Hai, salam kenal...
saya author baru di dan ini adalah fic pertama saya, jadi ma'af kalau jelek, mohon bantuannya...

Disclaimer: Eiichiro Oda

The Dark Organization

Chapter 1: Manusia Karet

Cerita berawal pada sebuah desa yang damai, yang tak pernah ada kekerasan sedikitpun, tiba-tiba ada dua orang yang tak dikenal datang ke desa tersebut, mereka memakai jubah hitam polos dan wajah mereka ditutupi oleh topeng.

"apakah benar ada di sini?" tanya salah satu dari kedua orang tersebut

"ya, ada di sekitar sini" jawab rekannya sambil melihat benda yang dipegangnya, seperti sebuah radar.

Mereka berjalan mengikuti arah yang terdapat pada radar tersebut, hingga mereka tiba di sebuah pasar.

"semakin dekat, benda itu menuju ke arah kita"

mereka berdua berhenti, dan melihat seorang anak kecil berambut hijau berlari ke arah mereka.

"anak itu, benda itu ada pada anak itu"

mereka menghadang anak tersebut, dan anak itupun berhenti, dia memandangi dua orang tersebut dari atas sampai bawah.
"siapa mereka? Pakaiannya aneh, dan juga memakai topeng, mereka bukan penduduk sini, apa mereka orang jahat? Lalu ada urusan apa denganku? Setahuku, aku tidak pernah berurusan dengan orang seperti mereka" begitulah batin anak tersebut.

"lalu, seperti apa benda itu?" tanya salah seorang dari mereka berdua.

"mungkin kalung itu" jawab rekannya sambil melihat kalung yang dikenakan oleh anak tersebut, kalung itu seperti kalung biasa, berwarna biru muda, namun bila diperhatikan tampak keindahannya.

"siapa kalian? Ada urusan apa denganku?" tanya anak tersebut.

"serahkan kalung itu pada kami"

"eh? Kenapa tiba-tiba kalian meminta kalungku? Memangnya buat apa?"

"serahkan saja, kami tidak ingin membuat keributan di tempat ini, kalau kau mau menyerahkan kalung itu baik-baik, takkan ada masalah yang terjadi"

"heh, enak saja, ini adalah kalung peninggalan orang tuaku, takkan aku serahkan pada siapapun!"

"anak yang keras kepala!"

salah satu dari dua orang tersebut hendak mendekati anak itu dan merebut kalungnya, tapi orang-orang di sana sudah mengerumuni mereka, rupanya percakapan mereka tadi telah mengundang perhatian orang-orang, apalagi dengan jubah dan topeng yang mereka pakai.

"siapa kalian? Apa kalian mau membuat keributan di sini? Sebaiknya kalian segera pergi dari sini!" teriak salah seorang dari mereka.

"ya, benar! Pergi dari sini!" sahut yang lain.

"desa ini tidak menerima penjahat!"

"padahal, kita sudah berusaha untuk tidak membuat keributan, tapi mau bagaimana lagi" kata salah satu dari mereka berdua.

"hei, anak berambut hijau tadi tidak ada, sial, dia sudah kabur!" kata rekannya.

"itu bisa diurus nanti, yang penting kita bereskan yang ini dulu"

sementara itu, di sebuah rumah kecil yang sederhana, yang dihuni oleh beberapa orang anak kecil dan seorang pria yang sudah cukup tua, sekitar 60 tahunan, mereka sedang duduk mengitari meja makan, seperti sedang menunggu seseorang.

"zoro lama sekali ya, sedang apa dia?" gerutu salah seorang dari anak-anak tersebut.

"lebih baik kita makan duluan saja, tidak usah menunggu zoro, aku sudah sangat lapar!" sahut seorang anak lainnya.

"sabar, kita ini adalah keluarga, jadi susah senang kita harus lalui bersama, kalau zoro tidak makan, kita juga tidak boleh makan, lagi pula, bukan hanya kalian saja yang lapar, zoro pasti juga sedang lapar, jadi lebih baik kita menunggunya sebentar lagi" pria tua itu menasehati anak-anak tersebut.

"tapi aku sudah tidak tahan lagi" protes anak itu lagi.

BRAAAKKK...!

Tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang ditutup dengan keras, seorang anak berambut hijau berdiri di belakang pintu tersebut dengan nafas terengah-engah.

