Disclaimer : NARUTO milik Masashi Kishimoto

Pair : ada ajaaa... hehehe (author sok sok misterius). Yang jelas, di sini ada karakter Sasuke (pacarkuu) (Sai lewat) (author mencuri senyum dan pandang ke arah Sai) (authornya genit), Karin, Suigetsu, dan Juugo. Kira - kira author nge-pair Karin sama siapa nih? Selamat menebak!:p

WARNING : Gak jelas, drama queen, miss curhat, miss typo, alay, OOC (binggow), ceritanya terlalu pendek (ew), dan yang terpenting masih pemula! hehe (makasih para pembaca, tanpa kalian aku bukan apa - apa) (dengan muka bersungguh - sungguh cenderung memelas)

Hope y'all like it!

Author selalu menunggu review dari kalian (sudah terlalu lama sendiri) (lho kok jadi gak nyambung)

Happy Reading^^

-ooo-

TAMPAN - GAGAK - GAJAH - HIU

Part 1

-ooo-

When you love someone...

Pasti ada rasa bahagia. Ada rasa senang yang menyelimuti hati kita. Hati kita seakan - akan menjadi hati yang selalu kuat, tak akan pernah rapuh lagi. Ada rasa di mana kita semangat menjalani hidup hanya karena ingin selalu melihat orang yang kita sayang, kita cintai. DIA yang benar - benar bikin kita lupa akan hal yang lainnya. Seakan - akan kita dan orang yang kita sayang hanya hidup di dunia yang luas ini.

And, when you love someone...

Pasti kalian bakal benar - benar hanya fokus sama dia. Gak bakalan ada yang lain selain dia, untuk dia... pokoknya tentang dia, deh! Hidup kalian seakan - akan hanya ditakdirkan cuma dihabiskan buat dia. Dan menyenangkannya lagi kalau orang yang kalian sayang membalas rasa sayang kalian. Beh, tambah - tambah deh, kalian bisa nge - fly setiap hari, sampai - sampai ingin hidup terus dengan dia. Bersama dia untuk menghabiskan sisa waktu bersama.

"Eh, Karin! Jalan liat - liat dong make mata! Kerjaannya jangan melamun aja!"

But, when you love someone...

It hurts. Gimana perasaan kalian, kalo kalian suka bahkan sayang setengah mati sama dia, cuma dianya gak ngelakuin hal yang sama ke kalian? Tragis kan? Itu yang dialami sama aku.

Aku sudah cukup lama menyukai Sasuke semenjak dia ngedatengin aku dan ngajak aku untuk gabung di tim-nya.

"Kurasa, aku akan cocok bekerja sama denganmu. Jadi, bagaimana? Apakah kau mau bergabung denganku?"

Mendengar hal itu, aku merasa aku yang paling spesial. Aku merasa aku sangat dibutuhkan oleh Sasuke. Iya, Uchiha Sasuke, bukan Sasuke yang lain.

Tapi, kenyataan itu berubah karena aku tau dia tidak hanya mengundangku untuk masuk tim-nya. Ternyata, ada salah satu cowo lain yang diundang Sasuke. Aku tau, meski itu berbeda kelamin denganku, aku tetap saja kesal. Ternyata, aku diundang karena aku sekedar dibutuhkan saja. Artinya aku tidak spesial. Cowo itu bernama Juugo. Laki - laki gila itu yang membuatku menjadi tidak spesial. Sialan.

Dan, ke-spesial-anku bukan Juugo saja yang menghalanginya. Aku dengar, katanya Sasuke mengundang satu cowo lagi. Kalau gak salah namanya... Sugestiu... Sugeti... Suigeu... entahlah siapa namanya aku juga lupa.

Dan menurutku itu gak terlalu penting.

Sudah kubilang, yang terpenting dalam hidupku hanyalah Sasuke.

Iya, Uchiha Sasuke, bukan yang lain.

-ooo-

"Eh, udah selesai belom dandannya? Lama bener!"

Ini dia cowo yang sok kekar, padahal mah gila abis.

"Sabar napa, lo gak tau apa gue lagi dandan! Lagian, lo kepagian nyamperin gue- Oh! Bahkan lo nyamperin gue di saat gue lagi kayak gini!" kataku tak kalah sinis.

"Hah, lebai amat lo. Emang dandan buat siapa sih? Buat dapet cengiran dari Sasuke?! Jangan mimpi! Lagipula, ini udah siang, Rin! Sepertinya lensa kaca mata lo udah gak berfungsi dengan semestinya deh!" ceramah Juugo panjang lebar.

Huh, aku benar - benar malas kalau disuruh menghadapi cowo satu ini! Udah ceramah, sok bijak, huh pokoknya menyebalkan!

"Iya, iya tau kok! Bentar lagi! Lagipula, gue memangnya suka sama Sasuke?!" aku masih merapikan bajuku.

"Halah, cuma orang buta yang gak tau kalo lo suka sama Sasuke! Cepet, lo kayak gak apal Sasuke aja sih. Dia bisa - bisa marah kalo tau kita telat! Udah gitu alesannya kan gak lucu kalau telat karena lo kelamaan dandan!" Juugo mulai marah.

