Sayap Kesepian

Peacemaker Kurogane by Nanae Chrono

Fanfict by BlackKiss'Valentine


"Perang bukanlah hal yang menarik lagi bagiku..."

Sugimura Yoshie menyusuri jalanan kota Edo yang masih porak poranda akibat Perang Boshin. Perang tersebut memupuk pertumbuhan warga yang miskin dan kelaparan, wanita dengan kimono lusuh dan bayi yang kurus, serta para orang tua yang menangis menanti ajal. Jangan ditanya dengan jumlah pencuri—mereka subur bagaikan benalu, seperti ulat yang menggerogoti daun. Menjaga rumah agar tidak kemasukan maling sangat sulit mengingat bobroknya tempat itu akibat peperangan. Baiklah, masih sangat untung jika memiliki rumah bobrok yang masih bisa dipakai sebagai atap tempat tidur ; tapi bagaimana dengan yang rumahnya luluh lantak atau terbakar habis?

Yoshie menghela napas pelan, mengelus pelan dan kemudian memegang erat pada pedang kesayangannya, Tegarayama Ujishige sambil terus menghindar dari ingatan bau darah yang mengalir segar. Tapi, semakin dihindari, bau itu semakin terasa, bahkan warna merah yang kental itu tergambar dengan baik dikepalanya. Hangat dan terus mengalir dalam jumlah banyak.

Ia bukannya takut pada darah, melainkan pada kesepiannya selama ia kini sendiri.

"Shin-chan!"

Yoshie menoleh. Wajahnya menceritakan ketakutan.

"...Segera masuk, atau paman Rounin akan memenggal kepalamu!" panggil seorang ibu dari kedai bahan makanan yang setengah hancur. Shin-chan, anak lelaki yang bermain batu tak jauh darinya, menoleh dan dengan patuh memasuki rumahnya. Mereka tidak melihat adanya Yoshie yang bereaksi pada panggilan itu. 'Shin'... Kapan terakhir kali ia dipanggil seperti itu? Mungkin ketika ia berpisah dengan Sano yang mengatakan "Sampai jumpa, Shinpachi!"

Ah, Ia merindukan Shinsengumi.

Sekalipun ia telah keluar dari Shinsengumi ketika kelompok itu berada dalam masa patetiknya sebagai Koyochinbutai, ia tentu tidak bisa dengan mudah melupakan jalan darah yang pernah ia ciptakan, di perang manapun. Walau disaat-saat terakhir ia tidak bisa akur dengan kedua atasannya, Kondou-san dan Hijikata-san, ia tetap berharap dapat mengucapkan selamat tinggal, selain pada Heisuke. Dan ia sangat merindukan Sano, yang meninggalkan Seiheitai dan dirinya entah kemana.

Ia merindukan panggilan 'Shinpattsan'-nya.