SANG PEWARIS DEWI NAGAGINI

Summary :

Kitab peninggalan Dewi Naga mencari Sang Pemilik. Kitab sakti yang hanya muncul 100 tahun sekali ini akan membawa sesuatu entah baik entah buruk pada sang pemilik. Naruto tak sengaja menemukan kitab itu yang mengakibatkannya terlempar pada masa awal berdirinya Majapahit. Mampukah Naruto bertahan dalam intrik kisah Tutur Tinular ini dan yang lebih penting lagi kembali ke masanya?

DISCLAIMER : Naruto Belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Friendship dan Fantasy

WARNING

Cerita Pasaran, Typos, OOC, AU, Newbi, Republish, and many mores

Pair : SasuNaru, SasuSaku

Author note : Dalam cerita ini Naruto tinggal di Blora sebuah kota kecil terletak di perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan jawa Timur, dan dilalui sungai Bengawan Solo. Di Blora terdapat alas lebat yang konon bagian dari wilayah alas roban yang terkenal angker. Cerita ini diangkat dari keangkeran alas roban berikut legenda naga di Blora. Kalo para reader merasa aneh dengan nama yang gak match, ya harap maklum. Namanya juga fanfic.

Chapter 1 yang kemarin setelah ku baca kurang memuaskan dan kurang greget jadi aku ketik ulang dengan beberapa penambahan untuk menghidupkan suasana dan aku republish kembali.

Don't Like Don't Read

Chapter 1

Blora, 19 Oktober 2012

"Hari ini kita akan menjelajahi gua Terawang dengan rute ….." Ujar Hyuga Neji menjelaskan rute penjelajahan pada rekan-rekannya di Saka Wana Bakti. Kami semua memperhatikannya dengan serius, takut kesasar. Kan nggak lucu, masa panitia bisa kesasar. " Team SMADA di pos 1, Team STM di pos 2, Team SMEA di pos 3, Team SMANSA di pos 4, Team campuran di pos 5. Untuk Naruto, Sakura, dan Sasuke jadi seksi P3K so wajib keliling di semua pos." Lanjutnya yang ditimpali suara tak puas dari tim P3K.

Ya iyalah mereka protes. Tugasnya paling berat Bro. Mana semalam, mereka kurang tidur karena harus menjaga para yuniornya. Malas banget dech. Meski sebal, pada akhirnya mereka tak protes. Buat apa? Protes juga nggak bakal didengerin. Cuma ngabisin energi saja.

Setelah melewati rapat melelahkan bin membosankan yang makan waktu sarapan, mereka membubarkan diri dan bersegera berangkat sesuai posnya masing-masing. Mereka berangkat lebih dulu agar tak keduluan yunior, kecuali tim P3K. Meraka berangkat paling akhir setelah para yunior berangkat.

"Tenten, kamu yang bawa tas ya buat nyimpen bekal dan air minum? Soalnya tasmu yang paling kecil dibanding kita semua." Kata Hinata.

"Iya, iya." Ujar Tenten pasrah. Sebenarnya barangnya nggak berat-berat amat sih, hanya saja kan malas bawa tas sendiri. Ia segera mempersiapkan segala sesuatunya. "Yuk berangkat." Ajaknya pada teamnya.

"Eh, tunggu. Tunggu dulu. Masih ingat kan rutenya kan?" Tegur Kiba.

"Masih. Di sana ada tandanya kok, jadi nggak usah khawatir kesasar. Yuk."

"Yasud."

"Apaan?" Tanya Shikamaru.

"Ya sudahlah. Gitu aja nggak tahu, dasar nggak gaul." Balas Kiba ill feel.

"Sudah sudah. Kalo berantem terus, kapan berangkatnya?" Ujar Hinata, cewek bermarga Hyuga yang terkenal lemah lembut dan pemalu ini. "Tu, yang lainnya udah jauh." Lanjutnya.