Haha, Juugo lucu banget.

Tak lama setelah pertengkaran kecil tadi, aku membereskan semuanya. Memastikan lagi kalau aku sudah siap mendapat misi dari Sasuke. Ehem, lebih tepatnya misi dari Sasuke untuk dikerjakan olehnya dan tentunya timnya.

Seketika, aku dan Juugo mulai melesat dengan cepat.

Ahh, sudah tak sabar rasanya aku bertemu dengan Sasuke. Mendengarnya berbicara, melihat matanya yang hitam berkilau, mencium aroma tubuhnya yang dihembuskan oleh angin, dan tetap menunggunya menyatakan perasaannya padaku. Uhuk, sepertinya yang terakhir itu mimpi ya.

Ah, peduli apa? Selama aku bisa bertemu dengan Sasuke, itu tidak menjadi masalah untukku.

"Karin, sekali lagi gue liat lu bengong, habis lo sama gue!" Juugo menghancurkan pikiranku tadi. Uhuk, mimpiku lebih tepat.

"Sabar dikit napa sama cewe! Ini gue udah cepet!" kataku mempercepat gerakan kakiku lagi.

"Gue tau lo sudah cepat, tapi bisakah lo gak melamun? Lamunin apa lo? Sasuke? Atau orang yang bakal di rekrut Sasuke?" tanya Juugo masih melihat ke arah depan. "Jangan - jangan mikirin gue lagi."

"Huh! Gak banget ya! Tau apa lo soal perasaan cewe? Lagipula, gue memikirkan orang yang akan direkrut Sasuke, rasanya mustahil! Gue saja tidak tau wajahnya seperti apa. Dan namanya siapa? Sugestiu? Sugeti? Suigeu?"

"Suigetsu," ralat Juugo. "Udah ah, kita harus cepat - cepat kalau tak mau kena omel Sasuke!"

"Iya!" kataku. Lebih tepatnya berteriak. Lebih tepatnya lagi berteriak sambil mengumpat dalam hati.

-ooo-

"Ehem, lama sekali kalian."

Jeder! Bak seperti disambar petir, aku dan Juugo pun pelan - pelan mendekati Sasuke.

"Ma... maaf kami terlambat," aku yang menyesal duluan. Sungguh, aku gak mau liat Sasuke yang tampan berubah menjadi Sasuke yang menyeramkan. Sekali.

"Sudahlah, gue punya misi untuk tim kita kali ini," ujar Sasuke. Duh! Untung Sasuke gak marah!

"Apa itu?" kali ini Juugo melontarkan pertanyaan.

"Jadi, gue ingin mencari pedang milik Momochi Zabuza..."

"M-momochi Z-zabuza?" aku pun mulai takut mendengar nama itu. Bagaimana tidak? Momochi Zabuza adalah seorang dari Tujuh Shinobi Pemegang Pedang legendaris. Mendengarnya saja sudah membuatku bergidik ngeri, dan perut terasa diperas. Uh!

"Iya," kata Sasuke beberapa saat setelahnya.

"Haha, lo kenapa? Takut? Haha, cewe penakut," kata Juugo lalu tergelak.

"Gak lucu tau!" aku menyikutnya. Dia pikir ini lelucon apa?

"Tenang saja, Momochi Zabuza telah meninggal beberapa tahun lalu. Gue cuma ingin mengambil pedang miliknya," kata Sasuke.

"Untuk apa?" tanyaku bingung. Tak mungkin kan Sasuke ingin memakainya? Dia sudah cukup tampan dengan atau tanpa pedang itu. Lagipula, dia cukup keren dengan seluruh jurus dan kekuatan yang dia miliki. Setidaknya sanggup membuatku meleleh, dan membuat jantungku berdegup lebih cepat dari yang biasanya.

"Jadi, kalian semua tau kan kalau gue ingin merekrut Suigetsu? Suigetsu bilang, dia mau bergabung dengan kita, asalkan gue memberinya pedang itu," kata Sasuke.

"Pedang itu?" tanyaku bingung.

"Pedang Momochi Zabuza lah, pedang apalagi?" Juugo mendengus.

"Apa sih? Yaudah jawabnya santai dong. Gue juga nanyanya ke Sasuke, bukan ke lo! Jadi, kita bakalan ambil pedang Momochi Zabuza?" tanyaku pada Sasuke dengan senyuman yang paling manis. Ya, aku usahakan.

"Ya," Sasuke hanya menjawab singkat, sedangkan aku bisa mendengar Juugo yang tertawa pelan. Dengan tindakannya itu, aku membalas Juugo dengan tatapan ingin menerkam.

"Jadi, apakah kalian mau bergabung dan ikut bersama gue untuk misi ini?" tanya Sasuke. Hanya hening yang menjawab.

Aku masih menimbang - nimbang ingin ikut atau tidak. Memang sih melakukannya bersama Sasuke yang kucintai. Ditambah lagi, Momochi Zabuza sudah mati. Tapi... melakukan misi ini hanya untuk orang yang tidak aku kenal membuatku ogah. Sedangkan Juugo sibuk dengan keabnormalan yang dia derita sejak lama. Itu sih, menurutku saja.

