Aneh, tidak umum, dan terkadang kelainan. Kata-kata itu berhembus menuju kedua daun telingaku dan memasuki gendang telingaku. Terus masuk ke dalam hingga mencapai bagian tergelap dalam diriku. Haah….sungguh menyebalkan. Dengan agak gusar aku berusaha mencabut tiap urat di tubuhku yang telah dicemari oleh kata-kata tidak bertanggung jawab yang hanya berdasar pada pandangan sekelompok orang yang dibandingkan dengan kebiasaan dan hal yang menurutku tidak lebih dari omong kosong besar.

Tidak perduli? Ah, keras kepala? Itu bukanlah suatu masalah. Karena aku yakin, bahwa aku tidak memiliki beban dan hal-hal yang ditimpakan padaku hanyalah seonggok karung besi usang yang kosong dan tidak dibutuhkan. Walaupun begitu, aku yang telah dilahirkan dengan jalan pemikiran berliku ini ternyata masih dapat diluruskan dan dikejutkan dengan berbagai "kehadiran" tak terduga yang juga membuka arti sebenarnya dari tiap pemikiran yang kupercayai sebagai dasar kepribadianku itu sendiri.


Weird? Maybe A Little….

Disclaimer: Vocaloid © Yamaha Corporation

Story: © Viory.01


Tampak seorang gadis dengan rambut honeyblonde sebahu berjalan dengan langkah gontai. Kedua matanya terasa berat akibat kantuk yang merajalela. Semalam, ia bergadang untuk mengerjakan tugas kelompok yang harus dikumpulkan hari ini. Dan walaupun disebut sebagai kerja kelompok, nyatanya ialah yang mengerjakan sebagian besar dari tugas tersebut. Akan tetapi, jangan salah paham, gadis ini tidak keberatan sama sekali. Anggota lain bukannya malas dan menimpakan semuanya padanya, tapi ia sendiri yang menawarkan diri untuk menyelesaikan sebagian besar sisa tugas yang belum selesai tersebut.

Gadis itu memasuki ruang kelas dan melihat bahwa belum ada seorang pun disana. Yang tampak di kedua matanya hanyalah sebuah tas milik salah satu temannya yang tergeletak di bangku secara sembarangan. Dan sepertinya pemilik tas itu pun sedang pergi keluar. Gadis itu menatap ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya sekilas dan menghela nafas lega.

Ah! masih banyak waktu sebelum bel pertama berbunyi. Ia masih memiliki waktu untuk bersantai dan pergi ke kelas sebelah untuk mengunjungi sahabatnya. Gadis itu melemparkan tasnya dengan agak kasar -kebiasaan buruknya- dan kemudian memperbaiki letaknya sedikit sebelum melangkah keluar kelas sambil menguap dengan lebar. Ia berjalan sedikit sebelum akhirnya berpapasan dengan kedua teman seangkatannya yang berbeda kelas, Neru dan Teto, yang sedang bercakap-cakap dengan serunya.

.

.

.

"Hey, Neru, Teto! Ohayou!"

Neru dan Teto menoleh dan tersenyum, walaupun sepertinya mereka agak terkejut juga sehabis mendengar suara sapaan yang cukup keras itu.

"Ohayou Rin-chan! Tumben datang sepagi ini?"

Neru berbicara terlebih dahulu. Di tangan kanannya tergenggam sebuah buku seperti kamus kecil dengan cover berwarna ungu kehitaman. Gadis yang dipanggil Rin-chan itu tampak berusaha membaca judul di sampulnya, akan tetapi tulisannya terlalu kecil untuk dapat ditangkap oleh kedua matanya dan akhirnya ia pun memutuskan untuk menyerah.

"Ah, tidak apa-apa. Aku habis mengerjakan tugas kelompok tadi malam dan kupikir aku akan mengumpulkannya pagi ini, tetapi masih banyak waktu kosong jadi tugasnya mau kukumpulkan nanti saja." Rin menjawab sambil nyengir. "Oh, kalau begitu sekarang Rin-chan mau pergi ke mana?" kali ini Teto yang melontarkan pertanyaan pada Rin. "Aku mau pergi ke kelas Miku sebentar. Di kelasku tidak ada siapa-siapa. Oh, ya. Kalau begitu aku duluan ya! Jaa!"

Rin melambaikan tangan pada Neru dan Teto yang balas melambai. Mereka melangkah dan saat Rin menoleh sekilas, mereka tampak kembali ke pembicaraan serius mereka tadi yang sempat terhenti oleh kehadirannya. Yah, Rin bisa saja bergabung dan bertanya tentang hal apa yang sedang mereka bicarakan, akan tetapi ia sedang malas untuk berhenti bercakap-cakap dan ia ingin cepat-cepat mendatangi Miku sekarang. Terburu-buru? Mungkin. Ada beberapa hal yang ingin ia bicarakan dengan Miku sebelum bel pertama berbunyi.

