YUME

.

.

.

Disclaimer

Riichiro Inagaki

Yusuke Murata

.

.

.

Warning

Abal,gaje,aneh,OOC,typo

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

Mamori melangkahkan kakinya dengan cepat melewati koridor sekolah yang sudah sepi itu, hari sudah menjelang sore dan para siswa atau siswi SMA Deimon sudah banyak yang meninggalkan sekolahan mereka, dan hanya beberapa siswa saja yang masih tinggal disekolahan itu, mungkin dikarenakan kegiatan ekskull mereka atau kegiatan club mereka. salah satunya adalah Anezaki Mamori siswi cantik kelas 1 itu mau tak mau harus pulang terlambat hari ini, dikarenakan rapat komite kedisiplinan yang mendadak tadi. sebenarnya dia keberatan dengan rapat dadakan tadi, akan tetapi biar bagaimanapun diakan harus profesional, toh dia sendiri yang memutuskan untuk menjadi anggota komite bukan.

Saat dia akan menuju gerbang sekolah dan melewati lapangan Amefuto, dia terhenti sebentar dan menengok kearah tiga pria yang tengah memakai seragam Amefuto, dan tentunya para pria-pria tersebut sedang berlatih Amefuto. dia terkadang heran dengan ketiga pria tersebut, bagaimana tidak? Selama ini mereka selalu bertanding dan selalu kalah, akan tetapi mereka tidak pernah menyerah sama sekali dan terus berlatih dan juga terus ikut dalam pertandingan, ditambah lagi club itu, tidak memiliki anggota lain selain mereka dan jika kalau mereka akan bertanding pasti mereka akan meminta bantuan dari club-club lainnya, sebenarnya bukan meminta bantuan, tapi lebih tepatnya memaksa.

"OIII...Gendut sialan,kau merusaknya lagi!" seru seorang pria berambut pirang dengan sambil menendang pantat pria bertubuh gendut yang merupakan temannya itu.

Setelah mendengar teriakan kasar dari pria berambut pirang tersebut, Mamori mefokuskan penglihatannya kepada sosok itu, pria dengan rambut yang dicat pirang, serta memiliki sepasang piercing dikedua telinganya dan tak lupa dengan senjata api yang bertengger dipundaknya itu. Hiruma Youichi, lelaki itu adalah alasan utama kenapa Mamori menjadi anggota komite kedisiplinan, dari awal pertemuan mereka, Mamori benar-benar tidak suka dengan lelaki itu. pasalnya dia adalah satu-satunya siswa Deimon yang selalu melanggar aturan, dan parahnya lagi pihak sekolah tidak pernah berani menegurnya, entah apa yang dilakukan oleh lelaki itu, sehingga pak kepala sekolah pun tak mau ambil pusing pasal perangai lelaki itu, dan karna itulah Mamori bertekad untuk menghentikan Hiruma Youichi yang terkenal akan kekejamannya itu.

Akan tetapi, seberapa sering ia menegur Hiruma maka itu akan percuma saja, karena lelaki itu sama sekali tak menggubrisnya, dan juga seberapa sering ia melaporkannya ke pihak sekolah atau ke komite kedisiplinan, semua itu hanya sia-sia karena pada akhirnya mereka semua tidak ada yang berani dengan si iblis satu itu, dan rasa-rasanya hanya dia seorang yang berani dengan Iblis itu.

'huuuh' menghembuskan nafas pelan, ia kemudian melanjutkan perjalanan yang tertunda tadi, sebenarnya ia tadi berniat untuk menegur Hiruma atas kata-kata kasar yang diucapkan kepada lelaki gendut yang diketahui Mamori bernama Kurita Ryokan tadi, tapi berhubung dia sudah sangat lelah, ia putuskan untuk mengabaikannya saja. toh sepertinya Kurita tidak keberatan dipanggil seperti itu dan justru malah mengucapkan kata 'Maaf' pada Iblis itu.

'Benar-benar aneh' pikirnya dengan sambil menggelengkan kepalanya.

.

.

.

Seperti biasa pagi ini sebelum kelas dimulai, Mamori melakukan tugasnya sebagai anggota komite, dimana ia akan berdiri didepan pintu gerbang Deimon guna memeriksa serta menegakan kedisiplinan terhadap murid-murid Deimon.

Dan sudah diduga oleh Mamori, hanya lelaki dengan rambut pirang yang kini tengah menatapnya sinis itu saja lah yang tidak mematuhi peraturan sekolah.