Di dalam tenda tampak Naruto yang masuk dalam jajaran tim P3K tampak sibuk mempersiapkan alat-alat P3K dan air minum juga camilan secukupnya. Tak lupa ia mengenakan jaket kesayangannya. Ia tahu udara sedang terik-teriknya tak cocok dengan jaket yang cendrung tebal dan membuat gerah, tapi Naruto berfikiran lain. Menurutnya jaket ini akan melindunginya dari panas matahari yang mampu membuat kulit tannya bertambah gosong.

Selama bersiap-siap ia tak putus-putusnya ngedumel dan melayangkan sumpah serapah pada Neji aka ketua acara Persami di Gua Terawang kali ini. Ia sebal karena mendapat jatah sebagai seksi super repot yakni seksi P3K yang mesti ikut penjelajahan layaknya para junior dari pos 1 sampai pos 5, mengawal mereka kalo-kalo aja ada yang jatuh sakit. Kebayang dong gimana capeknya?

Apesnya lagi ia sekelompok ama Sasuke dan Sakura. Hey semua orang tahu buruknya hubungannya dengan duo orang itu. Ini semua gara-gara Sasuke yang sekarang sudah jadi mantan pacarnya karena ketahuan bermesraan di belakang Naruto dengan Sakura yang juga sudah jadi mantan sahabat baiknya itu. Apa gak gondok tu? Yei kalo dah tahu sekelompok ama mereka kenapa gak minta ganti aja? Udah tapi gak ada yang mau gantiin posisinya. Sebel banget kan? 'Awas saja mereka?' rutuk Naruto dalam hati mengumpat tak jelas.

'Deg….deg…deg…' Jantungnya berdetak kencang. Entah mengapa hal ini sering terjadi padanya akhir-akhir ini terutama selama ia ikutan acara camping ini? Ia merasakan firasat yang tak enak. Ia menenang diri sejenak, menarik nafas panjang. Tangan mungilnya tak sengaja menyenggol buku ensiklopedi tanaman obat yang tak sengaja terbawa waktu dia packing. Rencananya abis camping ia mau mengembalikan buku ini ke perpustakaan. Ia pun memasukkan buku itu ke dalam tas yang sedang disandangnya. Kali aja ntar berguna.

"Udah selesai?" Tanya Sakura sambil menyibak tenda, mencari Naruto yang tak kunjung keluar dari tenda sejak tadi.

"Hnn…"Jawab Naruto tak jelasnya mengikuti trademark seseorang. Ini bukan berarti ia terpengaruh virus mantannya bukan lho ya, ia hanya malas aja jawab. Ia sudah tak mau bertegur sapa dengan Sakura semenjak ia tahu pengkhianatan Sakura. Ini pertemuan mereka yang pertama maksudnya hanya mereka berdua tanpa yang lain sejak pertengkaran hebat antara Sasuke dan Naruto.

Setelah semua siap, tanpa memerdulikan Sakura ia keluar tenda menenteng tas ransel mungil di bahu kirinya. Tangannya sibuk memegang camdig dan memfoto tenda bulukan yang sering mereka pake saat camping buat kenang-kenangan.

"Tunggu apa lagi kita berangkat!" Tegur Sasuke membuyarkan aktivitas seru Naruto.

Dengan ogah-ogahan ia berjalan mengikuti duo orang yang saat ini paling dibencinya. Untuk mengalihkan perhatian ia memfoto pemandangan sepanjang perjalanan, mengabaikan dua orang insan yang lagi bergandengan mesra di jalan di depan sana. Beberapa kali ia berhenti mengambil tanaman liar yang kalo tak salah tercantum dalam ensiklopedi yang tadi dibawanya.

Tak terasa perjalanan mereka sampai di pos 1, ternyata para junior sudah berangkat semua ke pos 2 dan menurut senior yang jaga pos 1 tak ada yang luka. Mereka pun kembali berangkat melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka tak lagi bertiga, teman-teman di pos 1 juga ikut menemani mereka. Mereka saling ngobrol sehingga suasana lebih rame kecuali Naruto. Ia lebih sibuk motret dan memungut tanaman liar dari pada terlibat pembicaraan gak penting.

"Lo lagi ngapain? Dari tadi jumputin tanaman liar." Tegur Tenten heran.