.

.

.

"Ohayou, Miku!"

Rin memasuki ruang kelas Miku dan berjalan menuju kursi yang berada nomor dua dari depan di pojok kiri kelas. Di kursi itu, tampaklah seorang gadis berambut teal panjang yang diikat twintails sedang duduk sambil menghadap ke arah buku sketsa yang tergeletak di atas mejanya.

"Eh, ohayou, Rin-chan, ada apa?"

"Ah tidak, aku hanya ingin memberitahu kalau aku membuat gambar baru tadi malam. Yah, tidak begitu sempurna sih, tapi setidaknya aku lumayan suka bagian sungainya."

"Eh! Kau sudah bisa membuat tekstur air ya? Wah! Aku iri! Semalaman aku berusaha membuat pemandangan pantai ini, tapi bagian lautnya tidak jadi-jadi! Ukh!" Miku menatap ke arah corat-coret di dalam buku sketsanya sambil menghela nafas. "O,ya ngomong-ngomong Rin, mana gambarnya? Aku penasaran ingin lihat." Miku mengalihkan pandangannya dari buku sketsa dan menatap ke arah Rin.

"Ah, karena tadi aku berangkatnya buru-buru, jadi kertasnya tertinggal di rumah. Mmm, bagaimana kalau besok saja?" Rin, berkata sambil menggaruk kepalanya sedikit.

"Baik, baik. Dan, hey, bagaimana pendapatmu dengan gambarku ini?" Miku menunjukkan gambar di buku sketsanya dengan agak ragu. Gambar itu sebenarnya bagus, akan tetapi warna dan teksturnya masih terlihat kasar dan berantakan. Konsepnya pun lumayan unik, karena ia memadukan pemandangan pantai dengan bunga putih dan korden di pinggirannya dengan maksud gambar itu terlihat dari sudut pandang sebuah jendela besar yang terbuka.

Rin menatap gambar Miku sebentar sebelum akhirnya berkata, "Hmm, sebenarnya sudah lumayan sih, tapi teksturnya kasar. Warnanya juga masih berantakan."

"Benar juga sih. Aku juga merasa begitu. Ya sudahlah. Nanti aku perbaiki lagi." Gumam Miku sambil menutup buku sketsanya dan memasukkannya ke laci meja dengan perlahan. Yah, Miku memang sangat menyayangi buku sketsanya.

"Oh iya, Rin! Kamu tahu tidak? Hari ini Len datang lho. Kepindahannya ini dapat dikatakan mendadak juga. Jadi karena itulah mungkin banyak yang tidak tahu kalau kita akan kedatangan siswa baru."

"Len? Siapa itu? " Rin berkata dengan sedikit bingung sambil mengernyitkan dahinya. Ia berusaha mengingat-ingat, akan tetapi ia memang tidak merasa pernah kenal dengan orang yang bernama Len.

"Ah, maaf! Aku lupa. Kamu kan dari sekolah yang berbeda dariku. Wajar kalau kamu tidak kenal dengannya. Oh, iya, Len itu tetanggaku dulu lho. Kami sempat akrab dan aku juga agak sering diganggu gara-gara itu. Soalnya Len kan populer diantara teman-teman perempuan kita, jadi yah… "

"Mereka tidak terima karena kamu akrab dengan Len? ..atau lebih tepatnya cemburu, begitu?"

"Begitulah, walau sebenarnya aku dan Len cuma teman biasa. Tapi, sepertinya dia tidak akan masuk ke kelas ini. Mungkin dia akan masuk ke kelas A atau B. Soalnya disini jumlah muridnya sudah terlalu banyak. Tahun lalu juga kelas ini sudah kedatangan dua murid baru. Jadi kali ini sepertinya tidak mungkin lagi." Jelas Miku panjang lebar.

"Hmm, betul juga ya. Aku saja bingung, kenapa cuma kelas kalian yang terus kedatangan murid baru. Hm! Tunggu dulu. Kalau begitu akan ada kemungkinan si Len itu akan masuk ke kelasku kan?"

"Iya. Karena kelas B juga sudah penuh dan kelas kalian kan siswanya paling sedikit. Jadi, memang sepertinya kemungkinan besar dia akan masuk ke kelasmu." Miku berkata sambil mengangguk.