"WOI JADI GIMANA?!" Sasuke mulai tidak sabaran.

"Aku i-iya," kataku takut - takut, tapi sebisa mungkin aku tersenyum.

"Juugo?" tanya Sasuke dengan sorotan matanya yang tajam.

"Gue sih iya saja. Tadinya, gue mau lihat reaksi wajah Karin memucat dan ketakutan. Tapi ternyata, Karin punya nyali juga," sindir Juugo. Aku heran kenapa dia sangat menyebalkan.

"Hiiih, sudah berapa kali sih dibilang? Lo gak akan pernah tau perasaan cewe! Lagipula kan tadi Sasuke sudah bilang kalau Momochi Zabuza sudah meninggal! Kita hanya mengambil pedangnya saja!" teriakku kesal lalu menginjak kaki Juugo. Kulihat Juugo mengaduh kesakitan.

Hmm... jujur saja, Juugo ada benarnya. Ya walaupun sedikit, rasio-nya hanya 50 : 1. Meski aku tidak takut, aku tetap saja malas mengerjakan misi yang tidak ada hubungannya dengan percintaanku dengan Sasuke. Males! Buang - buang waktu saja!

Tapi apa boleh buat? Selama Sasuke yang memintanya, pasti hatiku langsung mengiyakan. Entah kenapa. Pesona Sasuke sudah terlalu jauh menarikku, sehingga aku suka padanya sampai seperti ini.

"Baiklah, dengan ini gue menyatakan misi dilaksanakan!" kata Sasuke diakhiri dengan anggukanku dan Juugo.

-ooo-

Aku menatap sebuah danau yang tenang. Sesekali aku merasakan hadirnya angin di sampingku dan dengan genitnya dia membelai rambut merahku. Kulihat Sasuke datang menghampiriku, dan duduk di sampingku. Iya, aku sedang duduk di sebuah bangku sambil menatap danau tersebut.

"Hei Karin. Kau tampak cantik hari ini." katanya membuat mulutku terkunci rapat.

Ada apa aku ini? Bukan seharusnya aku senang ya? Kenapa mendadak diam seperti ini?

Aku benar - benar seperti tak punya mulut.

"Karin, aku beruntung bisa di dekatmu. Melihat rambut merahmu itu, benar - benar menarik perhatianku. Kamu sangatlah spesial, Karin."

Untuk yang kesekian kalinya aku diam.

Ke mana mulutku?

Entahlah, aku juga tidak tau.

"Karin, aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa dirimu. Dirimu seakan - akan mengingatkanku pada warna musim semi. Aneh ya? Tapi jujur. Matamu seperti matahari yang bersinar. Aroma tubuhmu seperti harum bunga yang baru saja mekar. Rambut merahmu seperti warna bunga - bunga yang mekar dengan cantiknya."

Benarkah ini Sasuke yang aku kenal? Aku tak percaya!

"Maukah kau menjadi..."

"Jalak merah!"

Hah? Menjadi jalak merah?

"Woi, jalak merah!"

"Apaan sih?! Lo suka banget gangguin orang!" kataku kesal pada Juugo. Gimana gak kesal? Aku sedang membayangkan Sasuke yang ingin menyatakan perasaannya padaku, eh si Juugo malah gangguin aku. Harusnya kan kalimatnya 'maukah kau menjadi kekasihku?'. Ini malah jadi 'maukah kau menjadi jalak merah?'. Huh! Sebal sama Juugo.

Lagipula...

Mana ada Jalak warnanya merah?

"Lagian, lu melamun kayak gitu. Asal tau aja, lo kalau lagi melamun itu menyeramkan! Melamunin apaan sih? Kejedot pohon aja baru tau rasa!" kata Juugo yang sangat menyebalkan. Ceramah lagi, ceramah lagi!

"Suka - suka! Lagian maksud lo ngatain gue jalak merah apa? Asal tau aja, jalak setau gue gak ada yang warnanya merah!" sahutku kesal.

"Ada kok," kata Juugo enteng.

Hih, nih orang suka banget nyari masalah sih! Kalau bukan karena Sasuke, aku gak bakalan mau se-tim dengannya!

"Huh, ada dari mana?!" kataku meremehkan.

"Ada. Tuh yang barusan ngomong," kata Juugo melirik ke arahku.

Aku mendengus, "emang gue jalak apa?"

"Iyalah, jalak kan berisik kayak lo. Udah gitu rambut lo merah. Jadi namanya Jalak Merah. Pas banget sama lo," kata Juugo.

Kali ini dia sangat menyebalkan.

"Enak aja gue dibilang berisik! Maksud lo apaan coba, ngatain rambut merah gue ini?! Gini - gini rambut gue bagus tau!" kataku tak mau kalah dari Juugo. Enak saja, mentang - mentang badannya lebih kokoh dan kuat dariku, dia seenaknnya menginjak - injak martabat seorang Karin. Gak bisa dibiarin.