"Hiruma-kun,berapa kali kukatakan, kenakan seragammu dengan benar!" seru Mamori kesal sambil melihat seragam yang dikenakan oleh Hiruma, dimana seragam itu tidak dikancingkan dengan benar, serta tidak ada dasi yang melekat dilehernya.

"Dan juga, tidak diperbolehkan membawa senjata seperti itu disekolahan ini!" tambahnya lagi dengan sambil menunjuk-nunjuk kearah senjata api yang berada dipundak Hiruma.

Sementara sang tersangka hanya memandangnya acuh tak acuh dengan sambil menggelembungkan permen karet yang ada dimulutnya, dan sama sekali ia tidak berminat untuk meladeni perkataan gadis yang ada dihadapannya itu.

"Ohayo Gozaimasu Anezaki-san" sapa seorang pria yang ada disamping hiruma tersebut dan sapaan dari pria muda berwajah tua itu, mampu membuat Mamori mengalihkan perhatiannya dari Hiruma.

"Ohayo Gen Takekura" jawab Mamori dengan sambil tersenyum ramah.

"Musashi" kata pria itu lagi.

"Eh?" tanya Mamori heran.

"panggil saja Musashi" jawab Musashi kemudian.

"ohh..baiklah" sahut Mamori dengan senyum ramahnya

"Are?..kau juga harus mengancingkan seragammu dengan benar Musashi-kun!" tamabahnya lagi, setelah ia melihat seragam yang dikenakan oleh Musashi berantakan menyerupai dengan seragam yang dikenakan oleh sesosok Akuma yang ada disebelah pria itu.

"Hiruma-kun"serunya kesal, begitu melihat pria yang tadi ditegurnya, berlalu begitu saja dan tak mempedulikan tegurannya."Detensi sepulang sekolah!" teriaknya lagi, yang entah didengar atau tidak oleh sesosok iblis yang sudah berada jauh dari pandangannya itu.

"Haah,kau tidak pernah menyerah ya Anezaki-san" ucap Musashi sambil tersenyum miring.

"Heh?..tentu saja, aku adalah anggota komite kedisiplinan dan sudah menjadi tugasku untuk menegakkan tata tertib disekolah ini!" seru Mamori semangat dengan sambil mengepalkan tangannya didepan dada dan tak lupa dengan kobaran api semangat dikedua bola matannya.

"Hahaha" kekeh Musashi. "Baguslah kalau begitu, jangan menyerah dengan dirinya ya dan terus perhatikan dia" tambahnya dan mulai berjalan pelan meninggalkan Mamori.

"Tentu saja" sahut Mamori mantab, tampaknya dia masih belum sadar dengan kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Musashi tersebut.

'terus perhatikan dia'

'Terus perhatikan dia'

'terus perhatikan dia'

Dan ucapan terakhir dari Musashi tersebut, terngiang-ngiang dikepalanya dan dia baru tersadar dari maksud ucapan terakhir Musashi, dengan kesal ia langsung menoleh kebelakang dan menatap punggung Musashi " Mou..Aku ini menegurnya! Bukan perhatian padanya!"teriak Mamori kesal dengan sambil menggembungkan kedua pipinya. tentu saja teriakannya ini tidak digubris oleh Musashi dan hanya dibalas dengan kekehan pria itu.

.

.

.

Mamori menghembuskan nafasnya kesal, percuma saja dia tadi pagi teriak-teriak mengatakan detensi kepada Hiruma, toh nyatanya pria yang mendapatkan julukan Iblis itu tidak pernah datang ke ruangan Komite guna menerima detensi, seharusnya dia sudah menduga akan hal ini. bukan hanya sekali dia mengatakan detensi kepada lelaki itu tetapi sudah ribuan kali dia melakukannya dan hasilnya tetap sama bahwa lelaki berambut pirang itu tak akan datang untuk memenuhi detensinya dan kenapa juga ia masih menunggu, berharap sosok Hiruma Youichi muncul diujung koridor itu. 'jelas tak mungkin' pikirnnya pasrah dan kemudian ia mulai melangkahkan kaki meninggalkan ruangan tersebut.

'BRAAAK'suara benturan yang begitu keras membuat Mamori menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya kejendela koridor. ia melihat ketiga pria yang kemarin sore berlatih Amefuto kini nampak berlatih lagi dan suara benturan keras itu berasal dari pria gendut yang sedang membenturkan dirinya kepapan entah apa itu dan mamori tidak peduli.

