FULL SUMMARY:

satu-satunya manusia NORMAL di keluarga vampire dan werewolf, apa iya? hidup ditengah dunia yang dikira hanya cerita untuk menakut-nakuti, Veixa Saphir menjalaninya dengan cuek dan monoton (semonoton yang kau dapat kalau hidup dengan Vamps dan Weres), hingga seseorang yang mirip dengannya muncul dan membawa ingatan yang menghilang!

Chapter 1 : keluargaku

PIP-PIP-PI-

pagi yang cerah, cahaya matahari masuk melalui celah-celah kecil dari tirai jendela.
"uuuung" kataku sembari turun dari tempat tidur, jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. aku segera bergegas kekamar mandi, ku liat wajah di cermin... tak jauh berbeda dari hari-hari lain. aku berbalik dan membersihkan diri. oya.. aku lupa, aku Veixa Saphir, teman-teman dan keluargaku memanggilku Vei atau Ixa (terserah merekalah yang penting mereka tak menghina keluargaku).

kini aku berada di dapur, berpakaian yang pantas (menurutku) , tas berada di sandaran kursi, aku siap berangkat kapan saja. tapi, tidak tanpa membuat sarapan untuk ke-3 saudaraku dan diriku. aku tak mau adikku merengrk dan marah karena kelaparan.

06.10

sarapan sudah siap, kini tinggal membangunkan ke-2 adik kembarku. aku naik kelantai 2 (rumah ini terdiri dari 3 lantai + 1 ruang bawah tanah, kamarku dilantai 3)

'Roxas' pikirku lalu aku menuju salah satu kamar dilantai itu. aku membuka pintu degan pelan, lalu berjalan kearah tempat tidur ukuran besar yang berada ditengah. ruangan. kamar itu besar tapi sedikit lebih kecil dariku, kamar berwarna hitam, putih dan merah itu 'terlihat' rapi, dikamar itu terdapa sebuah lemari pakaian yang besar, komputer disisi lain ada rak buku, nyimpanan skate board milik roxas.

"roxyyyyy.. ayo bangun" kataku sambil mengguncangkan bahu mungil adikku.

"mmmm.. sebentar lagi Vei"katanya sambil menutupi kepalanya dengan selimut, aku terdiam memandang Roxas dan ide menarik menginspirasiku.

"ayo bangun,kalau tidak nanti ku telepon Axel dan membiarkan dia berlaku sesukanya padamu" ancamku dingin, aku duduk di tepi tempat tidur menunggu dengan tenang.

"UUUUKKHH! baiklah! jauhkan Axel dariku!" katanya kesal lalu menyingkirkan selimut dari tubuhnya, rambut spike pirangnya berantakan dan wajahnya merah seperti tomat aku tertawa melihatnya.

"entahlahh, dia pacarmu Rox... aku tak tau apa dia mau mendengarkan ku" kataku sambil terkekeh dan berlalu pergi.

"kau bisa pake kekerasan..." gerutu Roxas

'emmm selanjutnya, sora.' pikirku sambil merenggangkan badan. sora itu kakak Roxas (tapi Roxas bersikap lebih dewasa dari pada Sora) ,kata Ibu mereka seperti cermin sifat mereka beda jauh, tapi terkadang kompak, selain itu Sora itu yang paling susah dibangunkan (menurutku =.= dan anehnya dia selalu susah bangun kalau aku yang membangunnya). aku masuk kekamar sora yang sama besarnya dengan Roxas, tapi lebih berantakan dari Roxas berjalan ke arah tempat tidur aku melihat rambut Sora menyembul keluar dari selimut.

"Sora, ayo bangun."kata ku sembari mengguncang bahunya, tapi dia tak terusik sedikitpun.

"soraa!" kataku sembari mengguncangkannya lebih kuat tapi satu2nya reaksi yang kuterima adalah...

"ri..ku.." gumam Sora lalu keadaan kembali tenang.

"ya ampun" kataku sembari menepuk keningku

"SORAA! BANGUN!" teriakku di dekat telinganya tapi tak ada reaksi dari adikku yang satu ini.

