A/N : Fic ini dibuat untuk Karashimori Fuyuki temenku di Facebook yang minta request dengan genre yang bener-bener bukan diriku dan brlum pernah kucoba sekali pun. Jadi, maaf kalau hasilnya ancur-ancuran ya! :Da

Dan maaf juga kalau beneran ancur, aku lagi sakit soalnya... ini aja kepala udah nyut-nyutan buat ngedit ini fic. :')
Mana meler lagi ini idung #plakkk! *buka aib sendiri*


.

Let's Enjoyed!

.

.

Sasuke : 20 tahun

Naruto : terlihat 17+ tahunan

Itachi : 23 tahun

Kyuubi : terlihat seperti 20+ tahunan

Neji : 22 tahun

Gaara : terlihat 20+ tahunan

.

Disclaimer : Naruto bukan punya saya. Naruto punyanya Kishimoto sama tapi yang bener punya Sasuke mesum level tertinggi.

Genre: Supernatural, Fantasi, Romance(?)

Rated: Mature. Dewasa. Bukan buat anak-anak. 18+ meski yang buat baru 17 tahun.

Pairing: SasuNaru, ItaKyuu

Slight : NejiGaa

Warning: BoyXBoy, Hard Yaoi, BL, AU, Lime, Hard Lemon, Coba-coba BDSM, Alur tidak jelas, Typo(banyak kali), aneh, gaje, membingungkan etc.

UzumakiKagari present Gara-gara Otou san


.

###################*###################***######## ###########*####################

O.o Kagari Hate The Real World o.O


.

Terlihat beberapa orang berpakaian seragam serba hijau kelabu berjalan melewati lebatnya rimbunan pohon di dalam hutan. Bukan hutan biasa, melainkan hutan yang diberi nama hutan terlarang oleh penduduk sekitar. Dari namanya saja dapat disimpulkan jika hutan itu terlarang untuk di masuki tak terkecuali oleh siapa pun.

Para penduduk asli disekitar hutan itu tidak pernah berani melanggar semua larangan yang telah turun temurun mereka percayai. Mereka selalu menjaga jarak dan memasang pagar pembatas dimana batas antara hutan dan perkampungan dapat dipisah.

Hutan itu menyimpan banyak kisah tragis dalam sejarahnya.

"Aniki, sebenarnya untuk apa kita kemari?" Seorang pemuda dengan rambut raven terlihat tengah mengacung-acungkan ponsel canggilnya keberbagai arah dan sesekali mengetuk-ngetukan ponsel itu ketelapak tangannya dengan tampang kesal. Pemuda itu menatap seseorang yang berjalan tak jauh di depannya.

"Sasuke, bisa kau hentikan itu." Ucap seorang pemuda lain, seorang berambut raven dengan wajah yang mirip dengan pemuda tadi hanya saja ia memiliki sepasang garis melintang dikedua pipinya dan rambutnya yang lebih panjang diikat bawah.

"Hentikan apa? Ck! Jawab pertanyaanku dulu." Sasuke, pemuda berambut raven dengan style emo itu menatap kesal pada sang kakak yang terlihat sibuk menyibak beberapa sulur pohon yang menghalangi jalan mereka.

"Ponselmu." Ucap pemuda di depan Sasuke, sebut saja ia Itachi. "Seberapa lama pun kau mencari sinyal, tidak akan pernah ada di sini."

"Sebaiknya simpan saja ponselmu itu. Lagi pula kita di sini untuk penelitian, kau juga sudah mendengarnya dari Otou san kan?" Ujar Itachi, heran mengapa adiknya yang notabene seorang yang jenius masih sibuk dengan ponselnya yang jelas-jelas sekarang mereka berada di tengah hutan rimba yang orang bodoh pun tahu jika ponsel takkan berguna di sini.

"Ck! Karena itu kutanya, untuk apa dia menyuruh kita pergi ke hutan begini!" Ucap Sasuke, terlihat sekali ia tidak suka dengan perintah ayahnya itu.