"Iseng." Jawab Naruto singkat yang hanya diberi tatapan aneh Kiba dan Tenten. Apa gara-gara SasuSaku Naruto jadi eror begini. Dari kemarin sejak mereka tiba di bumi perkemahan Gua Terawang tingkah Naruto aneh banget. Ia sibuk motret tanaman liar, sering melamun, dan terlihat sangat gelisah. Kalo ditanya jawabannya selalu 'tak ada apa-apa."

Dia juga terlihat selalu memisahkan diri dari teman-temannya dan memilih gabung dengan para junior. Dia sungguh-sungguh seolah tak mau berhubungan dengan teman-temannya lagi. Apa mungkin Naruto membenci mereka karena membiarkan perselingkuhan itu terjadi? Ya mungkin saja. Tikaman rasa bersalah menusuk jantung kedua orang ini. Bagaimana pun mereka ikut andil karena tak memberi tahu masalah ini sejak awal. Mereka juga tak perduli dengan perasaan Naruto dan selalu mencoba mengakrabkan SasuNaruSaku terus-menerus, seolah-olah tak menganggap rasa sakit hati Naruto itu ada dan nyata. Semua itu demi kekompakan pengurus Pramuka semata.

Pos demi pos tim P3K lalui. Rekan mereka yang menjaga pos ikut bergabung karena memang itu rutenya, sekalian membantu rekan mereka yang berjaga di pos di depan. Akhirnya mereka sampai di pos 4. Mereka beristirahat sejenak.

Lagi Naruto memisahkan diri dari rombongan. Kali ini ia berjalan menyusuri sungai Lusi yang membelah hutan yang dulu konon masih wilayah alas roban. Kakinya tak sengaja menyenggol sebuah buku. Ia meraih buku yang sudah berumur tua dan sedikit antik itu. Ia buka perlahan ternyata bukunya berisi tulisan kuno macam di prasasti yang pernah dilihatnya di museum kala study tour masa SD dulu. Ia simpan di dalam tasnya. Mungkin ia akan memberikannya pada Pak Kades untuk menemukan pemiliknya.

Ia lalu bergabung dengan teman-temannya yang sedang istirahat. Ia memilih duduk di bawah pohon oak berumur ratusan tahun untuk melepas penat. Ia membuka bekalnya dan meminum air untuk sejenak.

Saat lagi istirahat Sasuke menghampirinya, entah apa maunya orang ini.

"Kita nanti potong kompas biar cepat sampai ke tempat kita kemah. Neji dan Tenten sepakat akan menghandle sisa acara." Kata Sasuke. Oh jadi itu maksudnya. Ia menganggukkan kepala sebagai respon. Ia terlalu malas untuk bicara dengan orang yang satu ini.

"Kamu masih sanggup berjalan?" tanyanya sok perduli. Memang apa urusannya ia masih sanggup jalan atau gak? Memang ia mau menggendongnya gitu? Naruto kembali sibuk mendengarkan mp3.

Sasuke POV

"Kamu masih sanggup berjalan?" tanyaku khawatir. Meski mereka sudah putus dan melakukan sesuatu yang buruk pada mantan kekasihnya ini, ia tak memungkiri sudut hatinya ia masih perduli padanya. Ia sendiri juga tak mengerti. Ia selalu merasa ada Naruto di sudut otaknya, walaupun sekarang ada Sakura di sisinya. Ia sebenarnya tak ingin putus, tapi ia juga tak sanggup meninggalkan Sakura, cewek yang diam-diam ditaksirnya semenjak diperkenal Naruto kala awal masuk SMU dulu.

Ini sulit. Naruto terus mengabaikannya semenjak ia memergoki dirinya sedang berciuman dengan Sakura. Sejak itu mereka tak lagi bertegur sapa. Entah mengapa ia merindukan suara Naruto yang berisik dan cempreng abis. Ia rindu senyum manis Naruto yang tertuju hanya untuknya. Seandainya ia mengakhiri hubungan mereka dengan baik, mungkin saja ia masih berteman dengan Naruto. Mungkin entahlah. Ia berjalan menjauhi Naruto yang mengabaikannya dan kembali duduk di samping Sakura yang sedang tersenyum manis untuknya dekat Naruto istirahat. Ia tak pernah tahu kalau itu terakhir kalinya ia bicara dengan Naruto.