"zoro, akhirnya kau pulang juga, cepat kemari, kita makan bersama, aku sudah lapar!" teriak salah satu anak tersebut.

anak berambut hijau yang dipanggil zoro itu masih diam dengan nafas yang terenah-engah, dia mulai berjalan menghampiri teman-temannya.

"ada apa, zoro? Apa ada masalah?" tanya pria tua itu.

"tadi ada orang asing yang menghadangku di pasar, mereka meminta kalungku ini, tapi tidak aku berikan, lalu aku lari, dan sepertinya sekarang sudah aman, lagi pula mereka pasti sudah diusir oleh orang-orang desa"

"oh, jadi begitu, lalu apa tujuan mereka meminta kalungmu itu?" tanya pria tua itu lagi.

"aku juga tidak tahu, mungkin kalungku ini harganya mahal" jawab zoro asal saja.

"mungkin ada suatu rahasia dibalik kalungmu itu"

"rahasia apa?"

"entahlah, mereka menginginkan kalungmu, berarti ada sesuatu..."

BRAAAKKK...!

Pria tua itu belum sempat menyelesaikan kata-katanya, ketika mendengar bunyi keras tersebut, pandangan mereka tertuju pada pintu yang sudah hancur berkeping-keping, seorang pria bertopeng dan berjubah hitam sedang berdiri di sana.

"kau takkan bisa lari dariku, aku bisa melacakmu" kata pria tersebut.

"itu dia kek, itu orang yang ada di pasar tadi" kata zoro.

"tenang zoro, jangan takut, kakek akan mengusirnya"

pria tua itu baru maju satu langkah, tiba-tiba pria berjubah itu sudah ada di depannya dan memukul pria tua itu tepat di wajahnya hingga ia terlempar menembus dinding belakang.

"kakek...!" teriak anak-anak itu.

"aku sudah memperingatkanmu tadi, kalau kau mau menyerahkan kalungmu itu baik-baik, takkan ada masalah yang terjadi, tapi kau malah memilih sebaliknya"

zoro menatap pria itu dengan gemetaran, pria itu mendekatinya, dan mengambil kalung yang dipakainya, lalu berbalik pergi meninggalkan anak-anak tersebut.

"kurang ajar! Kembalikan kalungku!"

zoro berlari ke arah pria tersebut, tanpa pikir panjang pria itu menendang zoro hingga terlempar ke sudut ruangan sampai tak sadarkan diri.

"jangan main-main denganku"

pria itu lalu pergi meninggalkan anak-anak malang itu di sana.

Sementara itu di pasar, keadaan di sana sangat berantakan, mayat-mayat bergelimpangan dengan darah yang berceceran, seorang pria berjubah hitam sedang berdiri di tempat tersebut.

"heh, dasar! Padahal kupikir, ini akan menjadi pertarungan yang menarik, tapi ternyata, mereka semua hanya orang-orang lemah"

"aku sudah mendapatkannya, ayo kita segera pergi dari desa ini" seorang rekannya datang dengan menunjukkan kalung yang direbutnya dari anak tadi.

"begitu ya, baiklah"

mereka berdua berjalan pergi meninggalkan desa tersebut, tidak ada seorangpun yang mereka temui, sepertinya semua penduduk telah mati di pasar tersebut, dan yang lainnya tidak berani keluar rumah.

"sepertinya kau telah menghabisi semua orang di desa ini"

"ya begitulah, tapi tidak ada yang kuat di antara mereka, mereka semua hanya orang-orang lemah"

"kalu begitu, sekalian saja"

"ada apa? Jangan-jangan..."

DHUAAAARRR...!

Tiba-tiba terjadi ledakan besar di desa tersebut, mereka berdua sudah berada cukup jauh dari desa itu.

"heh, dasar! Itu memang sudah kebiasaanmu"

"kita harus segera kembali ke markas, dan menyerahkan benda ini pada ketua, ayo, kita harus bergegas!"

"baiklah"

mereka berduapun pergi meninggalkan tempat itu.

*****

tujuh belas tahun kemudian...

Di sebuah desa yang cukup ramai, tepatnya di sebuah tempat makan yang cukup besar.

"apa! Kalian tidak mau bayar? Apa-apaan kalian ini!" bentak pemilik tempat makan tersebut kepada sekelompok orang yang tidak mau membayar.

