Disclaimer : The Hobbit dan The Lord of the Rings © J.J.R. Tolkien.

.

Warning! Alternate reality, OOC, typo, dll.

.

Note : Setiap chapter akan memiliki peringatan masing-masing. Rating disesuaikan, tapi di sini sengaja pakai T.

.

.

The Last Sacrifice © Rothruingwen

.

.

Prolog.

Semilir angin berhembus lembut, menebarkan aroma menyegarkan dari pepohonan. Cahaya matahari masih bersembunyi di balik kabut pagi, membiaskan warna violet bercampur guratan-guratan kemerahan. Udara masih terasa sangat dingin, membuat siapapun enggan melepaskan diri dari dekapan selimut tebal mereka.

Kili terbangun mendengar suara ketukan pintu yang dilakukan terus menerus. Sambil menguap lebar, dia bangkit dan membiarkan kedua kaki telanjangnya menyentuh lantai yang dingin. Dia menggigil sejenak, namun segera berdiri dan mengabaikan kedinginannya. Diraihnya pengunci pintu dan dibukanya perlahan. Tampak sosok familiar berpakaian rapi yang membuatnya tersenyum riang.

"Fili!" Kili memekik senang seraya melompat dan memeluk erat saudaranya.

Fili tertawa geli sambil menahan berat badan adiknya. "Kili Kili, hentikan. Kau berat sekali!"

Kili lalu melepaskan pelukannya dan mengguncang lembut kedua bahu kekar Fili. "Aku merindukanmu. Kau pergi terlalu lama."

"Aku hanya pergi satu tahun, Kee."

"Ya, satu tahun adalah waktu yang lama." Ujar Kili manja. "Ayo masuk dan ceritakan padaku semuanya!"

"Semuanya?" Goda Fili seraya masuk dan melepaskan jubahnya.

"Ya, semuanya! Oh ya, apakah Runa ikut bersamamu?" Tanya Kili yang tengah sibuk menata makanan di meja kecilnya.

"Sayangnya tidak. Dia tengah mengandung dan perjalanan kemari terlalu berbahaya untuknya." Ekspresi Fili berubah sedih.

Kili duduk di depannya lalu tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Dia aman di sana bersama orangtuanya. Benar kan?"

"Ya, tentu. Uh, aku sangat tidak sabar menunggu waktunya tiba." Gumam Fili dengan tatapan berbinar.

"Aku juga tidak sabar menggendong keponakan pertamaku." Ujar Kili membuat Fili terkekeh. "Dia pasti mirip sekali denganmu."

"Aku fikir dia akan lebih mirip dengan Runa."

"Kenapa?" Kili mengernyitkan dahi.

"Karena dia ibunya." Fili tertawa.

"Tapi kau pun mirip dengan ayah, dan aku mirip dengan ibu. Jadi kita hanya bisa tahu saat bayi itu lahir."

"Hmm, kau benar." Fili tersenyum teringat masa kecilnya.

Dia sangat bahagia saat pertama kali Ibunya meletakan Kili bayi di pangkuannya. Tubuhnya sangat mungil dan lembut, dengan sepasang mata hazel yang belum sepenuhnya terbuka. Sebentar lagi dia akan merasakan kebahagiaan yang sama, saat perawat meletakkan putra pertamanya di pangkuannya. Mungkin juga putri. Tapi apapun itu, Fili akan tetap menyayanginya, seperti dia menyayangi Runa- gadis Dwarf pilihan keluarganya.

"Fili, bicaralah sesuatu!" Ujar Kili yang merasa tidak nyaman melihat kakaknya terdiam. "Kau memikirkan apa?"

"Aku memikirkanmu."

"Benarkah? Aku baik-baik saja."

"Kau tumbuh begitu cepat, Kee." Gumam Fili sambil mencondongkan tubuhnya. Dia lalu membelai rambut panjang Kili yang tidak terikat.

"Tentu saja." Kili tersenyum.

"Apa kau ingat perang itu? Rasanya aku mati saat itu juga saat kau jatuh karena serangan Bolg." Fili mengusap bekas luka di wajah Kili.

"Ssshhh. Itu sudah lama berlalu, Fee. Sekarang kita telah melewati semuanya dan memulai kehidupan baru. Kita akan hidup bahagia sekarang." Hibur Kili.

Fili tersenyum. "Ya, kau benar. Uh, aku harus menemui Thorin. Kau ikut?"

"Tentu saja."

.

.

END untuk prolog

/jadi itu cuma prolog? -_-'