"Oh, ya sudahlah. Lagipula aku juga tidak terlalu perduli. Dengan bertambahnya jumlah siswa di kelas, otomatis kelas pun akan bertambah sempit dan panas. Fuh, kenapa dia tidak masuk ke kelas D saja ya?" Rin menghela nafas kecil, tetapi Miku segera menjawab, "Tidak bisa, Rin. Kelas D sudah sempit dari awal, jadi tidak mungkin menambah siswa baru lagi. Dan, hanya karena kedatangan satu orang saja, tidak mungkin kelasmu langsung menjadi panas kan?. Hehe, lagipula dia lumayan keren lho, Rin. Siapa tahu saja kamu jadi tertarik dengannya. Dan, oh iya kalau tidak salah…"

"Kalau tidak salah apa?" Rin menyambar perkataan Miku cepat.

Akan tetapi, Miku terdiam sejenak, tampak berusaha mengingat-ingat sebelum akhirnya menjentikkan jarinya dan terkekeh.

"Ah, tidak, tidak apa-apa. Hehe, sebentar lagi juga kau akan tahu sendiri. Dan sekali lagi aku peringatkan. Hati-hati lho, Rin! Salah-salah kamu bisa jatuh ke perangkap mautnya." Miku kembali terkekeh. Ia memang senang menggoda Rin, walaupun sebenarnya Miku bukanlah gadis yang usil. Akan tetapi, reaksi Rin yang berlebihan jika menyangkut masalah laki-laki dan hubungan romantis antar kekasih membuat Miku menjadikan "menggoda Rin" sebagai hobi ketiganya setelah menggambar dan menulis.

"Apa!? Tidak, terima kasih. Laki-laki itu menyebalkan dan merepotkan. Aku tidak tertarik sama sekali. Lagipula di kelas B setidaknya masih ada tempat untuk satu siswa baru lagi kan? Tidak pasti juga dia akan masuk ke kelasku. Dan oh ya, aku harus pergi, sebentar lagi jam pelajaran pertama dan aku harus cepat mengumpulkan tugas kelompokku. Aku pergi dulu ya! Jaa! Dan sekali lagi kukatakan, aku sama sekali tidak tertarik!"

Rin pergi meninggalkan kelas Miku setelah menekankan beberapa kata-kata akhir yang hanya ditanggapi Miku dengan senyuman. Ia berjalan dengan agak cepat menuju ruang guru setelah sebelumnya kembali ke kelasnya terlebih dahulu untuk mengambil tugas kelompok yang berada di dalam tasnya.

Sesampainya di depan pintu ruang guru, ia berhenti sejenak. Yah, ruang guru ini memang berada agak jauh dari kelasnya dan untuk itu ditambah dengan letak kelas dan ruang guru yang berada di lantai berbeda. Ruang guru di lantai pertama dan ruang kelas Rin di lantai dua. Jadi, wajar saja jika Rin berhenti untuk menghirup nafas dan terengah-engah sebentar, mengistirahatkan jantungnya sejenak sebelum mengetuk pintu ruang guru itu.

"Shitsureishimasu…." Rin membuka pintu perlahan dan berjalan melewati jejeran meja pengajar lain dengan sedikit membungkuk kemudian berhenti di depan meja Kiyoteru-sensei. Meja tersebut tampak kosong dan Rin mulai bingung...

Ia bisa saja meninggalkan tugas tersebut di atas meja dan langsung pergi...

Akan tetapi, bagi Rin yang lumayan perduli dengan nilai, meninggalkan tugasnya begitu saja tanpa melihat Kiyoteru-sensei mengoreksi dan memberitahu bagian mana yang salah akan membuatnya menjadi sangat penasaran. Walaupun sebenarnya, tidak ada bedanya jika ia langsung menerima hasil saja dengan ia menerima hasil setelah melihat proses penilaian yang dilakukan senseinya.

Dan karena alasan inilah, Rin bertanya kepada Meiko-sensei yang mejanya berada di samping Kiyoteru-sensei, dimana Kiyoteru-sensei berada sekarang..

"Ehm, sumimasen sensei, tapi apakah sensei tahu dimana Kiyoteru-sensei sekarang? Ada tugas yang ingin saya tanyakan."

"Oh, Kiyoteru sekarang ada di ruang kepala sekolah. Kalau tidak salah, ia sedang mengurus kedatangan siswa baru."

"Oh, begitu ya. Ya sudahlah. Kalau begitu terpaksa kali ini tugasnya saya tinggalkan di mejanya saja. Arigatou, Meiko-sensei."

Meiko-sensei hanya mengangguk sebagai balasan dan Rin memutuskan untuk kembali ke kelas, akan tetapi saat melewati ruang kepala sekolah, ia melihat bahwa pintunya sedikit terbuka. Rin kemudian berhenti dan mendekat.