"Hei, kalian kalau mau pacaran nanti saja! Misi ini selesai dulu, baru kalian pacaran seenaknya!" kata Sasuke cuek dan ada nada sinis terkandung di dalamnya.

Hih, pacaran dengan Juugo? Mimpi banget deh!

-ooo-

"Sasuke," kataku. "Apakah kita masih lama?"

"Lumayan," kata Sasuke tetap berjalan.

"Kau tidak capek?" tanyaku waswas dan pelan, takut membuat Sasuke marah.

"Tidak," balasnya singkat, lalu mempercepat laju jalannya.

Aku salut padanya. Kita sudah lama berjalan seperti ini. Dari pagi hingga malam hari, tapi tidak istirahat sedikit pun. Sasuke memang lelaki yang kuat. Ini menambah rasa sukaku padanya.

Tapi...

Tunggu dulu...

Sasuke bukan patung kan? Tidak ada shinobi yang tidak capek selama perjalanan misi. Bahkan Hokage, Raikage, Kazekage, Mizukage, Tsuchikage pasti akan kecapekan. Sasuke kadang juga membuatku seram bercampur cemas.


NB:

- Hokage (火影, secara harfiah berarti "Bayangan Api") pemimpin dari Konohagakure.
- Kazekage (风影, secara harfiah berarti "Bayangan
Angin") pemimpin dari Sunagakure.
- Mizukage
(水影, secara harfiah berarti "Bayangan Air") pemimpin dari
Kirigakure.
- Raikage (雷影; secara harfiah berarti "Bayangan petir") pemimpin dari Kumogakure.
- Tsuchikage (土影; secara harfiah berarti "Bayangan bumi") pemimpin dari Iwagakure.


Gimana gak cemas? Jangan - jangan selama ini aku menyukai patung...

"Hei, Rin."

Suara Juugo. Suara siapa lagi yang selalu menganggu pikiranku?

"Apa?" tanyaku datar.

"Lo lelah, kan?" tanya Juugo.

"Sok tau!" kataku lalu mulai berjalan lagi.

"Halah, gak usah sok tegar deh. Lo jangan berasa kayak Sasuke," kata Juugo. Aku hanya diam.

"Lo itu cewe, gue yakin lo capek," lanjut Juugo.

"Lo kali yang capek, lo kan cowo sok tegar," balasku sinis. Aku masih sebal dipanggil Jalak Merah.

"Naik." Tiba - tiba, Juugo jongkok dan menghadapkan punggungnya ke hadapanku.

"Hih, maaf saja, gue gak mau digendong oleh orang yang telah mengatai gue mirip Jalak Merah. Bahkan, jalak merah itu tidak ada!" kataku.

"Karena tidak ada, makanya lupakan saja. Ayo cepat naik!" Juugo mulai tak sabaran.

Dasar orang aneh.

"Hei, kalian sudah selesai belum berbincangnya? Lama sekali!" kata Sasuke menoleh ke belakang lalu menatap kami berdua sengit. Bulu kudukku mulai berdiri. Seram melihat Sasuke dengan tatapannya yang seperti itu.

"Makanya, cepat naik!" bisik Juugo. Mau tak mau aku menurut.

Dan aku mulai merasakan punggungnya yang hangat. Heran, orang yang bersikap dingin dan menyebalkan seperti Juugo ternyata memiliki punggung sehangat ini. Aku mulai tak merasakan dinginnya angin yang berhembus.

Dan aku mulai terlelap.

-ooo-

Sinar matahari mulai membuka mataku. Aroma rumput juga mulai berebut memasuki hidungku. Rambutku mulai tertarik oleh hembusan angin yang ternyata sudah mulai tenang.

Tunggu dulu...

Aku sudah terbaring di rumput, bukan di punggung Juugo lagi. Akhirnya kita semua istirahat.

Huft! Aku lega serta bersyukur, ternyata Sasuke masih manusia, masih seorang shinobi yang perlu istirahat.

Aku mulai melihat ke arah dua temanku. Pertama, Juugo. Di balik mukanya yang kadang menyeramkan, dia ternyata berubah menjadi sangat lembut ketika tertidur.

Setelah puas melihat muka Juugo, aku juga ingin melihat muka Sasuke yang tertidur.

Seperti apa ya mukanya? Apakah lucu? Atau menggemaskan? Atau jangan - jangan makin tampan? Aih!

Tapi Sasuke tak ada di tempatnya. Aku mulai cemas.

Jangan - jangan... Sasuke dan Juugo bertengkar semalam. Lalu Juugo dengan segala tingkahnya yang menyebalkan memutuskan untuk meninggalkan Sasuke dan membawaku bersamanya. Bisa saja kan? Aduh, bagaimana ini?

Atau jangan - jangan... Sasuke mengerjai kami? Kami dibiarkan beristirahat di sini sedangkan dia pergi melarikan diri dan menyelesaikan misinya sendiri. Bisa aja kan?

Ah tapi untuk rekaan yang kedua, sepertinya tidak mungkin deh. Lagipula kalau benar juga, buat apa Sasuke susah - susah membentuk tim? Ah aku mulai ngaco!

