Ohayou! Konichiwa! Konbawa!
.
Yeiiiiyyyy! *lari-lari sambil ngibarin bendera warna hijau* ini fict shou-ai Light yang AU! Sungguh yang pertama kalinya! *nangis bahagia* film-oh fict ini dibuat, karena Light lagi kesambet*?*. Juga gara-gara mama yang ngajak sebuah film gaje tapi lucu mampus.
Special thanks to:
Raiko Azawa-Sensei, makasih yah Sensei, udah ngebantu Light dengan pendapat dan sarannya, mengenai siapa yang layak jadi Alayer di fict ini… Hihihi! *ngakak licik*
Dozo, Minna-Sama!
Rating:
T
Disclaimer:
*senyum dengan mata lebar* Mbah Maskito_Masashi Kishimoto Sensei_yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung! Serta GTV untuk Why-Why Love.
Warning:
Alternate Universal, out of character, POV changing, a little typo and out of topic, full of lebayness and gajeness. Boys Love. To Readers who hate boys love, please leave this page by pressing the back button!
.
Temari + Akatsuki: 22 tahun.
Kankurou, Neji, Tenten dan Lee: 18 tahun.
Naruto dkk: 16-17 tahun.
Konohamaru dkk: 10 tahun.
Have a nice read! ^__~
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
Tentu saja, ini cerita cinta.
Ada yang senang, suka, sayang, cinta, bahagia, cemburu, marah, dendam, sedih, suram dan pengorbanan… Layaknya cinta yang pasti diisi seputar hal itu.
Sesama apapun perasaan yang dirasakan, tetapi begitu istimewa untuk yang merasakan. Tidak peduli semua mencibir mengenai hal itu. Tidak peduli mengenai keegoisan yang memaksa mengambil kebahagiaan.
Yang berbeda dari cerita cinta yang satu ini…
Karena mereka yang terikat benang merah, bersikap seperti lingkaran.
Ya, mereka berputar-putar, berkilah tentang cinta yang terus menggelitik. Mereka tidak mengakui parasit hati yang datang tanpa diminta dan tidak diketahui kapan kedatangannya.
Padahal…
Mau berkata benci hingga mulut berbusapun, tetap saja akhirnya mereka bertemu kembali di satu titik itu. Berputar. Dan bertemu.
Kata hati yang berbisik lembut, diindahkan oleh perintah otak, dilaksanakan dengan spontanitas. Berdasarkan pada perhatian, empati, percaya dan tulus dari lubuk hati yang tidak mengenal logika.
#~**~#
A SasuNaru fanfiction,
Why My Love is Alayer?
By: Light-Sapphire-Chan
#~**~#
"Huwaaaaaaaaaa~~ aku terlambaaat! Kak Temari! Gaara mana?"
Seorang anak menyambar roti di meja makan, lalu memakai jas hitam dengan pin tersemat di kantong depan dada. Ia lalu lari ke pintu depan untuk memakai sepatunya, diiringi kakaknya yang berdiri dengan muka galak, spatula teracung di tangannya. Dikenakannya sepatu, mulutnya sibuk mengunyah roti.
"Gaara sudah berangkat duluan, Kau sausah dibangunkan sih…" Keluh kakak perempuan cantik berambut pirang dikuncir empat.
"Siram saja aku dengan air!!!"
"Kau sadar nggak, Naruto? Tadi Gaara dan Kankurou sudah memberimu balsam… Bahkan memasukkannya ke mulutmu? Apa nggak kerasa panas? Kau malah menggumam ramen…" Ujar Temari panjang lebar.
Naruto tersenyum kecut, "Kalian kejam padaku… Ya sudah, aku pergi yah, Kak Temari!" setelah berdiri dan memastikan tali sepatunya terikat rapi, sang pemuda berlari membuka pintu.
"Sekalian cari kerja yah, Naruto… Hati-hati!" Temari melambai
"Iyaaaaa! Kak Temari juga hati-hati yah di rumah!" seru Naruto, dan pintu membanting tertutup.
Disirami sinar hangat mentari yang merangkak menuju tahtanya di tengah-tengah langit biru, dan segarnya embun pagi, Naruto berlari sekuat tenaga menuju ke sekolah barunya. Konoha 1 High School, sebuah sekolah gratis, masuk tidak dengan hasil ujian nasional. Tapi dengan tes masuk, begitu pula dengan mereka yang pindah ke sekolah tersebut.