"Kira-kira bagaimana ya tampang siswa baru ini? Hmm, Kiyoteru-sensei sedang mengurusnya. Berarti dia memang akan masuk ke kelasku."

Sambil mengintip, Rin bergumam dalam hati. Yah, walaupun tadi dia bersikap sok cuek dan tidak perduli di depan Miku, sebenarnya Rin penasaran juga. Bagaimana sih tampang siswa baru yang katanya sempat populer di antara gadis-gadis ini?

"Yah, tapi bukan berarti aku tertarik dengannya! Aku hanya sedikit penasaran!" Rin berseru dalam hati.

Rin kembali mendekatkan tubuhnya, akan tetapi celah di pintu yang sedikit terbuka itu tidak cukup untuk membuat Rin dapat menyaksikan apa yang ada di dalam ruangan.

"Ah! Celahnya terlalu kecil! Aku tidak bisa melihat apa-apa!" Rin mendesis pelan dan berusaha untuk lebih memfokuskan pandangannya dan memperdekat jaraknya dengan pintu itu. Akan tetapi, Rin yang memang ceroboh dan tidak hati-hati ini ternyata terlalu banyak menumpukan beratnya pada pintu sehingga pintu itu terdorong ke depan dan…-TERBUKA!

Rin hampir jatuh tersungkur tapi ia berusaha menahan keseimbangan badannya sehingga ia hanya sedikit terdorong ke depan dan tidak benar-benar jatuh. Oh, ayolah, jatuh tersungkur dan berciuman dengan lantai hanya karena ingin mengintip itu bukanlah cara yang bagus untuk mempermalukan diri sendiri. Akan tetapi, pintu yang telah terbuka lebar itu kini menunjukkan wajah yang tidak ramah dari seorang Kiyoteru-sensei, dan sebuah wajah tanpa ekspresi dari seorang lelaki berambut honeyblonde yang diikat ponytail.

Lelaki itu mengenakan seragam yang berbeda dari seragam sekolah Rin, dan bahkan tanpa melihat seragam itu pun, Rin langsung tahu, bahwa mahluk inilah si Tuan-Murid-Baru-Yang-Dulu-Gosipnya-Terkenal itu.

"Hmh, dia tidak jelek. Akan tetapi, menurutku Miku sedikit berlebihan dengan menggunakan kosakata keren." Batin Rin.

"Kagamine Rin! Bisakah kau jelaskan, apa yang sedang kau lakukan disini!? Memasuki ruangan tanpa izin, dan bahkan tanpa mengetuk pintu sama sekali? Sungguh tidak sopan!" Kiyoteru-sensei berkata dengan nada tinggi dan membuyarkan lamunan Rin. Walaupun begitu, Rin yang sudah kenal dengan kebiasaan Kiyoteru-sensei tahu bawa senseinya ini tidak sedang marah.

Rin hanya dapat tersenyum "manis" sambil berkata, "Er, maafkan saya sensei, tadi saya hanya ingin menyerahkan tugas yang kemarin belum selesai, akan tetapi sensei tidak ada di ruang guru dan saya dengar sensei sedang ada disini. Yah, jadi…begitulah. Saya hanya mau bilang, kalau tugasnya sudah saya letakkan di atas meja sensei."

Rin berkata dengan tenang, walau sebenarnya tubuhnya sudah dipenuhi oleh keringat dingin, sambil sedikit membungkuk.

"Ya sudahlah, kalau begitu. Kembali ke kelas dan jangan diulangi lagi. Saya akan masuk belakangan karena masih ada beberapa hal yang harus saya urus. Kalau perlu beritahukan juga kepada teman-temanmu bahwa hari ini kita kedatangan siswa baru."

"Baik, sensei."

Rin pun berbalik dan menutup pintu. Ia berjalan ke kelas dengan santai karena tahu bahwa Kiyoteru-sensei akan sedikit terlambat memasuki kelas. Sambil berjalan ia berpikir bahwa siswa baru itu sepertinya alim dan pendiam. Karena saat kejadian tadi, ia tidak mengatakan apapun.

Oh, oke….

Itu normal.

Siswa mana yang berani berkomentar saat senseinya yang sedang menegur atau tepatnya memarahi siswa lain? Terlebih lagi sensei seperti Kiyoteru-sensei yang dianggap killer diantara murid-muridnya.

Itu sama saja dengan bunuh diri dan hanya orang bodoh nekad yang mau melakukannya.

Akan tetapi, bukan itu masalahnya. Siswa baru ini bahkan tidak berekspresi, dan tidak bergeming sedikit pun. Hanya duduk manis disitu dan apakah mungkin….tidak berkedip sama sekali?

Oke, sudah diputuskan, siswa baru ini bukannya alim atau pendiam….