Kemudian tanpa sengaja Mamori memandang kearah Pria yang seharusnya menjalankan detensinya tadi, Pria itu terlihat begitu serius melakukan latihan dan ia sedang melemparkan bola Amefuto kearah papan berlubang yang ada diujung lapangan. lemparanya benar-benar tepat sasaran dan mengenai lubang papan tersebut, hingga tanpa sadar Mamori ikut tersenyum dengan keberhasilan Pria tersebut.

"Wuahh..itu tadi hebat sekali Hiruma-kun!"samar-samar Mamori mendengar teriakan kagum dari pria gendut bernama Kurita itu.

Dan entah kenapa dia jadi berfikir bahwa mereka adalah orang-orang yang berjuang keras menggapai impian mereka, bahkan Iblis sekalipun dapat berjuang dengan begitu keras.

Dengan sambil tersenyum ia mulai melangkahkan kakinya lagi.

.

.

.

Mamori berjalam tergesa-gesa melewati halaman sekolah, pasalnya pagi ini sebelum kelas dimulai dia ada rapat komite kedisiplinan yang lagi-lagi diadakan secara mendadak itu.

Tiba-tiba saja pandangannya teralihkan pada lapangan amefuto, yang entah kenapa sudah dipenuhi dengan banyak orang itu. 'pertandingan Amefuto' pikirnya, yang kemudian membuatnya terhenti dan lebih memilih ikut menyasikan pertandingan tersebut.

Mamori tidak begitu paham dengan olahraga yang berbahaya seperti itu dan sebenarnya dia sendiri tidak begitu tertarik dengan olahraga yang dipenuhi dengan kekerasan itu, akan tetapi mengetahui siapa orang yang bermain dilapangan tersebut membuatnya sedikit penasaran, ya..dia sangat penasaran dengan sesosok pria berambut pirang, yang kini tengah memegang ujung bola, yang nampaknya akan ditendang oleh pria berwajah tua itu. 'Apakah mereka akan menang?' tanyanya dalam hati.

"Gen!" teriak seseorang -yang nampaknya bukan seorang murid Deimon- kepada pria yang akan menendang bola tersebut, dan tentu saja teriakan dari pria tersebut berhasil menghentikan kegiatan kedua laki-laki yang berada dilapangan tersebut.

"Ayahmu jatuh dan sekarang ia berada dirumah sakit!" tambahnya lagi begitu mendapati tatapan bertanya dari orang yang dipanggilnya.

Dan pernyataan yang dilontarkannya lah, membuat kedua sosok yang ada dilapangan itu terkejut.

Dan pada saat itu Mamori dapat melihat ekspresi terkejut bercampur bingung pada wajah pria bernama Gen atau yang biasa dipanggil Musashi itu.

"Pergilah" desissan seorang pria berambut pirang. Mamori ingin sekali melihat ekspresi dari pria berambut pirang tersebut akan tetapi sang pria yang sering mendapatakan detensi darinya itu –walaupun tidak pernah digubris oleh pria itu- membalikan badannya dimana posisinya itu membelakangi pandangan Mamori.

"Tapi aku harus-"

"Kau tidak akan bisa menendang dengan perasaanmu yang tidak tenang itu! Pergilah orang tua sialan!" teriaknya keras, walaupun samar Mamori dapat mendengar dengan jelas ada nada sedih dalam teriakan pria tersebut.

Tanpa berucap lagi, Musashi mulai berlari meninggalkan lapangan dan melewati Mamori yang masih memandang khawatir pada punggung yang mengenakan seragam Amefuto bertuliskan no 1 itu.

'Braak' sang pria bernomorkan 1 dipunggungnya itu menendang bangku pemain cadangan yang ada dipinggir lapangan dengan kesal sekaligus marah. karena insiden yang menimpa ayah dari temannya itu lah, membuatnya dan juga team yang dipimpinnya menjadi kalah telak. Mereka tidak dapat mencetak point tanpa adanya Kicker.

"tanpa Musashi kita tidak akan bisa menang Hiruma-kun" ucap pria gendu yang ada disampingnya dengan pandangan sedih.