"Sopan sedikit, walau bagaimana pun dia itu ayah kita." Ucap Itachi yang masih sibuk menyibak beberapa sulur di depannya.

"Ck! Kau lama!" Sasuke berjalan mendahului Itachi dan mengeluarkan sebuah belatih dengan ukiran seekor naga dibagian tumpulnya dan memotong sulur pohon di depannya dengan sekali ayunan.

"Sas! Apa yang kau lakukan?! Ini hutan terlarang!" Pemuda bersurai coklat tua panjang mencegah tangan Sasuke yang akan memotong sulur di depannya kembali. "Pemandu tadi bilang agar tidak mengambil atau pun merubah sedikit saja keadaan hutan ini!" Ucapnya pada Sasuke.

"Ayolah Neji, kau masih percaya dengan tahayul macam kutukan dan pembalasan yang dibicarakan orang-orang itu?" Ujar Sasuke, ia tersenyum sinis pada rekan sekaligus bawahannya di perusahaan milik ayahnya itu. "Apa lagi ucapan pemandu yang bahkan tidak berani untuk melangkah lebih dari seratus meter ke dalam hutan."

"Bukan begitu. Hanya saja, lebih baik kalau kita mencari aman kan?" Neji, pemuda bersurai coklat itu melepaskan cengkramannya dari tangan Sasuke. Ia menengok ke belakang, melihat Itachi untuk meminta persetujuan dari ucapannya barusan.

"Neji benar Otouto. Kita adalah tamu di sini, setidaknya hormati hutan ini." Ucap Itachi, menyetujui perkataan Neji pada adiknya. Namun tampaknya Sasuke tak mendengar, lebih tepatnya tidak mau mendengarkan ucapan kakaknya itu dan kembali memotong sulur-sulur pohon di depannya. Itachi dan Neji hanya bisa saling tatap dan menggeleng melihat kelakuan Sasuke, mereka hanya berharap jika apa yang Sasuke lakukan tidak akan menyebabkan masalah selama perjalanan mereka di hutan ini.


.

.

.


Dengan kesal, Sasuke menjatuhkan tas punggung hitam yang dibawanya ke atas tanah dan menduduki tas itu. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menyandarkan punggungnya pada sebatang pohon yang tak cukup besar untuk menahan beban tubuhnya hingga pohon itu sedikit condong ke belakang. Iris onyxnya menatap kearah dimana Itachi dan Neji sejak tadi sibuk memperhatikan akar-akar dan daun-daun yang menurutnya tidak berguna sama sekali.

"Itachi, sampai kapan kita di sini?" Tanya Sasuke.

"Sampai kita menemukan apa yang dikehendaki Otou san." Jawab Itachi tanpa menatap sang adik, ia terlalu sibuk untuk mengalihkan pandangannya dari berbagai macam tanaman-tanaman unik yang tumbuh di hutan ini. Jarang-jarang Itachi bisa menemukan tumbuhan langka yang baru pertama kali ia lihat di depannya. Bagi seorang pecinta tanaman seperti dirinya tentu saja hal ini tidak boleh dilewatkan.

"Aku bosan." Ucap Sasuke.

"Berhentilah merengek Otouto, kau bukan anak kecil." Ujar Itachi, Sasuke tambah merengut setelah mendengar ucapan kakaknya itu. Memangnya kenapa kalau dia bersikap seperti anak kecil. Tidak akan ada yang memprotes atau pun membantah keinginannya kan walau pun ia bersikap seperti ini.

Dengan santai Sasuke menyandarkan tubuhnya lagi pada batang pohon kecil di belakangnya tanpa tahu jika pohon itu sudah tampak sangat condong ke belakang.

"Aku tidak mau tahu, jika kita tidak menemukan makhluk mitos macam diamond fox atau apalah itu dan mati di sini. Semua itu gara-gara Tou sa-"

Krak!