.

.

.

Tetapi lembek.

.

.

.

Itulah pendapat asal yang dibuat oleh Rin selama ia berjalan menuju kelas.

Dan, bagaimana bisa lelaki "lembek" seperti itu menjadi idola para gadis? Haha, lucu. Lucu sekali.

Rin mulai tersenyum-senyum sendiri memikirkan hal yang sebenarnya tidak mengandung unsur humor sama sekali itu sampai akhirnya ia menyadari bahwa ia sudah tiba di depan kelas.

Rin memasuki kelas dan berjalan menuju bangku dan mejanya yang berada di pojok kiri paling belakang. Ia menyampaikan pesan Kiyoteru-sensei, "Hei, hari ini kita kedatangan murid baru. Jadi, Kiyoteru-sensei akan masuk agak terlambat dari biasanya." kepada Rui yang duduk di depannya, dan barulah Rui menyampaikannya pada teman-teman yang lain.

Teman-teman sekelas Rin tampak heboh, ditambah lagi dengan informasi dari beberapa teman-teman Rin yang kebetulan sudah melihat siswa baru ini saat melewati ruang kepala sekolah.

Teriakan "kyaa!" mulai terdengar dari berbagai arah saat ada yang menyatakan bahwa siswa baru ini memiliki wajah yang tampan. Dan saat para siswi sedang sibuk berfantasi sambil membayangkan bagaimana wajah pendatang baru ini, para siswa hanya dapat diam dengan tampang suram karena sebenarnya yang mereka harapkan bukan siswa baru, tetapi siswi baru, siswi baru yang cantik dan imut.

Dan saat semua keributan itu berlangsung, apa yang dilakukan Rin?

Oh, dia hanya sedang tertidur di mejanya dan jika dihitung, kegiatannya itu telah berlangsung sejak sepuluh menit yang lalu.


"…jadi, mulai hari ini, Kagamine Len akan melanjutkan pendidikannya disini. Saya harap kalian dapat membantu dan bekerja sama dengannya." Sayup-sayup suara Kiyoteru-sensei menyadarkan Rin dari tidurnya. Ia mengucek matanya dan melihat bahwa siswa baru itu sedang berdiri di samping Kiyoteru-sensei, di depan kelas. Sepertinya Rin telah melewatkan perkenalan dari siswa baru itu.

Rin menatap ke depan kelas dan melihat bahwa siswa baru yang bernama Kagamine Len itu sedang tersenyum dan….

.

.

.

Eeh?

Apa?

Apakah tadi dia bilang Kagamine Len?

.

.

.

"Rin-chan! Hei, Rin-chan! Wah, nama keluarganya sama denganmu lho! Hebat! Kebetulan yang aneh sekali ya! Rasanya tidak percaya kalau kalian tidak memiliki hubungan kekeluargaan sama sekali…Apalagi…"

Ocehan Rui sama sekali tidak digubris oleh Rin. Kini ia sadar bahwa seluruh kelas sedang menatap ke arahnya. Dan…itu berarti, Kiyoteru-sensei juga melihatnya saat ia tertidur tadi.

Dengan tampang meringis, Rin kembali menatap ke depan dan tanpa sengaja matanya menatap ke arah siswa baru yang….

Dengan anehnya masih saja tersenyum seperti orang kelainan!

"Apa-apaan mahluk itu?! Aku bersumpah pasti ada yang salah dengan pusat sarafnya!" Rin menyumpah dalam hati. Akan tetapi, eh…jika tadi Kiyoteru-sensei melihatnya, kenapa gurunya itu diam saja?

Biasanya, jika ada yang tertangkap basah sedang tertidur di pelajarannya, sensei itu tidak akan segan-segan untuk menyetrap dan memberi hukuman yang berat bagi siswa atau siswi tersebut. Dan menurut Rin, terkadang hukuman yang diberikan terlalu berlebihan.

Pernah sekali, di tahun pertamanya di sekolah itu, Rin dihukum membersihkan kamar mandi selama 3 hari hanya karena tertidur 5 menit sebelum pelajaran Kiyoteru-sensei dimulai. Dan walaupun sebenarnya, Miku yang waktu itu duduk di sampingnya sudah berusaha untuk membangunkan Rin, ia tetap saja sial karena Kiyoteru-sensei sudah terlebih dahulu tiba dan berdiri di hadapannya.

Oke, itu keterlaluan. Bahkan pelajarannya saja belum dimulai. Sebenarnya Rin ingin protes, yah mungkin tidak dapat dikatakan ingin lagi karena ia benar-benar melakukannya, dan hal itu berakibat buruk pada nilai tingkah laku di rapornya.

