The Next Hunt
Fanfic ini bisa dibilang adalah sekuel dari fanfic pertama Athor, The Real Reality Show. Tapi bisa dibaca terpisah. Kali ini tentang balada Tim Tercekek-cekek dan kisah Sasuke yang mengejar Itachi. Ya udahlah kalo begitu. Langsung dibaca aja..
Oh, ya, disklemer dulu…
Dunia juga tau kalo Naruto tu miliknya Kishimoto. Halah!
Chapter 1
Alkisah, pada suatu hari, once upon a time, sesuai dengan sambungan dari ending The Real Reality Show…
Sasuke mengejar Tim Tercekek-cekek untuk memaksa mereka membantunya mencari Itachi sehingga ia bisa menemukan Itachi dengan gratis….*tarik nafas*
"Kenapa openingnya ribet banget?" protes Naruto.
"Biar lebih happening." Sahut Authornya ngaco
In short, atas keputusan sepihak dari Author, Sasuke pun tidak berhasil mengejar Tim Tercekek-cekek.
"Senangnya hatiku…turun panas demamku.." nyanyi Madara, Deida, dan kameramen kompak. Mereka kagak peduli soal imej mereka yang bakal jatuh. Pokoke mereka selamat dari Sasuke dan Naruto.
Maka, Sasuke dan Naruto pun balik ke Konoha, sedangkan Tim Tercekek-cekek hilang di ujung cakrawala.
Tiba di gerbang Konoha, mereka pun disambut meriah dengan confetti dan kembang api.
Ya kagaklah!! Mana mungkin Konoha punya budget buat beli kembang api. APBN-nya aja defisit terus gara-gara dipake judi melulu sama hokagenya.
Sebagai gantinya, mereka disambut dengan sunyi-senyap oleh Kotetsu dan Izumo.
"Uchiha!!" seru Kotetsu sok antusias.
"Youkoso…" sambung Izumo lembut, nyaris tak terdengar.
"Sebelum kamu masuk, kamu harus kami cek terlebih dahulu." Ucap Kotetsu.
Sasuke garuk-garuk kepala. "Cek apa? Cek uang? Cek kesehatan? Cekoslovakia?"
Kotetsu dan Izumo saling berpandangan dengan ekspresi kayaknya-Uchiha-udah-sarap-coz-harus-menyerahkan-tubuhnya-sama-si-uzur –Orochimaru.
"Cek Senjata." Ucap Izumo akhirnya. "Kami harus memastikan bahwa tak ada senjata dari luar yang kamu bawa masuk, kecuali kunai, gatana, shuriken, or apapun yang made in Konoha."
"Emang kenapa kalo gue bawa senjata dari luar?"
Kotetsu menyeringai. "Kamu harus bayar bea cukainya. Gyahaha!!!"
Sasuke swatdrops. Ia emang gak tau kalo Konoha udah sebegitu mlaratnya, sampe apapun jadi dikomersilkan.
"Ya udah. Cek aja cepet. Udah laper neh." Keluh Naruto yang sejak tadi didiemin.
Tanpa banyak komentar, kedua sekuriti itu pun melakukan segera melakuakn pemerikasaan ala pemeriksaan di bandara.
"You're clear." Kata Kotetsu sesaat kemudian.
Tepatnya lima jam kemuadian.
"Hoaaahm….HAH?!" Sasuke geragapan. "Oh, udah selesai? Gue boleh pulang?"
Kedua sekuriti itu mengangguk.
"Okelah. Ayo, Naruto! Eh, Naruto??" Sasuke celingukan. "Heh, di mana temen gue satu itu?"
"Dia udah pulang sejak empat jam lima puluh tujuh menit yang lalu." Jawab Izumo dengan jelas dan rinci.
"Halah! Berarti dia nungguin gue cuma tiga menit doang?" Sasuke nginyem.
***
Menjelang sore, Sasuke baru bisa pergi menuju KOC (Konoha Office Centre) untuk melaporkan kedatangannya. Di sana ia dicegat oleh sekelompok ninja medis.
"Kepung dia!" perintah salah seorang ninja. "Jangan sampe kita ketularan penyakitnya! Cepat isolasi dia!!"
Singkat cerita, Sasuke pun diantar (baca:diseret) ke laboratorium. Di X-ray, CT-scan, tes fisiologis, sampe USG pun kudu dijalanin.
"Lebay banget seh." Sungut Sasuke.
"Ini buat mastiin kalo loe gak bawa bakteri, kuman, virus, dan sebagainya." Jawab salah satu ninja.
Smentara itu, ninja-ninja laennya gak peduli. Mereka sibuk ribut sendiri.
"Apa dia perlu diimunisasi lagi?"
"Gak usah. Anti tetanus aja."
"Tes darahnya gimana?"
"Ternyata dia emang masih darah Uchiha."
"Pemeriksaan virusnya gimana?"
"Ada pandemi dari Orochimaru seh. Tapi udah di-heal."
"Makanya, laen kali kalo download data itu hati-hati. Pilih yang legal dan aman. Jangan lupa, antivirusnya di-up date terus."
"????"
Ternyata ada Anbu yang nyasar ke ruang medikal, sodara-sodara.
***
Akhirnya setelah dinyatakan sehat oleh para ninja medis, Sasuke pun boleh meneruskan perjalanannya ke ruang Hokage. Tapi baru saja ia nutup pintu laboratorium, dua orang Anbu melarikannya ke sebuah ruangan yang berjudulkan Asylum.