Berhubung Naruto masih melintasi taman, kita lanjut cerita lagi.
Sekolah itu sebenarnya termasuk sekolah di kawasan elit yang biasanya diisi oleh anak-anak calon penerus pemerintahan, anak para petinggi Negara, ataupun anak-anak yang sarat prestasi dalam bidang apapun, untuk memasuki sekolah tersebut, melewati tiga tahap seleksi.
Prestasi, etika dalam pergaulan, tes masuk.
Jika lolos, tentu saja ia akan masuk ke sekolah mewah tersebut. Mewah di sini adalah akronim dari MEpet saWAH—tidak ada niatan alay, di sini belum ada alay.
Hanya saja… Naruto… Akan mengalami kejatuhan nilai, sangat jatuh, bukan dalam bidang hitung-hitungan—yah walaupun payah juga sih di bidang itu, dan teman-teman pembaca sekalian juga akan frustasi di bidang itu.
Lihat saja nanti.
Oh! Naruto berhasil memanjat pagar sekolah yang tinggi itu. Kini ia sedang berlari di koridor, karena ia dan Gaara kemarin sudah beberapa kali ke sini untuk tes masuk dan seleksi, ia jadi tahu kelasnya yang mana, ruang guru, toilet, dan meja piket. Yah, tempat-tempat yang pentinglah…
Kata guru piket waktu itu, yang rambutnya hitam panjang, tapi pucatnya setara dengan mayat, kelas Naruto itu kelas 11-3. Dari pintu gerbang yang menghadap utara, lurus terus, sampai mentok, belok kanan, memasuki ruang loker khusus kelas 11, lurus terus, keluar dari ruang loker, itulah lantai atau tepatnya gedung khusus kelas 11 yang ada 10 kelas.
Dimulai dari pintu kelas yang mempunyai papan bertuliskan "Kelas… 11-1, 11-2 dan… 11-3."
"Hosh… Haaah… Hufffffhhh!" Naruto mencoba mengatur napasnya, yang terengah-engah setelah berlari sepuluh menit nonstop dari rumah hingga kini ia tiba di depan pintu kelasnya, manjat pagar belum dihitung lho.
Sembari merapikan pakaiannya, Naruto meneliti kelas 11-3 dengan seksama. Kelas yang ribut dan heboh. Sepertinya cocok dengannya. Lihat para gadis itu! Cantik kok. Dan yang laki-laki kelihatan supel… Tapi, tidak ada wali kelasnya. Berarti Naruto harus menunggu sampai si wali kelas datang.
Naruto berdiri dalam keheningan koridor yang terisi tawa riang anak-anak seumurannya yang terlihat tanpa beban.
Naruto mengulaskan satu senyum sedih dalam sunyi yang memeluknya. 'Masa depan mereka begitu cerah… Semoga mereka nanti tidak seperti aku… Yang bahkan tidak berani memimpikan impiannya.'
"Selamat pagi, Kau anak baru yah?"
Suara baritone itu membuat Naruto tersentak dari lamunannya, ia menoleh ke belakang, dilihatnya seorang guru yang berdiri di belakangnya dengan rompi vest hijau. Unik juga untuk seragam seorang guru. Mungkin seragam khas guru di sekolah ini.
Naruto membungkukkan badannya sekilas. "Pagi, saya pindahan dari Sunagakure."
Satu kata terlintas di otak Naruto, saat melihat buku tambahan yang dibawa sang guru yang sepertinya wali kelasnya. Bukan buku pelajaran—tentu saja.
'Mesum.'
"Hm… Pantas saja aku disuruh datang pagi, ternyata ada murid baru. Kalau tidak salah, kemarin juga ada pindahan dari Sunagakure…"
"Oh!" Naruto tersenyum sedikit cerita. "Itu sepupuku, Sabaku no Gaara. Gaara ada di kelas 11-5."
"Salam kenal, aku Hatake Kakashi. Wali kelasmu. Aku memegang mata pelajaran Matematika. Ya sudah, aku masuk kelas dulu dan memulai homeroom. Kau tunggu di sini, sampai ada instruksiku untuk masuk yah…" Jelas Kakashi.
Naruto mengangguk tanda mengerti, lalu melihat sang guru yang menggeser pintu kelas, tanpa menutupnya kembali, Naruto dapat melihat, gerombolan gadis kembali ke bangkunya masing-masing dan sedikit mengeluh. Beberapa murid laki-laki menghentikan aktifitasnya. Semua perhatian tertuju pada sang guru yang kini sudah berhasil menduduki daerah kekuasaannya.
