Tok, tok, tok–
Tok, tok, tok–
Sepuluh menit, lima belas menit, entah harus berapa banyak ketukan yang dibutuhkan pada pintu kamar Yoo Seonho untuk membuatnya terbangun.
Guanlin mulai lelah dengan sedikit rasa sakit pada buku-buku jari dan punggung tangannya yang didapat karena terus mengetuk pintu kamar Seonho untuk waktu yang tidak sebentar itu, ia pun memutuskan untuk duduk dan memandang langit-langit di depan kamar Seonho.
"Guanlin, apakah Seonho masih belum terbangun?" Tanya nyonya Yoo pada pemuda yang sudah ia kenal sejak anak itu berumur 3 tahun. Nyonya Yoo sudah membukakan pintu rumahnya untuk Guanlin yang datang pagi-pagi sekali hari itu, pukul 06.30, dan kini jam menunjukkan pukul 7.45. Satu jam lebih lima belas menit bukanlah waktu yang wajar bagi seseorang untuk tetap terlelap padahal pintu kamarnya sedang digedor tanpa ampun.
"Belum, Tante. Aku lelah dan sekarang jari-jariku mulai terasa sakit." Ucap Guanlin seraya merebahkan kepalanya ke sandaran pada sofa kecil itu dengan sedikit nada kekecewaan.
Nyonya Yoo hanya tertawa kecil menanggapi jawaban Lai Guanlin dan menggelengkan kepalanya lalu pergi menuju dapur untuk membuat sarapan untuk keluarga kecilnya.
Guanlin masih menunggu di atas sofa tersebut untuk 5 menit kedepan, mengacak rambutnya atau sesekali menggerakan kedua kakinya karena bosan,
"Dia yang mengajakku untuk bangun pagi-pagi, dia juga yang mengingkarinya. Kalau tidak sayang pada anak ayam itu, aku akan lebih memilih tidur dan bangun di siang hari lalu bermain NBA di Xbox-ku." Pemuda bersurai hitam pekat itu bergumam pada dirinya sendiri, dia berpikir bahwa hanya ia dan angin lah yang saat itu bisa mendengar isi hati yang ia ucapkan. Tanpa sadar, di balik pintu kayu berhiaskan stiker anak ayam kuning tepat di sebelah tempat ia duduk, berdiri sesosok pemuda lainnya yang cekikikan mendengar ocehan Guanlin.
Seonho terbangun pada hari Minggu itu, sinar matahari menerjang gorden hijau yang tergantung pada bingkai jendela di kamarnya, dan menyentuh wajah anak itu dengan hangatnya.
Ia terduduk lalu segera memalingkan wajahnya ke arah jam dinding dan menyadari bahwa dia punya janji untuk pergi dengan Guanlin Hyung-nya ke kebun binatang pagi ini.
"Ah, aku pasti sudah gila." Seonho mengacak rambutnya secara brutal dengan ekspresi wajah yang sulit dijelaskan–
Melompat dari kasurnya tanpa memedulikan selimut yang tergeletak tak berdaya di lantai kamarnya yang dingin, lalu menyambar t-shirt putih dan celana jeans gelapnya, juga jangan lupakan– pakaian dalam, seraya berjalan cepat ke arah pintu.
Setelah knob sudah digenggamnya, ia mendengar suara familiar di balik pintu, yang menurutnya -kalau ia boleh jujur- suara itu terlalu kencang untuk mengutarakan isi pikiran. Siapa lagi, kalau bukan Guanlin Hyung. Ia mengurungkan niatnya untuk segera keluar dan berlari kencang seperti apa yang telah ia pelajari dari club basket, menuju kamar mandi.
Yang ini lebih menarik, ucap Seonho dalam hati dengan secarik senyum jahil terpasang di bibir manisnya.
TBC?.
This is my first time in a while writing a fanfic! WOY GILA GEMES BANGET SAMA BYEONGARIS ; _ ;
By the way, maaf kalo masih ada yang kurang atau diksinya kurang menarik atau juga ini pendek banget uhuhu. Nanti akan di upgrade lagi skill nya huehehe.
Makasih yang udah baca!