"Hiruma-kun" ucap prihatin seorang gadis berambut auburn yang sedari tadi menyasikan pertandingan mereka. Entah kenapa ia merasa kasihan melihat pria berambut pirang itu, padahal jelas-jelas pria itu adalah orang yang sangat menyebalkan. Mungkin karena sifatnya yang seperti malaikat ini lah yang mendorongnya untuk selalu merasa prihatin kepada seseorang yang tengah bersedih, bahkan jika itu seorang iblis sekali pun.

.

.

.

"Heehhh...BERHENTI SEKOLAH" teriak sesosok laki-laki bertubuh tambun.

"Berisikk.. kau! Dasar gendut sialan!" sahut pria berambut pirang dengan nada kesal.

"Maaf Hiruma-kun, aku terlalu terkejut dan lagi kenapa kau harus berhenti sekolah Musashi-kun? Bagaiman dengan janji kita yang akan menuju Christmas Bowl" ucap lelaki tambun tersebut dengan nada sedih dan sambil melihat kearah Tv yang berada dipojok ruangan kelas yang sudah kosong itu, mungkin itu tampak seperti Tv biasa, akan tetapi dipinggir TV tersebut terdapat tiga tulisan tangan yang pastinya adalah tulisan tangan mereka.

"Aku harus mengurusi perusahaan keluargaku, melihat kondisi ayahku yang kritis dan perusahaan kami yang hampir bangkrut, mau tidak mau aku harus mengurusnya" jawab tenang pria yang dipanggil Musashi tersebut.

"Keh.. kau tidak perlu khawatir orang tua, aku akan meminta kepala sekolah itu!" ucap pria berambut pirang yang tengah menyeringai sambil mengeluarkan buku kecil berwarna hitam yang didepan covernya bertuliskan Akuma Techou.

"Hentikan Hiruma-kun! Ini adalah masalah perusahaan milik keluargaku dan aku tak ingin ada orang lain yang terlibat, aku akan mengatasinya sendiri!" sahut Musashi dengan menatap tajam kearah Hiruma.

"Cih... apa tidak ada cara lain?!" tanya Hiruma kesal

"Tidak ada" jawab Musashi

"Musashi-kun" ucap sedih pria gendut bernama Kurita tersebut dengan sambil menundukan kepalannya.

"Cih" kesal Hiruma sambil mengalihkan pandangannya kearah jendela kelasnya.

Dan tanpa disadari oleh ketiganya, ternyata dibalik pintu kelas tersebut terdapat sesosok gadis berambut auburn sebahu yang nampaknya sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka, dengan sambil menghembuskan nafas pelan ia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Sebenarnya ia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, dan entah kenapa ia harus peduli dengan apa yang dilihatnya kemarin sore itu. Pagi ini setelah ia mendengar berita tentang pengunduran diri seorang Siswa bernama Gen Takekura -yang sebenarnya ia sudah ketahui sejak kemarin sore- itu, membuatnya secara otomatis langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan kepala sekolah.

Tidak tau kenapa rasanya ia harus membantu pria itu dan kedua temannya, karena itu lah ia berdiri disini, memohonkan jaminan cuti kepada kepala sekolah agar Gen Takekura tidak benar-benar dikeluarkan dari sekolah, walupun itu kedengarannya akan sulit.

"Bukannya aku tidak ingin membantu Gen Takekura Anezaki-san, tapi kau tau sendiri bukan akan peraturan sekolah ini" kata sang kepala sekolah dengan nada penyesalannya.

Sebenarnya tanpa diberitahu oleh Kepala Sekolah pun, Mamori sudah sangat hafal akan peraturan-peraturan sekolah apalagi dia seorang anggota Komite. Akan tetapi ia ingin sekali membantu ketiga pria itu, karena Mamori yakin tanpa adanya Musashi pasti club Amefuto akan dibubarkan. Karena menurut peraturan sekolah, sebuah club harus beranggotakan minimal tiga orang dan kurang dari itu maka club akan dibubarkan.

"Aku mohon kepala sekolah, jangan keluarkan Gen Takekura" pinta Mamori memelas.

"Bukan kami yang mengeluarkannya Anezaki-san, tapi dia sendiri yang keluar" jawab Kepala Sekolah dengan sambil menghembuskan nafasnya pasrah.

"Karena itu jaminkan dia Cuti" balas Mamori

"Aku tidak bisa menjaminnya" kata Kepala Sekolah yang tetap bersikukuh pada keputusannya.