"Kau sudah bangun, Karin?"

Ah! Suara itu membuatku tersenyum lega. Ternyata, Sasuke sudah terbangun lebih awal.

Aku memang suka mengada - ngada. Ckckck.

Rekaan tadi, pergilah dari pikiranku!

"Rin?"

"Eh, sudah," aku menatap Sasuke. Semoga pipiku tidak merah.

"Baiklah, sekarang tinggal menunggu Juugo bangun," kata Sasuke berdiri dari tempat duduknya, lalu pergi menjauh.

Apa tadi Sasuke bilang? Menunggu Juugo bangun? Ha, ini saatnya membalaskan dendamku.

"Juugo! Bangun!" aku menguncangkan tubuh Juugo pelan.

"Juugo bangun!" aku menguncangkan tubuhnya sekali lagi. Ternyata berat juga dia.

Orang ini memang sangat bebal. Aku sampai heran melihatnya yang tak kunjung bangun. Seberapa sering aku mengguncang tubuhnya, itu tak akan berhasil. Ini bukan cara untuk membangunkan Juugo.

Tiba - tiba, terlintas begitu saja sebuah ide yang membuatku tersenyum. Aku pun melihat adanya sungai yang mengalir. Aku pergi ke sungai tersebut dan mengambil sedikit air dengan menggunakan tangan, dan mencipratkan ke arah muka Juugo.

"Eh, apa - apaan nih? Hujan ya?" tampak begitu polos muka yang dibuat oleh Juugo. Aku tergelak.

"Hahaha, makanya jangan kelamaan tidur!" kataku sambil tertawa. "Lo ngatain gue lama dandan. Sekarang gue katain lu kelamaan tidur! Hahaha."

"Ketawa lo puas? Dasar Jalak Merah."

"Eits, apa lo bilang tadi?" tanyaku langsung sinis.

"Bercanda. Sasuke mana?" tanya Juugo mengedarkan pandangannya.

"Halah, gak usah sok nyariin Sasuke," kataku. "Tadi dia nungguin lo bangun. Mungkin karena muka lo sangat membosankan, makanya dia langsung pindah tempat."

"Sialan lo. Yaudah gih sana dandan yang cakep buat Sasuke," kata Juugo.

"Heleh, 'sok tau' milik lo itu mending rada dikurangin deh ya. Kata siapa gue suka sama Sasuke?" tantangku serius.

"Udah gue bilang berapa kali? Cuma orang buta yang gak tau kalo lo suka sama Sasuke," kata Juugo dengan entengnya.

Apakah perasaanku pada Sasuke tergambar dengan sangat jelas?

-ooo-

Kami pun mulai melanjutkan perjalanan lagi. Setelah mendapat arahan sedikit dari Sasuke, kami mulai menyusuri pedalaman hutan. Sesekali, Juugo melontarkan lelucon. Ternyata, segila apa pun dia, Juugo masih punya rasa humor.

"Lo mau tau kenapa burung bisa terbang?" tanya Juugo sambil memamerkan senyuman.

"Gak tau deh, gue bukan peneliti burung gitu," kataku santai.

"Karena burung punya sayap. Lo gimana sih? Hahaha," kata Juugo, membuatku tergelak.

"Oke, tebakan lagi," kata Juugo sambil melihat - lihat Sasuke sekilas. Perasaanku mulai tak enak.

"Kenapa Sasuke..."

"Plis, Sasuke jangan dijadiin bahan becandaan. Bisa kan?" kataku serius.

"Loh, kok lo aneh sih? Mumpung gak ada Sasuke," kata Juugo.

"Kalo lo maksa, mending gue jalannya bareng Sasuke aja," aku menengok sekilas ke arah Juugo, lalu menambah kecepatan jalanku untuk menyamai langkah kaki Sasuke.

"Dih, gitu aja ngambek. Kenapa emang lo? Sayang amat sama Sasuke kayaknya," kata Juugo yang tak kusadari sudah menjajariku lagi.

"B-bukan g-gitu..."

"Terus kenapa?" Juugo bertanya penuh selidik.

"Ng... ng... karena Sasuke kan pemimpin kita. Gak enak aja gitu kalo ngatain dia di belakang," kataku mencari - cari alasan.

Juugo terdiam. Sepertinya dia sedang menimbang - nimbang jawabanku. Semoga saja alasanku tadi masuk akal. Aku sudah ngeri kalau Juugo seperti ini. Aku takut Juugo tau kalau aku suka pada Sasuke!

"Bener juga sih, gue terima alesan lo."

Fuh! Untung saja Juugo tidak curiga. Bisa mati aku kalau dia sampai tau aku menyukai Sasuke. Tau sendiri kan, kadang dia kalau lagi gila bisa bertindak sesukanya. Menyeramkan!

-ooo-

Aku, Juugo, dan tentu saja Sasuke, masih melanjutkan perjalanan. Kata Sasuke, ini belum ada setengah perjalanan. Sesekali, aku terduduk capek. Sasuke kadang tak memepercayai begitu capeknya aku, sedangkan Juugo kadang cuma ber-ckck ria. Entahlah, aku juga bingung.