"Pagi, anak-anak!" sapa Kakashi ramah.
"Pagiiii, Guruuu!" balas anak-anak dengan nada dibuat-buat. Terdengar seperti anak TK.
Entah kenapa, Naruto jadi ilfeel.
Seorang gadis berambut pirang cantik dengan mata yang sebelah tertutupi poni panjangnya, asal nyeletuk, "Guru, kok pagi-pagi sudah masuk? Nggak nunggu bel jam pelajaran pertama bunyi dulu?"
Teman sebangkunya yang berambut pink pendek ikut angkat suara. "Wah! Ayo kita masukkan ke buku rekor Konoha. Guru Kakashi nggak terlambat!!!"
Gemuruh tawa menggema di seluruh kelas, tidak membuat Naruto paham dengan situasi yang sedang terjadi. "Apanya sih yang lucu?" bukankah ini semua terlalu lebay?
Menghiraukan celetukan dari para siswinya yang rata-rata primadona sekolah, Kakashi bersuara, tidak menunggu walaupun tawa masih saling bersahut-sahutan.
"Hari ini, kalian mendapatkan teman baru… Pindahan dari Sunagakure. Aku harap, kalian dapat berteman baik dengannya…"
Seorang gadis berambut merah dan berkacamata, menyambar pertanyaan yang tentunya, ingin ditanyakan oleh para gadis. "Laki-laki atau perempuan? Keren nggak?"
Kakashi berpikir sejenak sambil meneliti penampilan Naruto yang tergolong casual. "Aku tidak tahu sih selera kalian seperti apa… Tapi untuk sekolah kita, kurasa dia keren. Dan… Imut, manis lagi."
Naruto merinding seketika. Rambutnya mencuat ke atas tajam seolah menyakar angin. Atau, kelihatan seperti habis disetrum tapi tidak gosong. Mukanya terlihat kusut.
Semoga tidak ada lagi keanehan setelah ini, batin Naruto menjerit frustasi. Yah padahal ini baru pemanasan.
"Laki-laki atau perempuan?" tanya gadis itu tidak sabar.
"Laki-laki," jawab Kakashi tanpa minat.
Bisa kita dengarkan gejolak batin para perempuan yang mengidamkan laki-laki imut. Atau jiwa para seme yang siap berperang dengan para gadis.
"Sudahlah, daripada ribut terus, mari, silahkan masuk, Kau yang ada di luar sana!" seru Kakashi, lalu melambai-lambaikan tangannya, sebagai tanda untuk mempersilahkan Naruto memasuki ruangan.
Naruto melangkah dengan wajah pias. Tapi bukan saatnya untuk pasang muka memelas seperti ini.
Betul sekali, Naruto-sama. Karena kau dapat membangkitkan hasrat terpendam untuk jiwa-jiwa kesepian… Yang melihat wajah super memelasmu yang menggemaskan itu. Ya ampun, kemampuan terpendammu yang satu ini tidak boleh digali lebih lanjut. Membahayakan 'keselamatanmu' nantinya. Alias keting-tinganmu bisa lenyap.
Jalannya terhenti ketika dirasanya ia berdiri di tengah kelas, seiring dengan tubuhnya yang menghadap ke kanan di depan papan tulis, mendapati seluruh perhatian terpusat padanya. Naruto cukup kaget, ketika melihat ternyata kelasnya adalah kelas panggung, teman-temannya selama 2 tahun ke depan hingga lulus, duduk di bawah panggung. Bangku-bangkunya terdapat di situ. Bangku seperti anak kuliahan.
Jangkrik saja tidak berani berbunyi ketika merasakan bahwa keheningan merupakan kesempatan emas untuk show-nya yang sering terdengar saat sunyi senyap melagu.
Kakashi memecahkan kecanggungan dengan suaranya. "Silahkan perkenalkan dirimu, darimana asalmu, dan cita-citamu, apa saja deh, terserah."
Naruto membungkukkan badannya sekilas. "Selamat pagi, semuanya…" Suaranya pelan menyapu kesunyian.
"Pa-pagi…" Serak suara seisi kelas menjawab. Kenapa mereka bisa sakit tenggorokan dengan begitu kompak yah?
Apa karena terpesona?