Tubuh Sasuke terhuyung ke belakang bersamaan dengan patahnya batang pohon yang ia sandari sejak tadi. Ia yang terkejut hanya bisa terbelalak begitu tubuhnya seperti terguling-guling ke bawah dengan cepat. "Aniki!" Teriak Sasuke.

Itachi yang mendengar teriakan adiknya langsung menoleh ke belakang namun tidak tampak keberadaan adiknya di sana, hanya ada tas punggung hitamnya yang tergeletak di tanah dengan posisi terkelungkup disebelah batang pohon yang sudah patah pada bagian bawahnya. Itachi langsung berlari dan mendekati tas itu, "Sasuke!" Panggil Itachi.

Ini buruk, Itachi melihat jurang yang berada tepat di belakang pohon itu dan bisa ia simpulkan jika Sasuke jatuh ke dalam jurang itu. "Sasuke!" Teriak Itachi, ia berharap Sasuke dapat mendengar teriakannya barusan.

"Sasuke!" Teriak Itachi lagi.

"Itachi san, ada apa?" Neji yang tengah mengamati hewan-hewan kecil agak jauh dari tempat Itachi dan Sasuke segera berlari saat ia mendengar teriakan dari kakak sahabatnya itu. Yang ia dapati saat sampai di tempat Itachi adalah pemuda itu terlihat sangat cemas dan terus memanggil-manggil nama Sasuke.

"Neji, kau tetap di sini. Aku akan ke bawah." Perintah Itachi, ia menyerahkan tas dipunggungnya pada Neji dan berusaha mencapai sulur pohon yang cukup panjang untuk membantunya turun ke bawah jurang.

"Tunggu dulu Itachi san! Apa yang kau lakukan? Apa yang terjadi pada Sasuke?" Neji menghalangi Itachi yang sudah bersiap turun ke jurang dengan bantuan sulur pohon sebagai pegangannya. "Katakan padaku dimana Sasuke?" Tanya Neji.

Itachi menatap kohainya itu dengan datar, "Sasuke jatuh ke jurang, aku mendengarnya berteriak dan saat kulihat ia sudah tidak ada di belakangku. Yang kutemukan hanya tasnya dan sebuah pohon dengan batang yang patah." Jelas Itachi, "Yang penting sekarang aku akan menolong Sasuke." Putusnya.

"Itachi san, jangan gegabah. Jurang ini sangat curam, jika kau memaksa untuk menuruninya itu akan sangat berbahaya!" Ujar Neji, ia tidak akan membiarkan Itachi menuruni jurang itu hanya dengan kenekatan.

"Tapi Sasuke jatuh ke bawah sana." Itachi terlihat sangat tidak tenang, ayahnya sudah memberinya tanggung jawab untuk menjaga adik satu-satunya. Tapi karena kelengahannya Sasuke jatuh ke dalam jurang.

"Pikirkan baik-baik. Kita cari jalan lain untuk ke bawah, Sasuke akan baik-baik saja selama hari masih siang." Itachi terdiam, ia tahu jika tindakannya untuk menuruni jurang begitu saja adalah hal yang mustahil melihat jurang itu sangat curam dan hampir membentuk sudut sembilan puluh derajat. Tapi ia terlalu khawatir pada Sasuke, sebagai kakak tidak mungkin ia diam saja saat besar kemungkinan untuk Sasuke tidak selamat jika ia terlambat menyelamatkannya sepersekian detik saja.

Uchiha sulung itu memejamkan matanya sejenak dan mengangguk, menyetujui ide Neji untuk mencari jalan lain menuruni jurang. Ia segera mengambil tasnya yang berada ditangan Neji dan memakainya, juga tak lupa ia membawa tas Sasuke bersamanya.

"Kita jalan." Ucap Itachi.

Neji mengangguk dan mengikuti langkah Itachi namun belum genap sepuluh langkah mereka berjalan dengan tiba-tiba sesuatu yang menyakitkan menusuk punggungnya dan beberapa detik kemudian pandangannya mengabur meski ia dapat melihat Itachi yang ambruk di depannya hingga ia yang ia tahu semuanya berubah menjadi gelap dengan cepat.