Tapi, bagiku menyenangkan bisa bersama - sama dengan Sasuke dalam menjalani misi. Sayangnya, dulu kami tidak satu akademi. Di hutan ini, aku juga merasa nyaman. Bisa berimajinasi tentang Sasuke sepuas yang aku mau. Meskipun terkadang Juugo menganggu rangkaian imajinasiku itu. Sebal. Semoga orang kayak Juugo di dunia ini hanya satu.

Semoga saja.

"Mikir apa lagi lo? Serius amat kayaknya."

Benar kan? Baru aja tadi dipikirin, Juugo sudah menyeletuk.

"Gak, cuma mikir aja kapan lo mati dan siapa pembunuhnya. Gue pengen berterima kasih," kataku pelan.

"Lo ngomong apa?" nada Juugo naik satu oktaf.

"Gak, cuma lagi mikir perjalanan ini kayaknya seru juga," kataku sekenanya.

"Oh," kata Juugo seperti biasanya. Aku hanya mendengus sebal. Orang ini mau tau banget sih.

Saat sedang berjalan, aku melihat di hutan ada dua buah kursi dan meja kecil yang telah usang, namun masih berdiri dengan kokohnya. Di sana juga masih ada poci untuk minum teh, dan dua buah gelas. Aneh.

Dengan segala kebingungan dibenakku, aku menghampirinya tanpa sepengetahuan Sasuke dan Juugo. Biarkan saja aku ditinggal. Aku sudah penasaran sekali.

Kuamati poci itu baik - baik. Tidak berdebu, tapi... di sini juga tidak ada hawa - hawa manusia yang akan memakainya. Di sana juga ada dua buah gelas yang sepertinya tak disentuh.

Aneh saja, siapa orang yang ingin minum teh di hutan yang sepi seperti ini? Jangan - jangan, dulu hutan ini ada orang yang menempatinya, lalu ada shinobi dari desa lain yang menyerang mereka, lalu karena tidak bisa bertahan, mereka terbunuh. Jangan - jangan...

"Karin!"

Ups, ketahuan Sasuke deh.

"Eh..."

"Lo gimana sih. Kalo mau berhenti bilang dulu, jangan seenaknya aja begini. Disini gue yang jadi pemimpin tim. Catet!"

Aku terdiam.

Astaga, maafin aku Sasuke, gara - gara aku kamu jadi marah kayak gini. Aduh, aku bodoh! Lain kali aku gak bakalan bertindak kayak gini! Aku harusnya berpikir resikonya sebelum melakukan tindakan!

"Sudahlah Sasuke. Sebaiknya kita beristirahat sebentar," Juugo akhirnya mengutarakan pendapatnya.

"Ng.. nggak kenapa - kenapa kalau mau lanjut perjalanannya. Tadi cuma mau lihat i..."

"Halah, gak usah bohong deh. Kalo capek bilang aja! Gak usah sok kuat kayak gitu!" potong Juugo dengan nada judes di dalamnya.

Emang bener kok tadi cuma mau lihat poci dan dua gelas itu! Gak bohong!

Aku sudah tidak bisa membujuk mereka untuk meneruskan perjalanan. Sesekali aku lihat, Sasuke juga sepertinya lelah. Kupandangi wajahnya diam - diam. Ada raut muka kesal, lelah... dan terlihat seperti orang yang banyak menanggung beban hidup.

Ah, kenapa harus seperti itu Sasuke? Kau tampan, tapi takdir berkata lain. Kau, lelaki tampan yang penuh dengan segala masalah hidup. Aku tidak bisa membayangkan kalau harus hidup di posisinya sekarang.

"Apa liat - liat?"

Ups! Sasuke mengetahui keberadaanku yang melihatnya dari jauh. Segera saja kuhilangkan pikiran - pikiranku yang tadi.

"Tadi mau nanya, liat Juugo gak?" elakku cepat.

"Lah, itu Juugo di samping lo lagi tidur," kata Sasuke menatap lurus ke depan.

"Ng... iya ya," aku jadi salah tingkah. Duh!

Sasuke tampak terlihat cuek. Aku langsung lega karena Sasuke tidak membahas hal tadi lebih lanjut. Bisa mati berdiri aku kalau melihat Sasuke masih bertanya - tanya seperti tadi. Haduh, lebih baik aku langsung kabur kalau ada tanda - tanda dari Sasuke yang ingin marah padaku. Aduh, aku masih malu!

"Woi, melamunin apa lagi lo?" Juugo tiba - tiba terbangun dari tidur singkatnya.

"Huh, lo suka banget sih gangguin pikiran orang?! Udah gak punya otak lagi ya, makanya mau nanya - nanya isi otak orang lain?" sahutku sebal, lalu aku beranjak dari tempat dudukku dan melihat aliran sungai kecil yang ada di samping meja dan kursi tadi.

Aliran sungai kadang membuat hati dan pikiranku tenang.