"hei, kau berani pada bos kami? Kau tidak tahu kami ini siapa? Kami ini adalah penjahat kelas berat, dan bos kami adalah buronan dengan harga sebesar lima puluh juta berry, apa kau tidak takut, hah?" kata salah seorang dari mereka.

"aku tidak peduli semua itu, kalian sudah makan di sini, jadi, kalian harus bayar!" kata pemilik tempat makan itu lagi.

Seorang pria bertubuh besar yang diketahui adalah bos dari orang-orang itu, tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri sang pemilik tempat makan tersebut.

"apa kau mau aku menghancurkan tempat ini?" kata pria tersebut sambil mencengkeram baju pemilik tempat makan itu, tapi perbuatannya itu telah mengundang perhatian banyak orang, pandangan semua orang yang ada di situ kini tertuju padanya, dan sepertinya mereka semua tidak menyukai penjahat itu.

"hei! Kalian mau membuat keributan di sini, ya? Kalian para penjahat tidak di terima di sini, sebaiknya kalian segera pergi dari sini!" teriak salah satu dari mereka.

"lalu, kalian mau apa? Mau menghajarku? Silahkan saja kalau kalian bisa" kata penjahat itu dengan sombong.

"kurang ajar! Hajar dia!"

orang-orang tersebut kemudian menyerbu penjahat itu, tapi hanya dengan satu kibasan tangan saja telah membuat orang-orang tersebut terpental ke belakang.

"jadi, cuma itu kehebatan kalian? Kalian orang-orang lemah tidak seharusnya menantangku" kata penjahat itu lagi.

Tiba-tiba seorang pria berambut hijau dengan tiga pedang di pinggangnya maju ke arena pertempuran tersebut.

"siapa kau? Mau menghajarku juga?"

"namaku Roronoa Zoro! Aku tidak suka dengan orang yang suka membuat keributan"

"sepertinya kau bukan orang lemah, aku ingin tahu sekuat apa kau"

penjahat itu berlari ke arah zoro dan melancarkan pukulannya, tetapi dapat dihindari dengan mudah oleh zoro, zoro kemudian mencabut dua pedangnya, dan dengan satu tebasan saja telah membuat penjahat itu terkapar di lantai tak berdaya dengan berlumuran darah.

"apa! Bos kita dikalahkan...!" kata anak buahnya tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"kalau tidak ingin mengalami nasib yang sama, sebaiknya kalian segera pergi dari sini"

orang-orang itupun berlari ketakutan meninggalkan tempat makan tersebut.

"terima kasih telah mengusir para penjahat itu" ucap pemilik tempat makan tersebut.

"sama-sama, lagi pula, aku tidak suka dengan orang-orang seperti mereka"

zoro kembali ke tempat duduknya, begitu juga dengan orang-orang yang ada di sana, mereka sama sekali tak menghiraukan penjahat yang sudah terkapar di lantai tadi, mereka membiarkannya begitu saja.

"hei, pelayan"

seorang pemuda berbaju merah tanpa lengan dan memakai topi jerami hendak membayar, ketika dia mengeluarkan uang dari sakunya, sebuah benda terjatuh, zoro melihatnya, benda yang sama yang dimiliki oleh orang yang merebut kalungnya sewaktu masih kecil, sebuah radar.

"benda itu, apa dia salah satu dari mereka?" pikir zoro.

Pemuda bertopi jerami itu memungut kembali radar itu, tapi tiba-tiba zoro menyerangnya, dia menghindar tepat waktu, tebasan pedangnya membuat dinding dihadapannya terpotong-potong.

"kenapa kau menyerangku? Apa salahku?"

"kau salah satu dari mereka kan?"

"mereka? Mereka siapa?" tanya pemuda itu tak mengerti.

Zoro kembali melancarkan serangannya, dia menyerang pemuda itu bertubi-tubi, tapi pemuda itu selalu dapat menghindar.

"gomu-gomu..."

"dia mau memukulku dari jarak sejauh itu? Itu mustahil" pikir zoro.

"pistol...!"

zoro tak menyangka, ternyata tangan pemuda itu bisa melar dan hampir mengenainya kalau saja dia tidak sempat menghindar, pukulan pemuda itu menghancurkan tiang besar yang ada di belakang zoro, orang-orang di sana terlihat kaget.