.

###################*###################***######## ###########*####################

O.o Kagari Hate The Real World o.O

.

Sentuhan lembut menggelitik wajah Itachi, membuatnya yang masih bernaung di dunia mimpi harus terpaksa bangun dan membuka matanya yang terasa amat berat. Ia mengerang kecil saat bias-bias cahaya memasuki pandangannya yang masih mengabur. Ditutupnya kembali matanya untuk menghilangkan efek kabur pada matanya.

Itachi kembali membuka matanya, menampakan iris onyx seindah obsidiannya. Alisnya sedikit berkerut ketika melihat banyaknya akat-akar pohon yang berada di atasnya, ada dimana ia sebenarnya. Tangan Itachi yang sejak tadi terdiam sedikit bergerak, meraba permukaan halus dan berbulu agak tebal yang memang sejak ia membuka matanya membuat ia penasaran. Kepala Itachi bergerak kearah kiri, menatap hamparan bulu tebal halus yang berwarna orange kemerahan dengan tatapan heran. 'Bulu apa ini?' Batin Itachi bertanya, ia mengelus bulu halus itu. Menyusuri lekukan panjang dari bulu tebal nan halus itu.

'Bisa kau hentikan itu, kau membuatku geli.' Tangan Itachi terhenti saat ia mendengar suara yang menyeruak dalam pikirannya. Ia sedikit mengernyit dengan suara asing yang tiba-tiba datang dalam pikirannya itu namun ia memilih untuk mengacuhkannya, mungkin saja itu hantu dan Itachi tak mau melibatkan diri dengan hal-hal macam itu. Jemari tangannya kembali mengelus bulu berwarna orange kemerahan itu dan sedikit menariknya, ingin tahu seberapa tebal bulu yang sedari tadi ia sentuh itu.

'Hei! Sudah kubilang hentikan!' Jemari Itachi kembali berhenti saat mendengar suara yang sama dalam kepalanya. Ia terdiam, kali ini ia benar-benar tidak salah dengar, tapi suara itu ada dalam kepalanya bukan ia dengar dari telinganya.

'Ck! Balikkan kepalamu!' Suara itu kembali berseru dalam kepalanya, Itachi menolehkan kepalanya seperti yang suara itu katakan padanya. Matanya sedikit melebar selama beberapa detik sebelum kembali seperti biasanya, datar. Dihadapannya kini, dengan sangat amat jelas dan bisa dipastikan bahwa ini nyata, rambut merah dengan aksen orange pada bagian ujungnya, matanya yang tajam dengan garis mata yang dipertegas dengan warna hitam err... semacam eyeliner menurutnya menambah kesan maskulin membingkai iris ruby merah yang memandang lurus kearahnya. Hidungnya yang kecil namun bangir dan jangan lupakan bibir tipis berwarna merah yang terlihat begitu lembut dimata Itachi.

'Sudah puas memandangi wajahku?' Itachi tersadar dari lamunannya saat lagi-lagi ia mendengar suara dalam kepalanya.

"Anda siapa?" Tanya Itachi, menjaga kesopanan pada orang yang baru dilihatnya ini.

'Orang' itu terkekeh mendengar ucapan Itachi, 'Kau memang manusia yang cukup baik ternyata.' Kembali didengarnya suara dalam otaknya.

"Telepati." Ujar Itachi.

Bibir merah itu tersenyum, 'Kau juga pintar.' Ucapnya lagi menggunakan telepati, ia mengelus sisian wajah Itachi. Membingkai paras tampan itu dengan jemari tangan lentiknya. Itachi menatap tangan yang kini tengah mengelus bibir pucatnya dengan datar, ia bingung dan ia akui itu. Mendapati seseorang di sebelahmu saat kau bangun dalam keadaan naked juga seseorang itu juga terlihat dalam keadaan yang sama dan bahkan Itachi sempat melihat milik orang itu yang tak lebih besar darinya masih terlelap, tergantung manis diantara kedua kakinya.