"Kalau begitu biar aku yang menjaminnya!" jawab Mamori mantab, walau sebenarnya dia kurang yakin dengan keputusannya ini, karena dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai jaminan cuti terhadap sesorang yang mungkin tidak akan kembali ke sekolah itu adalah hal yang buruk, kalau orang itu akan kembali lagi dia bisa aman, tapi kalau orang itu tidak kembali, beasiswanya akan dicabut darinya. Sekedar informasi saja, Anezaki Mamori merupakan murid terpintar disekolah dan dia mendapatkan Beasiswa berprestasi selama tiga tahun dan entah kenapa ia malah menjaminkan dirinya sendiri kepada sesorang yang memutuskan untuk berhenti sekolah. 'Apa boleh buat sudah terlanjur aku mengucapkannya' pikirnya pasrah.

"Apa kau yakin Anezaki-san?" tanya Kepala Sekolah heran

"ya" jawab Mamori yakin

"huuf..baiklah" ucap kepala sekolah pasrah.

"Arigato" ucap Mamori kemudian dengan sambil membungkukan sedikit badannya kearah kepala sekolah dan kemudian mulai berlalu meninggalkan ruangan kepala sekolah tersebut.

Selang beberapa saat sejak kepergian siswi kesayangannya yaitu Anezaki Mamori, pintu ruangannya kembali terbuka dengan kasar, dan menampilkan sesosok makhluk yang ditakutinya sejak satu tahun ini.

"Yo.. Kepala Sekolah sialan! Aku ingin kau menjaminkan cuti untuk Gen Takekura!" teriaknya kasar.

"Anu... Hiruma-san, sebenarnya Anezaki-san sudah menjaminya" ucap sang Kepala Sekolah takut-takut dengan sambil mengelap keringat yang mulai bercucuran didahinya.

Seiring dengan letupan kecil dari balon permen karetnya, ia menatap tajam ke arah kepala sekolah, menilai apakah sang kepala sekolah berkata jujur atau tidak. Dan nama yang baru saja disebutkan oleh kepala sekolahnya terdengar tidak asing di indra pendengarannya.

"Anezaki?" kata Hiruma dengan sambil mengunyah permen karet yang ada dimulutnya.

"Iya.. Anezaki, Anezaki Mamori anggota komite kedisiplinan" cicit Kepala Sekola takut.

Dan setelah pernyataan dari sang kepala sekolah tersebut, akhirnya Hiruma memutuskan untuk pergi dari ruangan tersebut dan seringai khas dirinya tersungging dibibirnya menampilkan gigi tajamnya.

'Si cewek cerewet sialan yang selalu menentangku itu ya' ucapnya dalam hati dan setelah itu ia mengeluarkan buku bertulliskan Akuma Techou dan mencoret sesuatu yang ada dalam buku itu. 'keh..baiklah kau terbebas dari buku ancamanku, cewek sialan' tambahnya lagi.

"KEKEKEKE" dan setelah itu hanya terdengar suara tawa yang sangat mengerikan dalam koridor sekolahan yang sepi itu, entah itu sebuah tawa jahat atau tawa bahagia hanya dia sendiri dan juga Tuhan lah yang tahu.

.

.

.

.

.

TOBECONTINUE

.

.

.

Yaaa... akhirnya fic keduaku tentang hirumamo selesai jugaa...

Setelah saya buat fic pendek berjudul 'ARIGATO' dan tidak laku dipasaran wkwkwwkk..

Akhirnya saya buat fic panjang dengan beberapa chapter,

Yang kemungkinan tidak laku juga dipasaran wkwkwwkwk

Tapi saya tidak peduli, karena saya menulis bukan untuk mendatapkan banyak review atau banyak pembaca.

Karena prinsip saya adalah

Menulis karena saya suka menulis

Hahahahahah

Biar bagaimanapun,sebagai penulis yang baik, saya tetap menerima saran maupun kritikan

.

.

Buat BlondieFrankenstein-senpai terima kasih atas review serta sarannya di fic saya yang berjudul 'ARIGATO' saya harap anda juga mau memberikan masukan juga di fic ini *sambil membungkuk*

Dan buat Silentrider terima kasih juga atas reviewnya ya, dan saya sudah membuat cerita yang lebih panjang dari fic sebelumnya

.

.

Oke akhir kata

Terimakasih sudah membaca

Dan apabila berkenan

Silahkan Review