"dia bukan manusia, tangannya bisa melar!" teriak mereka.

"rupanya dia seorang manusia karet, aku harus berhati-hati" pikir zoro dan bersiap menyerang lagi.

"hei, sudahlah, hentikan perkelahian kalian, kalian bisa menghancurkan tempat makanku, kalau mau bertarung, bertarunglah di tempat lain" kata pemilik tempat makan tersebut.

"sial! Baiklah, ayo, kita selesaikan di tempat lain!" kata zoro.

"aku bukan orang jahat, kau juga, jadi kita sama-sama bukan orang jahat, kenapa kita harus bertarung?" kata pemuda itu.

"baiklah, kita bicara di tempat lain"

zoro pergi meninggalkan tempat makan itu dan pemuda itu mengikutinya.

"namaku luffy, kau siapa?"

"namaku zoro"

setelah mereka tiba di tempat yang sepi, zoro mengeluarkan pedangnya dan kembali menyerang luffy.

"kau masih mau menyerangku? Apa maumu?" tanya luffy.

"jangan pura-pura, kau salah satu dari orang-orang berjubah hitam itu kan?"

zoro hendak melancarkan serangannya lagi, tiba-tiba di kejauhan, dia melihat dua orang yang memakai jubah hitam.

"orang-orang itu!"

zoro bergegas meninggalkan luffy dan mengejar dua orang tersebut.

"hei, berhenti kalian!"

zoro menyerang dua orang tersebut, tapi salah satu dari mereka menangkisnya dengan pedang.

"siapa kau?" tanya orang itu.

"akan kubunuh kalian!" teriak zoro dan mulai melancarkan serangannya, mereka berdua beradu pedang, tapi tampaknya lawannya lebih tangguh, zoro kalah dan terhempas ke tanah.

"hei, aku mengingatmu, kau anak kecil berambut hijau yang aku temui tujuh belas tahun yang lalu kan? Bagaimana kau bisa selamat dari ledakan itu?" kata orang tersebut.

"kita tidak punya banyak waktu, cepat habisi dia!" perintah rekannya.

"baiklah"

dia bersiap-siap membunuh zoro, tiba-tiba sebuah pukulan mendarat tepat di wajahnya dan membuatnya terlempar beberapa meter ke belakang.

"kau tidak apa-apa zoro? Gomu-gomu... Pistol...!"

luffy menyerang yang satu lagi, tapi tiba-tiba orang itu sudah ada di depannya dan memukulnya hingga ia terlempar beberapa meter ke belakang dan menghancurkan sebuah rumah, untung saja rumah itu sedang kosong.

Orang itu menghampiri rekannya, "kita tidak punya waktu berururusan dengan mereka, ayo pergi"

rekannya berdiri dengan wajah yang sudah tidak memakai topeng lagi, rupanya pukulan luffy tadi telah menghancurkan topengnya, jadi terlihat dengan jelas wajah dengan hidung panjang berbentuk persegi itu.

"kita akan bertemu lain kali"

mereka berdua pergi meninggalkan luffy dan zoro.

"kau tidak apa-apa?"

luffy menghampiri zoro.

"jadi, kau bukan salah satu dari mereka?" tanya zoro.

"tentu saja bukan, aku benci mereka, mereka telah mencuri benda berhargaku, selain topiku ini, untung saja bukan topi jeramiku yang mereka ambil"

"lalu, bagaimana kau bisa memiliki radar itu?"

"oh ini, aku merebutnya dari mereka, semua baru terjadi lima hari yang lalu, aku berhasil membunuh salah satu dari mereka dan merebut ini, tapi yang satunya berhasil kabur, kupikir dengan mengikuti radar ini aku bisa bertemu dengan mereka lagi dan merebut kembali benda milikku, lalu kau sendiri, apa mereka juga mencuri benda berhargamu?"

"ya, benar"

"kalau begitu, kita punya tujuan yang sama, kau mau menjadi temanku? Kita akan memburu orang-orang itu"

"ya baiklah, aku mau bekerja sama denganmu, lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"kita harus mengikuti radar ini, radar ini menunjukkan posisi kita dan benda yang mereka cari" luffy menjelaskan.

"baiklah, kita berangkat sekarang!"

mereka berduapun pergi meninggalkan tempat tersebut dan memulai perjalanan mereka.

To be continued

review ya...