"butuh bantuan?" tanya seseorang dari arah pintu, aku menengok lalu tersenyum.

"itu akan sangat membantu Roxy" kataku lalu Roxas berjalan kearah tempat tidur dan duduk disisi yang lain. aku dan Roxas menggambil bantal dan mengangkatnya ke udara.

"1.." kata Roxas mulai menghitung

"2.." lanjutku...

"3!" sahut kami bersamaan dan memukul Sora dengan bantal yang kami pegang.

"UWAAAAH" teriak Sora kaget saat kami memukulnya.

"akhirnya bangun juga kau" kataku sambil tertawa

"dasar tukang Tidur" kata Roxas sambil tersenyum.

"uuuukhhh. sini kubalas kalian! (DX)" protesnya sambil menyerang kami dan mulailah perang bantal antara aku dan roxas VS Sora (selalu berakhir seperti ini =.=).

"ehm..." terdengar deheman seseorang dari arah pintu kamar Sora, sontak kami langsung melihat kearah asal suara.
di ambang pintu berdiri seorang pria berambut pirang bergaya spike (bayangkan Roxas setelah dewasa) dan menatap kami dengan heran.

"errr.. pagi kak Cloud?" kata Sora yang malah lebih mirip pertanyaan. Cloud putra tertua dari keluarga Saphir juga pengawas kami karena ayah dan ibu sedang berbinis diluar kota.

"Sora, Roxas. segera siap-siap karena kalian akan terlambat" katanya dingin dan cuek pada kekacauan yang ada.

"baiiiikkkk! aku duluannn!" kata Sora berlari menuju kamar mandi "tunggu! aku dulu Soraa!" teriak Roxas dan ikut berlari dan mereka berdua meninggalkanku di tengah ruangan seorang diri.

"Vei, bisa kau buatkan aku secangkir Kopi?" tanya Cloud.
satu kali, dua kali aku mengedipkan mata sampai aku sadar kalau dia bicara padaku.

"uh.. baiklah'' kataku lalu bergegas keluar dari kamar hingga Cloud menarik tanganku membuatku menatapnya dengan keheranan.

"apa?" tanyaku, dia tersenyum lalu menunjuk rambutku.

"mahkota bulu" katanya singkat lalu aku menggelengkan kepalaku dan bulu-bulu berwarna putih berjatuhan.

"emm.. trims kak!" kataku tersenyum lalu pergi kedapur dengan kak Cloud ada dibelakangku.

++++++++ Dapur+++++++

pikiranku sedang tak focus saat aku berada didapur dan aku tak memperhatikan apapun, biasanya tak begini tapi aku memang sedang banyak pikiran akhir-akhir ini dan hari ini baru hari pertama sekolah!

"hufft ..."

-PRANG-

"uups!" kataku saat cangkir yang sedang ku pegang meluncur bebas membentur lantai.

"VEI?" kata dan tanya Kak Cloud terdengar nada Khawatir disuaranya dan dia sedang menuju kesini.

"hmmh.. tak pa, aku akan membereskannya" kataku mulai membereskan pecahan kaca.

" Vei, biar aku saja.. nanti kau terluka" cegah kak Cloud saat dimulai membersihkan juga

"tak apa.. biar aku yang memb-! UUKH!" jariku terkena pecahan kaca dan cairan menjijikan berwarna merah keluar dari lukaku.

"sudah kubilang jangn lakukan!" kata Kak Cloud dan dia segera mencari obat untuk lukaku.

"kak, ini bukan parah lagi pula nanti juga sembuh kok" kataku ringan

"Vei.. kau tahu kau tak boleh terluka apalagi sampai berdarah karena penciuman kami lebih tajam dari mu" kata Kak Cloud sambil membersihkan lukaku.

sebenarnya keluarga ku berbeda dengan keluarga pada normalnya, dan hanya sedikit orang yang tahu dan pada awalnya kalian takkan mengira akan hal itu karena;

1. aku, Veixa. bukanlah putri kandung keluarga ini. aku diangkat menjadi anggota keluarga Saphir saat berusia sekitar 6 tahun. tapi tak ada yang tahu soal hal ini...