"Kagamine Len, kau bisa duduk sekarang. Tempat dudukmu di belakang. Di dekat Kagamine Rin. Kau tidak keberatan bukan duduk di belakang?"

"Ya, sensei. Lagipula saya juga sudah terbiasa duduk di belakang di sekolah saya yang dulu."

Rin kembali terpaku.

.

.

Hei, sejak kapan meja dan kursi kosong itu diletakkan di sebelahnya?

.

.

Oke, jadi ia sudah tertidur cukup lama, dan…Rui bahkan tidak membangunkannya!

"Rui! Kau kejam sekali. Kenapa kau tidak membangunkan aku?" Rin berkata setengah berbisik kepada Rui yang sedang berbinar-berbinar sambil menatap ke arah Tuan-Murid-Baru-Yang-Dulu-Gosipnya-Terkenal-Dan-Sekarang-Sudah-Memakan-Satu-Korban itu, dan sepertinya Rui sebentar lagi akan berteriak karena mahluk itu akan duduk di dekat Rin, yang berarti juga dekat dengan tempat duduknya.

Dan untungnya pertanyaan Rin itu menyadarkan Rui sehingga ia tidak jadi berteriak dan menoleh ke arah Rin, "Ah! Gomen, Rin-chan. Yah, tadi sebenarnya saat pertama kali Kiyoteru-sensei datang, aku sudah ingin membangunkanmu, tapi, tapi..."

"Ya, ya, kemudian si Tuan-Murid-Baru ini masuk dan kau langsung lupa membangunkanku. Haah,oke. Aku mengerti. Terima kasih, Rui…" Rin berkata sinis sambil mendengus kesal akan tetapi yah…sepertinya Rui sudah berbalik arah lagi dan sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Rin.


Hei, membersihkan kamar mandi selama 3 hari?

Ah! Sedikit melelahkan tapi, bukan apa-apa bagiku yang kalau diingat-ingat ini sebenarnya pernah dihukum lebih parah, yaitu membersihkan kamar mandi selama 1 minggu.

Nilai rapor diminus 0,5?

Huh, tenang saja. Itu hanya sedikit dan walaupun agak merepotkan, Rin masih bisa mengembalikan nilai yang hangus dengan mengerjakan tugas-tugas lain.

Surat panggilan kepada orang tua?

Oke, kali ini sepertinya sensei benar-benar ingin mati muda…


"Rin-chan….sabarlah…" Miku berusaha menyadarkan Rin yang sedang mengamuk di kamar mandi sekolah. Kamar mandi yang malang itu, dijadikannya sebagai pelampiasan kekesalan. Ia menyiram air secara sembarangan dan dengan sangat kasar. Dinding kamar mandi ikut-ikutan basah karena tersiram dan Miku yang melihat hal ini khawatir jika hukuman Rin malah akan ditambah dan diperpanjang karena itu.

"Ahh! Semua ini karena murid baru aneh itu! Aku benci! Kurang ajar! Menyebalkan!" Rin menendang ember di kamar mandi dengan brutal dan membanting gayung yang ada di tangannya ke lantai.

"Rin, sebenarnya ada apa? A, aku tahu kalau kau tertidur di jam pelajaran Kiyoteru-sensei. Tapi yang lainnya? Maksudku, masalah dengan Len. Apa yang terjadi sampai kau dihukum begini?" Miku bertanya dengan nada bingung.

Sebenarnya sejak jam istirahat pertama tadi ia sudah curiga. Ada apa dengan Rin?

Tumben sekali ia tidak menjumpai Miku dan mendatangi kelasnya seperti biasa...

Apakah dia sedang mengerjakan tugas yang belum sempat diselesaikannya?

Fuuh...akhirnya, karena penasaran, Miku memutuskan untuk pergi ke kelas A dan melihat keadaan Rin, dan tanpa diduga, di perjalanan ia berpapasan dengan Len...


Seperti teman lama yang sudah lama tidak berjumpa pada umumnya, Miku menyapa Len dan bersalaman dengannya. Menanyakan kabar dan sebagainya sampai ia lupa pada tujuan awalnya untuk melihat keadaan Rin. Dan saat itu Miku menepuk kepalanya sendiri sambil berseru, "Ah! Ya ampun! Aku lupa! Aku harus pergi ke kelas Rin."

Mendengar nama Rin disebut-sebut, Len pun menaikan alisnya dan kemudian bergumam pelan, "Rin?"

"Ah, iya! Kau kenal dia? Yah aku tau kau baru saja datang hari ini, tapi dia berada di kelas yang sama denganmu dan dia memiliki nama keluarga yang sama denganmu. Jadi, mungkin saja Len-kun sudah mengenalnya."

