak ingin melakukan, Jinki bingung.

"Jinki aku mohon balas pelukanku sedetik saja.. aku jamin Taemin tidak akan tahu" Kibum semakin memohon sambil terisak semakin keras, sedangkan Jinki masih tetap diam. Tidak, dia tidak takut tentang Taemin, yang ia takutkan perasaannya pada Taemin akan mulai memudar ketika ia mengikuti kata hatinya untuk memeluk Kibum. Jinki akui, ada getar-getar aneh yang menyelimuti dirinya saat ini, getaran yang sama ia rasakan saat pertama kali bersama Taemin.

"tidak apa kalau kau tidak ingin melakukannya.. tapi biarkan aku memelukmu seperti ini" Kibum menyerah, ia sedikit mengendurkan pelukannya pada lelaki tampan yang sama sekali tak berminat membalas pelukannya. Kibum tidak ingin egois, ia tidak ingin memaksakan Jinki, baginya cukup memeluk Jinki seperti ini, cukup mencintai Jinki secara sepihak, itu sudah membuatnya senang.

"Ji-Jinki.." kali ini Kibum yang terlonjak ketika Jinki mengeratkan pelukan Kibum yang mengendur. Yah, Jinki membalas pelukan Kibum, memberikan sandaran pada lelaki cantik yang terus menangis itu. Dan bersamaan itu pula, getaran yang Jinki rasakan justru semakin aneh ketika posisi mereka seperti ini, Jinki tidak mengerti.

"jangan menangis" Jinki menenangkan, mengelus punggung Kibum yang semakin bergetar. Jinki gugup, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Selama ini Jinki merasakan hal itu pada Kibum, tapi Jinki menganggap itu hanya sekedar rasa simpati pada lelaki cantik itu, tapi kali ini Jinki benar-benar dibuat bingung dengan perasaannya. Ini lebih dari sekedar rasa simpati.

"go-gomawo" ucap Kibum, tangisnya mulai reda. Kibum tahu, jinki memang memberikan sensasi berbeda, Jinki bisa meringankan sedikit bebannya. Mengeratkan tangannya dipinggang Jinki, Kibum memejamkan matanya menikmati moment singkat ini. Sementara lelaki tampan itu mulai memberanikan diri mengecupi kepala Kibum, ia tahu ia berkhianat pada Taemin.. tapi perasaan ini, perasaan yang Jinki rasakan tidak bisa ia elak.. ini lebih dari rasa simpati, bukan sekedar perasaan seorang sahabat. Tapi ini.. cinta..

.

.

.

Bersambung…