2. percayakah kalian pada Vampire? tidak? kalau begitu kalian harus percaya, karena keluarga angkat ku ini Vampire. tapi hanya Ayah dan Ibu saja yang 100% vamp, Kak Cloud, roxas dan sora hanya Half blood (aku sendiri bingung kok mereka bertiga half tapi ayah dan ibu pure).

aku di angkat menjadi anak keluarga saphir karena aku memilki aura yang hampir mirip mereka dan baunya juga (kata Roxas dan Sora) ada kemungkinan aku juga bukan hanya manusia...

4. punya 3 saudara yang tampan atau lebih tepatnya cantik (dalam ukuranku) sangatlah memuakkan (bukan berarti aku benci mereka sebaliknya aku sayang pada mereka), karena begitu teman sekelasku tahu (cewek terutama) mereka membombardirku dengan banyak pertanyaan dan aku senang bisa menghentikkannya hanya dengan;; ' Cloud dan Roxas tak punya ketertarikan pada cewek yang berarti mereka berdua adalah...well, kau tahu maksudnya, sedang Sora seorang bi, tapi yang kutahu mereka sudah punya pacar' (sadiskah pernyataanku diatas?)

"ada apa? kami dengar ada sesuatu yang pecah" kata Roxas yang baru saja turun dan aku langsung kembali ke dunia nyata.

"dan bau darah" tambah Sora yang muncul dari balik punggung Roxas.

"nah, tak apa. kalian makanlah dulu" kataku pada mereka dan mereka langsung melirik meja makan.

"sudah, kau juga belum sarapankan? sana sarapan dulu" kata Cloud tiba-tiba. lalu segera membereskan kekacauan kecil yang kubuat.

"thanks kak" kataku lalu beranjak pergi menuju meja makan dan menatap jam sekilas.

'07.05... kuharap kami tak terlambat' pikirku lalu duduk untuk sarapan.

"lukamu bagaimana?"tanya Roxas sambil mengunyah sarapannya.

"tak perlu dikhawatirkan" jawabku singkat.

"Vei itu kuat! kurasa kalaupun lukanya parah kau masih bisa jalan-jalan" kata Sora sambil nyegir.

"jangankan jalan-jalan, aku yakin kau pasti bisa berlari walau tulangmu ada yang patah" kata Roxas, hampir menyelesaikan sarapannya.

"dingin sekali, padahal kalau sudah didepan axel kau berubah 180 derajat. malu-malu kucing" sindirku pada Roxas.

"aku tidak!"bantahnya "iya kok"kataku dan sora bersamaan. dan akhirnya Roxaspun merenggut marah, Sora tertawa sedang aku tersenyum kecil.

"sudah selesai? ayo berangkat" kata Cloud yang datang dari dapur.

"ya.. tunggu sebentar" kataku lalu meminum jus dan menyimpan piringku, lalu bergegas mengikuti Cloud.

-TBC-

NOTE## seperti yang kalian baca, aku mengedit hampir seluruh chapter tapi cuman seperlu saya aja, kalau kata kalian ada bagian yang kurang, revie aja ya? ntar di edit lagi

Sora:: lho? Cloud tidak makan?

Vei:: entah.

Roxas:: aku gak mau jadi gay! (pout)

Vei:: terima nasibmu yang sudah ditentukan penulis. T_T

Roxas:: tapi aku tetap tak mau!

Vaxeil :: -Sora- Cloud sudah makan sebelum kalian.
- roxas- tidak terima penolakkan :)

Vei:: kau terlihat sangat menikmatinya Vai...

Vaxeil:: hehehe,...

Cloud:: aku juga? (trerganggu)

Vaxeil:: ukhhhh.. Cloudy, jangan bunuh aku yaaa *kabur*
review pleaseeeee :) and ini ff pertamaku yang ku upload :)