"Namaku Uzumaki Naruto, kalian bisa memanggilku Naruto," Naruto melempar senyum ramah dan ceria. Sukses bikin nahan nosebleed untuk beberapa pihak—masih dirahasiakan. "Aku pindahan dari Sunagakure, sepupu dari Sabaku no Gaara di kelas 11-5. Aku suka ramen, berlatih apapun yang aku bisa… Aku juga suka musik dan menulis sedikit. Ya… Sebatas itu saja sih. Ada yang mau ditanyakan?" tanya Naruto ceria.
Andai ada mata yang jeli, ceria itu dengan mudah disingkapinya. Menemukan kepalsuan yang membentengi kekosongan dan kehampaan.
Sang gadis berambut pirang yang Naruto nilai cukup cantik, bertanya padanya. "Hai, namaku Ino! Kau masuk ke sini… Apa prestasimu?"
Naruto menghela napas. Menurutnya, pertanyaan tersebut cukup aneh. Setidaknya ia harus membiasakan diri.
"Salam kenal, Ino. Banyak di bidang olahraga. Voly, Basket, Sepak Bola, Baseball… Renang, lalu… Sedikit di bahasa," jawab Naruto tanpa ragu.
"Namaku Karin, salam kenal. Juara berapa saja?" tanya gadis berambut merah yang berkaca mata.
"Salam kenal, Karin. Tidak menentu, kadang juara satu, dua, atau tiga..." Jawab Naruto agak bosan.
Seseorang melambai pada Naruto, menyita perhatian satu kelas. "Namaku Sakura! Eh, eh, Naruto sudah punya pacar belum?"
Naruto rasanya ingin menubruk-nubrukkan kepalanya ke dinding terdekat. Tidak peduli itu membuat IQ-nya semakin tiarap. Karena itu merupakan salah satu alternative untuk membuat perasaannya menjadi lega.
Karena pertanyaan itu begitu sensitif untuknya.
"…Eeehhhmmm… Belum, kenapa? Sakura mau jadi pacarku?" goda Naruto penuh percaya diri.
Terdengar seruan menggoda dari seluruh penghuni kelas.
Sakura bersemu merah, "Ng-Nggak! Aku kan sudah punya Sasuke…"
Yang dipanggil Sasuke menjulurkan lidahnya dengan muka datar. Tentu saja ia tidak tertarik dengan ini semua.
Ah, nanti cupid akan membuatmu tertarik kok. Tinggal tunggu tanggal mainnya. Semua harus berterimakasih pada Itachi, yang membuat Sasuke hari ini masuk—lagi pula absent Sasuke membuatnya terancam tidak naik kelas.
"Bohooonnngg!" seru seseorang dengan senyum mengerikan. "Mukamu merah kayak rambutmu tuh, Sakura…"
"Diam Kau, Sai!" hardik Sakura.
Sai tersenyum lagi, "Bilang saja kalau hatimu mulai terbagi dua…"
Dan hentakan kaki yang mengguncang, mengantarkan sebuah benjolan tepat di kepala Sai. Naruto pikir, ia tidak akan mencari masalah dengan gadis berambut pink itu. Padahal cantik, tapi…
"Kalau yang Kau sukai, Naruto?" tanya Ino penasaran.
"Banyak sih… Tapi kurasa, tidak bisa dihitung dalam daftar orang yang kucintai," jawab Naruto penuh perhitungan. Sekali ini ia sangat cermat.
Wajar, hari ini merupakan lembaran baru baginya, yang ingin melupakan para rentenir dan kejahatan mereka.
Melupakan jati diri yang sebenarnya, dengan mencari sahabat.
"Eh, eh!" Karin berdiri dari bangkunya yang berada di paling pinggir dekat pintu masuk, lalu berjalan ke bangku tepat di tengah-tengah kelas. Digandengnya mesra seorang pemuda. "Kalau dengan Sasuke? Kira-kira… Kau bisa jatuh suka padanya nggak?"
Naruto mengernyitkan dahinya, ia rasa… Sekolah yang ini sangat unik. Kebebasannya agak diluar batas. Toh Naruto tetap menyukainya.
Naruto menelusuri wajah setiap murid, sampai akhirnya, dari wajah Karin yang ceria, dialihkannya sedikit pandangan ke orang di sebelah Karin.
Mata Naruto bertabrakan dengan mata hitam orang yang dipanggil Sasuke. Sesaat mereka tidak bicara apa-apa.