Mendengar perkataan Miku, Len hanya menyeringai kecil, tapi seringai itu tidak bertahan lama. Dan dengan cepat digantikan oleh sebuah senyuman tipis. Len kemudian mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Entahlah. Maaf mungkin aku tidak ingat? Yah, seperti yang kau katakan. Aku baru datang hari ini. Jadi, mana mungkin aku langsung mengenal banyak orang." Jawaban yang tampak meyakinkan, benar. Walau diselubungi dengan sebuah nada usil yang cukup kental.

"Oh, begitu. Ya sudahlah aku pergi dulu, ya. Len-kun sendiri mau pergi ke mana?"

"Perpustakaan." Dengan satu kata itu, Len pun berbalik dan melangkah pergi.

.

.

.

Dan jawaban atas keabsenan Rin ternyata jauh lebih parah dari yang dibayangkan Miku. Karena saat ia tiba di kelas Rin, yang tampak di hadapannya adalah Rin yang sedang duduk diam di bangkunya.

semua buku dan alat tulisnya tampak berserakan di lantai. Dan semuanya terlihat seperti…...

Habis dibanting.

Bahkan tas Rin pun tergeletak di lantai dengan keadaan yang kotor dan mengenaskan.

"Gawat, ia memang benar-benar sedang marah!"


Miku hanya bisa tertawa gugup mengingat kejadian tadi pagi. Sekarang ia sedang menunggu jawaban dari Rin. Apa yang terjadi? Miku benar-benar bingung. Dari tadi ia hanya mendengar Rin menyumpah-nyumpah seperti, "Murid baru sial!" "Idiot!" dan sebagainya….

Jadi, ia sudah dapat menyimpulkan bahwa Len adalah pemegang peran utama dalam penyebab kemarahan dan rentetan hukuman yang diterima Rin hari ini. Tapi, apa masalah yang sebenarnya?

Sudah berkali-kali Miku bertanya dalam hati.

Rin tiba-tiba menoleh ke arah Miku, membuat ia sedikit terkejut. Kemudian Rin menoleh kembali ke arah gayung yang habis dibantingnya tadi. Ia memungut gayung tersebut, menghela nafas,

"Hey..."

Mendadak Rin menoleh ke arah Miku.

"Kau tahu kan kalau Len masuk ke kelasku?" sepertinya Rin sudah mulai tenang sekarang.

"Emm, iya, lalu?"

"Jadi, kebetulan saat ia perkenalan tadi, aku sedang tertidur. Dan parahnya, Kiyoteru-sensei melihatku. Yah, memang Kiyoteru-sensei tidak melakukan apapun. Menegur pun tidak. Itu memang agak sedikit aneh. Akan tetapi, saat perkenalan selesai dan si aneh itu hendak duduk, Kiyoteru-sensei tiba-tiba mengatakan bahwa aku harus pergi ke ruang guru sepulang sekolah nanti.

Dan, aku langsung mengerti apa maksudnya. Ia pasti tetap akan memarahi aku dan memberiku hukuman. Hell, lagipula itu adalah Kiyoteru-sensei yang sudah kita kenal selama 3 tahun, tidak mungkin dia diam saja dan membiarkan siswa-siswi yang melanggar aturannya. Jadi, saat itu aku sudah mulai kesal tapi aku diam saja. Masalahnya dimulai saat si aneh, ah tidak, si tolol itu berjalan ke arah mejaku, atau tepatnya berjalan ke arah mejanya?

Dengan hebatnya dia menabrak mejaku.

Dan dia bahkan tidak meminta maaf sama sekali! Aku melotot ke arahnya, tetapi ia hanya tersenyum dan duduk dengan santai di kursinya."

"Emm, apakah hanya itu masalahnya?" Tanya Miku hati-hati.

"Tidak! Ceritanya belum selesai! Jadi setelah itu pelajaran berlangsung seperti biasanya. Akan tetapi saat aku mulai mengerjakan soal, penghapusnya jatuh dan menggelinding ke bawah mejaku. Dan, sambil tersenyum ia meminta aku untuk mengambilkan penghapusnya.

Tetapi, lagi-lagi ia tidak mengucapkan apa-apa! Berterima kasih pun tidak! Bahkan kalau kau ingin tahu, ia tidak berbicara saat minta diambilkan penghapusnya. Ia hanya mengetok-ngetok mejanya pelan, dan saat aku menoleh, ia menunjuk ke bawah mejaku sambil tersenyum. Dan senyumnya itu sangat mengerikan! Fuuh….oke. Aku bertambah kesal, tetapi aku masih diam saja.