"Kasih tau gue, lo suka sama Sasuke kan?" tanya Juugo yang tanpa sepengetahuanku tiba - tiba sudah ada di sampingku.

"Gak. Dia itu rekan gue. Wajarlah kalau gue memperhatikan rekan kerja gue," kataku tetap memandang sungai itu.

"Jujur aja kali kalo suka sama Sasuke," kata Juugo, melihatku dengan heran, lalu kembali berbaring.

"Hah?" ya, kata itu saja yang bisa kulontarkan untuk menutupi perasaanku ini.

"Eh, gue bukan orang buta kali. Gue tau lo suka sama Sasuke," kata Juugo sengit dan membuat mulutku terkunci rapat.

"Nggg..."

"Wajar kali lo suka sama Sasuke. Sasuke kan ganteng," kata Juugo.

"Ehem, jangan bilang lo suka sama gue, makanya lo cemburu kalo gue suka sama Sasuke. IYA KAN?" aku melonjak dari tempat dudukku lalu terkekeh.

"Apaan? Orang kayak gue gak bakalan suka sama lo. Inget ya. Gue gak suka jalak, apalagi jalak yang warnanya merah. Cih!"

Mendengar perkataan Juugo, tanpa diaba - aba aku langsung menghampirinya dan ingin memukulnya. Ternyata, tanpa aku sangka, Juugo langsung berlari, seakan dia tau aku ingin memukulnya.

"Hei, Juugo! Lo mau ke mana, hah?" aku teriak dan berlari. Di sela - sela teriakanku, beberapa kali aku tertawa keras.

"Jalak Merah!"

"Enak aja! Sini gak?! Cemen banget sih jadi cowo!" aku berhenti karena kelelahan. Saking lelahnya, aku memutuskan untung berhenti berlari, takut kecapean dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.

Saat duduk dan beberapa kali aku menghela napas, aku melihat bayanganku semakin besar. Ternyata, itu bayangan Juugo.

"Hei, bener kan lo suka sama Sasuke?" Juugo tiba - tiba duduk di sampingku dan berbisik pelan.

"Hm."

"HAH SERIUS?!"

"TUH KAN!"

"Iya iya, percaya gue."

"Tapi janji ya jangan bilang sama Sasuke?" kataku lalu mengangkat jari kelingkingku ke arah Juugo.

"Iya gue janji!" Juugo langsung menggamit kelingkingku.

"Heh kalian. Jangan pacaran terus, ayo kita segera melanjutkan perjalanan! Perjalanan kita masih panjang!" Sasuke beranjak dari tempat duduknya. Setelah beranjak dari tempat duduknya dan mengatakan hal yang 'sensitif' bagiku, Sasuke membasuh mukanya dengan air dari aliran sungai.

"Aku gak bakal suka sama dia, Sasuke! Suka aja gak, gimana mau pacaran?!" aku akhirnya berteriak kesal sedangkan Juugo hanya mendengus sebal.

Apa - apaan? Orang aku sukanya sama kamu, Sasuke! Bukan sama Juugo!

"Diam, apa gue perlu memanggilmu jalak merah juga?" Sasuke menatapku dengan pandangan sinis mautnya.

Hal ini membuatku terdiam.

Aku benar - benar shock mendengarnya.

-ooo-

"Hei. Yang dikatakan Sasuke gak usah dipikirin kali."

Memang sedari tadi aku melamun karena perkataan Sasuke. Perkataannya begitu serius dan... sengit. Hatiku tiba - tiba sakit. Rasanya seperti ditusuk oleh ribuan, bahkan jutaan jarum.

Siapa sih yang gak sakit hati, kalau orang yang dicintainya mengatakan hal sensitif kepada orang yang mencintainya dengan segenap kesungguhan hati? Sakit kan?

"Diam, apa aku perlu memanggilmu jarak merah juga?"

Sungguh, kata - kata itu tak bisa terlepas dari benakku. Kata - kata itu selalu muncul dalam pikiranku, lalu membuatku membayangkannya, dan membuatku... sakit hati.

"RIN!"

"Nggg... iya?" kataku bingung setelah diteriaki oleh... Sasuke.

"Lo lebai banget sih, cemen banget jadi cewe! Lo cuma gue gituin aja langsung sakit hati?! Payah!"

Sasuke... kamu kenapa begitu kejam?

"Sekarang coba lo deteksi area ini. Apakah di sekitar sini ada chakra?" tanya Sasuke masih bersembunyi.

"Tidak ada," kataku lalu bangun dari tempat persembunyianku.

"Lain kali kalau kita sedang menjalankan misi, jangan bercanda! Harus serius!" kata Sasuke ikut beranjak dari tempat duduknya.

AAA! KATA - KATA SASUKE MEMBUATKU SENANG KEMBALI! Berarti, aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan hati Sasuke. Cihuy!

"Ssst!"

"Ada apa?" bisikku pelan pada Juugo. Saat ini, Sasuke sedang berdiam diri sebentar, sambil mengatur rencana di dalam pikirannya.