Sseorang yang memakai furisode tampak duduk di tengah ruangan yang beralaskan tatami. Keliatannya tu orang lagi nge-chado seorang diri.
"Sit down, please." Kata si furisode.
Sasuke duduk. Hening.
Masih hening.
Tetap hening. Apaan seh?
"Ano…" Sasuke mencoba bicara. "Anda ini psikolog?"
"Bukan." Jawab si furisode tenang.
"Un….anda ini…shojo?"
Si furisode langsung menampar Sasuke dengan paperfan-nya, dengan sikap yang tetap anggun. "Shonen 100% dong."
Pipi Sasuke terasa nyut-nyutan. "Kok pake furisode?"
"Ceritanya panjang. Jadi, pada suatu hari—"
"Kagak jadi tanya, ding." Potong Sasuke. Soalnya instingnya berkata kalo suatu cerita diawali dengan 'pada suatu hari', jadinya pasti panjang banget.
"Saya ini hanyalah psikiater."
Sasuke gak komentar apa-apa. "Jadi, saya disini tuh disuruh ngapain sebenernya?"
Si furisode menyuguhkan secangkir teh hijau ke hadapan Sasuke.
"Enak." Ucap Sasuke begitu menyesap tehnya.
"Jelas enak. Wong itu teh botol dari kantin sebelah." Jawab si furisode cuek.
"…."
"Jadi saya mulai saja interviewnya. Pertanyaan pertama, kenapa anda lari dari Konoha dan mengikuti Orochimaru?"
"Sudah saya jawab di fanfic sebelumnya." Jawab Sasuke males.
Karena isi interview-nya sangat tidak bermutu, maka Author mutusin untuk tidak menuiskannya secara lengkap *tangan pegel mode on*.
***
Akhirnya, menjelang tengah malam, barulah Sasuke bebas pulang ke rumah. Setiba di muka rumahnya, ia merinding sendiri. Soalnya rumahnya tampak gelap, berdebu, penuh daun kering dan sarang laba-laba. Jauh lebih serem daripada haunted-house di Goosebumps-nya RL Stine.
"Kenapa rumah gue jadi kayak rumah kosong begini?"
Ya iyalaaah!!! Kan udah bertahun-tahun loe tinggal, jelas aja si rumah minta cerai…eh, maksudnya, jelas aja rumahnya jadi kayak museum kosong.
Karena udah capek, terpaksa Sasuke rebahan di teras rumahnya.
Kenapa gak masuk aja?
Ternyata, sejenius-jeniusnya Sasuke, dia tetaplah manusia biasa yang punya sisi bego, di antaranya meninggalkan kunci rumah di kediamannya Orochimaru.
Tapi sebagai ninja melarat, dia udah biasa tidur di emperan toko, jadi cuma tidur di teras sih bukan masalah besar. Dalam hitungan ke tiga, ia sudah tidur. Lebih dalam, lebih jauh ke alam bawah sadar…
"Sasuke?"
Sasuke tergeragap. "Maap, mbah… Saya cuma numpang!"
Seketika sebuah tonjokan maut mendarat di wajah Sasuke.
"Apa kamsud loe, hah?!"
Setelah mengalami koma selama tiga detik, Sasuke pun tersadar.
"Naruto? Ngapain di sini?"
"Ngeliat keadaan loe. Ke rumah gue aja yok."
"Kenapa?"
"Pake nanya lagi. Rumah loe udah disita negara."
Sasuke shock. "Kok bisa??"
"Pake nanya lagi. Loe kan gak bayar pajak tahunan, pajak bulanan, dan pajak harian. Apa kata dunia???"
Sasuke cengok.
Lima menit kemudian, ia baru sadar setelah mendengar tepuk tangan penonton (baca: Naruto sendiri).
Akhirnya ia pun menuruti saran Naruto.
"Sori tadi gue tinggal. Abis gue laper banget." Kata Naruto.
"Ini yang bikin gue males balik." Gerutu Sasuke, gak peduli ma kata-kata Naruto. "Prosedurnya ribet banget. Diperiksa sekuriti lima jam, kudu check up ke dokter, konsultasi ma psikiater, arisan ma ibu-ibu.."
Hah? Yang terakhir gak usah diitung, sodara-sodara.
"Tapi baguslah kalo loe udah pulang. Demi mengejar loe, gue ampe tiga taon gak nonton sinetron en telenovela."
"Selama gue magang di tempat Orochimaru, gue juga gak sempat nonton tipi, tau! Klo pagi, si Kabuto nguasain tipi, nonton infotainment ma program musik, kalo siang gue latian, kalo malam gue tepar, gak sanggup nonton tipi."
Sungguh pembicaraan yang tidak bermutu.
***
Tsutzuku
Yeah! Kelar juga chapter 1. Author sebenernya juga udah bikin chap 2, lho! I've been so long gak nulis humor, jadi fic ini rada-rada ancur gimana gitu. Maap kalo belum bikin ngakak. Jangan menyerah!! Tunggu chapter depan!!!
I wanna know your opinion, Readers.
So, review!!
Anyway, chapter depan bakalan tentang nasib Tim Tercekek-cekek di markasnya. Buat yang gak tau siapa itu Tim Tercekek-cekek, disarankan cari fanfic Author yang judulnya The Real Reality Show *promo mode on*. Hehehe…..*ketawa gaje*