Puncak kekesalanku tiba saat tugas yang kukumpulkan tadi pagi dibagikan. Kelompok kami mendapat nilai rata-rata, dan kebanyakan kesalahan ada di bagian yang kubuat. Aku sudah cukup kesal dan walaupun mereka tidak tampak keberatan tetapi aku tetap merasa terbebani. Dan saat itulah mahluk idiot itu meminta izin padaku untuk melihat tugas yang kupegang itu, dan walaupun sebenarnya aku sedang dalam keadaan bad mood, kertas itu kusodorkan saja padanya." Rin mengoceh panjang lebar.

"Ya? Lalu?" Miku semakin penasaran. Dan saat itu juga, Rin tampak siap untuk membanting gayung dan menendang ember lagi, akan tetapi ia menahan diri dan memilih untuk lanjut bercerita.

"Apakah ini tugas kelompokmu? Setelah berkata begitu si tolol itu lama terdiam…sepertinya ia sedang mengamati dan mebaca semua yang tertulis di kertas tugas itu dan tiba-tiba ia melipat kertas tersebut dan….-melemparkannya ke wajahku! Kau dengar perkataanku!?

Ia melemparkan kertas tugas itu tepat ke wajahku! Dan anehnya, tidak ada yang seorang pun yang menyadari hal itu! Bahkan tidak Kiyoteru-sensei yang terkenal jeli itu sekalipun! Aku terkejut, dan belum sempat aku berkata apa-apa, mahluk sialan itu sudah berbicara terlebih dahulu…

Hn, kau tahu? Karangan itu sampah. Tidak heran bila kalian hanya mendapat nilai rata-rata. Bahkan menurutku, tulisan sampah seperti itu lebih pantas mendapatkan nilai di bawah rata-rata.

Dia berbicara sambil menyeringai. Oke, kali ini ia tidak tersenyum seperti orang bodoh lagi, tetapi seringainya itu beribu-ribu kali jauh lebih menyebalkan daripada senyuman tololnya itu! Aku sudah tidak tahan lagi! Dan akhirnya aku mendorong mejaku ke arahnya sambil meneriakkan berbagai macam hal yang terlintas di kepalaku saat itu! Dan yah, kau tahu sendiri apa hasil dari perbuatanku itu..."

Oke, sekarang Miku tercengang. Ia berada dalam keadaaan setengah percaya dan setengah tidak percaya. Ia tahu, Rin tidak mungkin berbohong, dan bisa saja semua yang diceritakan Rin itu benar. Akan tetapi ia juga tidak percaya, bahwa Len bisa mengeluarkan kata-kata setajam itu. Ia sudah kenal Len cukup lama, dan belum pernah sekalipun ia mendengar atau melihat Len berkata-kata dan bertingkah laku buruk.

Bahkan dapat dikatakan bahwa, Len adalah tipe pemuda ideal bagi semua gadis muda yang ada. Ia tampan, pintar, bertata krama dan memiliki etiket yang baik. Ditambah lagi dengan keadaan keluarganya yang berkecukupan dan merupakan keluarga terhormat. Benar-benar sempurna.

Tidak heran banyak gadis yang mengincarnya. Bahkan di waktu usia 14 tahun sekalipun, Miku harus kerepotan mengalami berbagai macam gangguan dari orang-orang yang cemburu terhadap kedekatannya dengan Len.

Sungguh aneh….

Apakah Len sudah berubah sekarang? Ah tidak….

Dia masih terlihat sama saja. Selalu tersenyum, baik, dan suka menolong siapapun. Walaupun dia terlihat agak aneh saat sedang membicarakan Rin tadi. Dan dapat dikatakan bahwa ia pura-pura tidak mengenali Rin.

"Miku? Hei….kau dengar aku? Apakah mahluk sialan itu ada mengatakan sesuatu kepadamu? Tadi kau sempat berbicara dengannya kan? Awas saja dia! Kalau sampai ia berani bicara yang tidak-tidak tentangku…."

Miku diam saja dan tidak menceritakan apapun kepada Rin...

Karena, tanpa diberitahu pun Miku sudah sadar, bahwa situasi ini sangatlah berbahaya.


"Hnh, Tadaima…."

"Oh, kau sudah pulang? Bagaimana hari pertamamu di sekolah? Menyenangkan?"

"Lumayan. Agak melelahkan tapi, aku menemukan sesuatu yang menarik di sana."


*To Be Continued*

A/N:

Yoroshiku onegaishimasu….

Saya author baru dan ini adalah fanfic saya yang pertama.

Jadi, saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam fanfic ini.

Tetapi saya akan terus berusaha dan saya ucapkan terima kasih kepada semua yang telah membaca dan memberi review kepada cerita ini ^^

Salam hangat~

* Viory.01