"Tenang saja! Gue bakalan berusaha sebisa gue untuk membantu lo jadian dengan Sasuke!" kata Juugo dengan nada yang baru kali ini terasa indah di telingaku.

"Gue tau lo ingin membantu, tapi terima kasih!"

Aku sangat senang sekarang. Sasuke ternyata saat itu hanya terbawa emosi. Juugo juga sepertinya sudah mengerti perasaan perempuan. AAA! Aku benar benar bahagia. Semoga, laki - laki yang akan di rekrut oleh Sasuke juga baik.

"Gue tau lo seneng. Tapi bisa kan meluknya gak usah lama - lama?"

Tunggu dulu...

As-taga.

AS-TAGA

ASTAGA!

Tak ku sadari, kesenanganku ini membuatku dalam bahaya. AKU MEMELUK JUUGO!

"HIIII! JIJIK!" aku melepas pelukanku, lalu melompat dengan terkejut, dan langsung memeluk pohon, berharap kuman - kuman dari tubuh Juugo menghilang.

"Lebai amat lo, gue gak kotor banget kali!" kata Juugo, lalu terkekeh.

"HIII! TETEP AJA GUE GELI!" kataku masih dengan perasaan menjijikan.

Tunggu dulu...

Apakah Sasuke melihat aku dan Juugo berpelukan?

OH TIDAK!

"Sasuke, apakah kau tadi melihat..."

"Pelukan? Tentu." Sasuke melihatku sekilas, lalu terkekeh geli.

Aku. Mau. Mati. Saja. Deh.

-ooo-

Sasuke!

Kapan sih kau dapat aku beri tau tentang perasaanku ini?

Sasuke!

Gimana caranya biar kau tau kalo aku sungguh - sungguh mencintai kau?

SASUKE!

KAPAN RASA INI BISA AKU LONTARKAN LANGSUNG?!

"KARIN! Lo denger tadi gue ngomong apa?!" Sasuke membentakku.

"D-denger kok," kataku rada linglung.

"Apa?" tantang Sasuke.

"Ngg.. jadi..."

"Ah, kelamaan! Oke, gue jelasin lagi. Tapi plis kalian dengerin! Terutama lo, Karin," Sasuke pun langsung tegas. Aku langsung serius. Pura - pura sih. Aku gak bisa serius kalo udah ngeliat Sasuke!

"Jadi, kita bakalan ngunjungin tempat Zabuza naruh tuh pedang. Terus kita ambil pedang itu. Setelah kita dapetin itu pedang, gue bakalan menghubungi Suigetsu dan mengajaknya untuk masuk tim kita. Setelah dia masuk tim kita, baru kita menemui akatsuki dan mencari di mana si Itachi kampret itu," kata Sasuke sambil menendang kerikil saat menyebut nama Itachi.

Aku dan Juugo pun menanggapi kata - kata Sasuke dengan anggukan. Ya, hanya dengan itu Sasuke bisa tersenyum puas, seakan dia sudah menang.

Ah, peduli apa? Selama itu Sasuke, aku rela saja melihatnya seperti itu.

Misi pun dilanjutkan. Setelah semuanya sudah siap, kami pun mulai berangkat lagi.

"Sasuke, kapan kita keluar dari hutan ini?" tiba - tiba saja aku ingin bertanya.

"Sebentar lagi," kata Sasuke yang memimpin jalan di depan.

"Emang tempat pedangnya di mana sih?" kataku penasaran.

"Nanti lo juga tau!" kata Sasuke kasar.

Oke, aku mulai berpikir. Tentu saja, sekaligus melamun.

Kira - kira, pedangnya Zabuza diletakkan di mana?

-ooo-

Konnichiwa^^

Ketemu lagi dengan Author MissYamanaka!

Jujur, tadinya gak pingin make nama MissYamanaka, cuma saking bingungnya mau namain apa, jadi karena authornya cewe dan suka sama Ino plus Sai, jadinya namanya MissYamanaka (sebenernya gak ada yang nanya) (author gak punya temen ngomong) (author hidup penuh dengan drama)

Well, Author menghadapi masa liburan yang lumayan menegangkan karena sambil nungguin hasil UN. Doakan hasilnya memuaskan! Amin!

Oh iya, makasih buat review kalian ya. Author love you so much muah. (mengecup dari jauh) (authornya aja enek, gimana kalian ya? pasti eneqhxzsz)

Oh iya (kedua kalinya), kali ini author pengen buat ff yang OOC (out of character), OOP (out of place), OOR (out of reality). Ini karena author kadang gak punya inspirasi (authornya dibawah amatir)

sekian dulu deh dari author. Banyak - banyakin reviewnya, semoga author bisa memperbaiki kesalahan dalam membuat ff ini dan semakin maju! (maju terus pantang mundur) (azek)

Sebelumnya mau minta maaf (banget) karena author tadinya janji mau bikin ff yang ada Shin-nya, sekaligus mau buat SaiIno. Tapi gak jadi karena author lagi nge-stuck pikirannya (beban hidup) (authornya drama queen banget ew)

Sampaikan review kalian dengan baik yaccccht

Arigato^^