End Sasuke POV

Baru saja ia mau istirahat, ia dikejutkan dengan suara langkah seorang cowok berambut panjang bak model sunsilk aka Neji. "Ada apa?"

"Kamu ada masalah?"

"Tak usah pura-pura sok perduli. Itu memuakkan."

"Sory Nar. Gue emang gak peka. Tapi gue mau bilang elo gak sendiri. "

Naruto mengabaikan kata-kata bulshit Neji begitu juga teman-temannya yang lain yang telah menikamnya dari belakang. Pura-pura perduli padanya sedangkan faktanya mereka mengabaikan perasaannya. Mereka tak perduli sakit hatinya dan tetap selalu menghadirka sumber masalahnya itu dalam pertemuan mereka. Udah gitu selalu dikelompokin lagi. Siapa yang percaya kata-kata 'elo gak sendiri' dari mereka?

Neji sudah beranjak pergi belum begitu jauh ketika terdengar suara gemuruh kencang seperti gempa. Ketika ia menoleh ke arah Naruto, ia terkejut setengah mati. Secepat kilat ia berlari ke arah Naruto dengan wajah pucat pasi. Belum pernah ia setakut ini. Di sana ia melihat tanah yang jadi alas duduk Naruto terbelah jadi dua, menarik sang empunya ke dalam lubang yang menganga lebar. Sekuat tenaga ia berusaha menarik lengan Naruto, sayang terlambat. Lubang itu terlanjur menarik tubuh mungil itu. "Naruto….." teriaknya histeris. Ia melongok lubang nan dalam yang tercipta yang telah menelan tubuh salah satu temannya.

Semua orang tak beranjak dari posisi karena masih syok ditambah lagi kejadiannya begitu cepat. Saat sadar Shikamaru segera menghampiri Neji. Ia ikut melihat lubang nan dalam itu. Ia menyorotkan lampu senter yang tak pernah absen dibawanya. Cahaya lampu senter tak cukup menggapai dasar lubang itu.

Buruk ini sangat buruk. Kecil kemungkinan Naruto masih hidup. Tapi harapan tetaplah harapan. Dengan tegar ia memberi intruksi beberapa temannya menggantikan Neji yang syok berat karena kejadiannya tepat di depan matanya.

Lee dan Sai diminta menghandle para junior kembali ke tenda sebelum mereka pulang. Ia menelepon pihak polisi untuk mengabarkan peristiwa ini juga keluarga Naruto. Para senior menunggu di TKP karena berharap tim polisi mampu menyelamatkan Naruto. Mereka tak berani turun ke bawah karena tak tahu kedalaman lubang. Kalo gegabah bias-bisa nyawa mereka ikutan melayang.

"I I ini gak mungkin kan? Na Na Naruto masih hidup. I I ia pasti masih hidup." Kata Hinata yang selalu jadi teman sebangku Naruto sejak SMP. Ia juga ikut merasa bersalah atas musibah yang dialami Naruto. Kalo saja dia lebih perduli dan terus menemaninya alih-alih ikut-ikutan rencana teman-temannya untuk menormalkan hubungan SasuNaruSaku, hanya untuk kepentingan kelompok. Seandainya dia di posisi Naruto, mungkin ia akan memilih keluar dari pada harus melihat dua orang yang menyakitinya bermesraan di depannya.

Sepertinya bukan hanya Hinata yang berfikiran seperti itu. Kiba, Lee, Sai, Kankuro, Gaara, Temari, Ino, Tenten, dan Shika minus Neji karena ia masih syok juga berfikiran sama. Di lain pihak SasuSaku terperangah tak percaya orang yang selama ini pernah jadi orang yang paling disayangi dan sekaligus dikhianatinya menghilang di telan bumi dalam artian sebenarnya. Sasuke merasa dunianya runtuh, hatinya sekaligus tubuhnya mati rasa. Otaknya tak sanggup diajak berfikir. Ia berdiri diam bagai patung

TBC

Semoga cerita ini berkenan di hati para reader. Selamat menikmati. Jangan lupa please review.