"Kau Uchiha, kan?" tanya Naruto pelan.
Sasuke cukup terkejut, sebenarnya sih, tidak heran kalau Naruto mengetahui dirinya. Tapi kan… Naruto pindahan dari Suna! Apa keluarga Uchiha-nya sedahsyat itu? Begitu dielu-elukan? Harusnya Sasuke tidak heran, kan? Ini adalah hal yang terlalu biasa untuknya…
'Sepertinya aku salah makan,' pikir Sasuke.
Ah, tentu saja tidak, tuan muda Uchiha yang luar biasa egois. Kau masih makan 4 buah tomat hanya untuk sarapan saja. Hanya untuk pagi ini.
"Hn. Tahu darimana?"
Sepertinya, lebih cocok hal ini yang dimasukkan ke buku rekor. Secara, Sasuke menampakkan ketertarikan, bahkan memulai pembicaraan! Sungguh, bukan berita biasa!
Naruto tersenyum kecut, "huffffhhh… Para gadis yang berkata seperti itu."
Sasuke mendengus kesal, "Lepaskan tanganku."
Dengan nada dingin mengerikan dan menakutkan itu, Karin segera kabur, kembali ke tempat duduknya. Dan Sasuke melipat kedua tangannnya di depan dada.
"Selain itu?" tanya Sasuke, mengalihkan perhatiannya dari Karin ke Naruto lagi.
Naruto berpikir sejenak, "Aku rasa tidak ada. Memang kenapa?"
Tidak ada yang memperdulikan Kakashi yang nampaknya, sibuk dan asyik dengan buku-buku oranye kesayangannya.
Karin, Sakura dan Ino nampaknya sibuk membombardir Naruto dengan pertanyaan-pertanyaan wajar—dari segi mereka. Tapi sangat aneh—menurut Naruto.
"Sasuke…" Panggil orang di depan bangku Sasuke.
"Hn?"
"Kau tertarik padanya?"
"Tidak lucu, Neji," Sasuke mengibas-ngibaskan tangannya.
Kelas yang mulai gaduh gara-gara status Naruto, ditenangkan oleh Kakashi yang bersuara, padahal sebelah matanya yang tidak tertutup tidak lepas memandang pada buku-buku yang merupakan kekasih hatinya*?*.
"Oh yah, Naruto… Apa cita-citamu?" tanya Kakashi sambil lalu.
Naruto tertegun sejenak. Mendengar dan melihat Naruto tidak juga menjawab pertanyaan Kakashi, kelas yang semua ribut mulai tenang bahkan penasaran, hingga tanpa disadari, kelas itu menjadi sepi.
Pemuda berambut pirang yang mencuat kemana-mana, memiringkan kepalanya ke kanan. Lalu ia mengalihkan kepalanya ke kiri, ke jendela. Dipandanginya lekat-lekat langit biru yang membagi indah warna matanya, di iris mata Naruto.
Seulas senyum sedih, mengiringi jawaban Naruto yang terdengar riang tapi menusuk hati.
"Tidak tahu… Guru. Aku bahkan tidak berani bermimpi."
"…"
Sunyi merenggut keramaian yang sempat singgah. Membuai menjadi hening yang merindukan sepi.
Mereka semua yang menatap Naruto, hanya bisa terdiam memandang Naruto, tidak bisa merespon Naruto yang berkata dengan keceriaan. Padahal ia terlihat begitu menyenangkan… Tetapi, sepotong luka mencuat ke permukaan, terdengar setiap kata dan nadanya, membuat mereka membisu.
"Kenapa?" tanya Kakashi, mewakili tanda tanya dari segenap muridnya.
"Hmmm…" Naruto berpikir sejenak. "Karena, kurasa, mimpi ya hanyalah mimpi. Bukan aku tidak mau berusaha untuk meraihnya. Tapi waktu dan kondisi yang tidak memungkinkan."
Termenung. Mereka semua hanya bisa menatap Naruto dalam diam. Tak ada kata yang dapat merespon Naruto.
Yak, berikan pengecualian pada 'Tuan Terajin Bolos' di sekolah ini.
"Entah kenapa," sang pemuda membuka suaranya, Naruto mengalihkan pandangan, dari langit biru yang bersih tanpa awan di luar sana. Ke seseorang yang bersuara di tengah kelas.
Dia yang bersuara, dengan posisi duduk yang teramat 'sopan'—posisi duduk ala di warteg gituloh. Dan wajah menyebalkan yang lagi-lagi, menyorotkan kedinginan dan kedataran tanpa antusiasme. Padahal mau ceramah panjang.
"Entah kenapa," ulangnya lagi. "Mungkin baru hari ini aku bertemu denganmu," 'Kau mengingatkanku pada seseorang,' tambahnya dalam hati. "Tapi, kurasa, Kau bukan tipe orang yang merasa terbebani dengan semua beban yang ada padamu. Kau semangat dan blak-balakan, jadi kurasa, Kau akan sangat terlihat BODOH kalau menyerah seperti itu," katanya panjang lebar.
"…"
"Sa-Sasuke…" Beberapa, ah tidak. 15 orang gadis yang merupakan golongan kaum mayoritas di kelas tersebut, memandang Sasuke dengan tatapan cinta.
Kiba, Lee dan Chouji. Trio tersebut melakukan head bang di dinding terdekat. Sungguh ini hari yang aneh. Bunyi benturan kepala mereka tetap tidak bisa menyaingi suara jeritan kagum para gadis, pemuja Sasuke Uchiha.
Shikamaru bahkan mengangkat kepalanya dari meja. Ia terdiam menatap Sasuke yang berada dua bangku di depannya. Shino tidak sanggup memejamkan matanya di balik kacamata.
Neji sebenarnya juga ingin ikut head bang di dinding terdekat, andai Gaara—teman sebangkunya, tidak mengingatkannya. "Nanti rambutmu kena cat putih. Jadi kotor deh."
Pengikut Sasuke seperti Suigetsu dan Juugo, bahkan keduanya berekspressi lebih parah. Dagu mereka rasanya sudah jatuh menghantam lantai ala anime style.
"Oh, bagus sekali, Uchiha," kata Kakashi lega. Setidaknya, kali ini muridnya yang sangat memusingkan yang satu ini tidak membandel seperti noda.
Naruto mendengus, lalu tertawa lebar. Ia balas memandang Sasuke dengan tatapan menantang, "Kata-katamu bagus, asalkan tidak ditambah BODOH, jelek," Naruto merengut kesal.
Sudah pasti kelihatan imut, kan?
Sasuke menjulurkan lidahnya, dibalas serupa pula dengan Naruto. Keduanya adu mulut, hingga waktu homeroom habis hanya untuk menonton pertengkaran mereka.
"Naruto~ Kau duduk di sebelah siapa yah? Bangku kosong yang ada tinggal sebelah Sasuke…" Ucap Kakashi, firasat buruk menerpanya.
Kayaknya sih, membuat Sasuke dan Naruto sebangku, bukanlah hal yang baik. Dalam kondisi dan situasi apapun.
Naruto mencibir. "Terima kasih, guru."
Naruto menuruni panggung dengan satu lompatan, lalu berjalan menghampiri bangkunya, selama satu tahun ke depan menuntut ilmu. Ya ampun, baru saja masuk sekolah, ia sudah beruntun tertimpa sial. Tanpa menoleh pada teman sebangkunya, Naruto duduk di bangkunya.
Sasuke menyeringai, lalu menoleh menatap Naruto dengan angkuh.
Naruto juga kebetulan menoleh ke kanan, matanya bertemu tatap dengan mata Sasuke. Naruto menjulurkan lidahnya kesal.
Seperti ada listrik di antara mereka yang saling berpandangan.
Dan keduanya saling membuang pandang kesal.
Kakashi membereskan bukunya, "Anak-anak, kalian mendapat kelas apa setelah ini?"
Sasuke tersenyum lebar. Naruto acuh tak acuh memperhatikan Kakashi.
"Kelas Alay, Guru!"
Seketika, mata Naruto terbelalak lebar dan ngeri. Tak lama, jeritan seksi *?* keluar dari pita suaranya.
"AAAAPAAA?! KELAS ALAY?!"
#~**~#
To be continued
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Garing-yeuuuhh! Chapter awal dari Light pasti begini… Abal, gaje bin aneh… Hiks!
Minggu depan ada midtest, Light mohon doanya untuk kelancaran midtest sialan ini~ hiks! Hiks! Ujian reseeekkk! Kalau lancar ujiannya, Light pasti datang dengan update-an yang lebih bermutu! ^__^v
Terima kasih atas waktunya untuk menyempatkan membaca. Kritik dan sarannya ditunggu selalu!
Sweet smile,
Light-Sapphire-Chan