Berbicara tentang bangun, Itachi teringat bagaimana ia bisa 'tertidur'. Saat itu, saat ia berjalan untuk menemukan jalan ke bawah jurang bersama Neji, ia merasakan ada sesuatu yang seperti menusuk lehernya dan tiba-tiba saja ia merasakan matanya yang mengabur dan akhirnya ia menutup matanya. Yang terakhir ia dengar adalah suara langkah kaki yang banyak sekali, sekitar lima sampai tujuh orang yang berjalan mendekati dirinya.

"Apa yang anda inginkan dari saya dan siapa anda?" Tanya Itachi, menutupi kegugupannya ketika tahu jika bulu tebal berwarna orange kemerahan yang sejak tadi ia sentuh ternyata ekor dari pemuda –yang bisa ia pastikan dari sesuatu diselangkangan orang itu mutlak milik seorang laki-laki- yang saat ini tengah asyik mengelus-elus wajahnya.

'Hm? Bukankah tidak sopan menanyakan nama orang lain tanpa memperkenalkan dirimu terlebih dahulu?' Tanya pemuda itu dengan masih setia mengelus-elus wajah Itachi, bahkan kini beberapa ekornya pun ikut mengelus tubuh porselen Itachi.

"Maafkan saya. Saya Itachi, Uchiha Itachi dan anda?"

Pemuda itu berhenti mengelus wajah Itachi dan menjulurkan tangannya di depan dada Itachi, 'Kyuubi, Kyuubi no Kurama dan tolong jangan seformal itu denganku.' Ia tersenyum dengan manis.

Pipi Itachi sedikit merona melihat senyuman manis dari pemuda yang mengaku bernama Kurama itu, namun ia tetap berusaha menutupinya dan menyambut sebuah tangan yang sejak tadi menggantung, menunggu sambutannya.

"Sembilan ekor?" Itachi menyebut nama pemuda itu.

'Kyuubi. Sesuai dengan jumlah ekorku.' Kyuubi mengangkat kelima ekornya ke atas agar Itachi dapat melihatnya.

'Lima, dan empat ekor yang menutupi tubuhmu.' Ucap Kyuubi.

Itachi melihat ekor-ekor berbulu orange kemerahan itu dengan mata onyxnya, bulu yang sangat lembut dan hangat saat ia menyentuhnya. Kalau boleh, Itachi ingin menyentuh bulu halus itu lagi sebenarnya.

'Kalau begitu, bagaimana kalau kita mulai?' Tanya Kyuubi, membuat Itachi memandangnya dengan sedikit bingung.

'Oh, maaf. Aku belum memberitahumu.' Ucap Kyuubi, 'Orang-orang yang memasuki hutan terlarang harus menerima suatu kutukan jika berani merusak atau merubah keadaan hutan sekecil apa pun itu dan kalian...' Kyuubi menggantung ucapannya, ia menatap Itachi dengan seringai khas seekor rubah. '... telah merusak pohonku yang indah.'

Itachi memicingkan matanya, "Aku tidak pernah merusak pohonmu atau tanaman lain selama aku berada di hutan terlarang." Tegas Itachi.

'Aku tidak bilang kau, tapi kalian.' Ucap Kyuubi santai, ia menggoyang-goyangkan keempat ekornya yang menutupi tubuh Itachi. Menggelitik tubuh polos itu dengan bulu-bulu ekornya yang halus, mengelus lembut permukaan kulit Itachi.

Itachi menutup kelopak matanya, memutar otaknya agar ia bisa segera pergi dari tempat ini. Ia tahu jika yang dimaksud pemuda di depannya ini adalah adiknya Sasuke, karena hanya adiknya yang sejak menginjakan kaki di hutan terlarang terus memotongi sulur dan mematahkan dahan-dahan pohon yang menghalangi jalannya. Benar juga, ia harus segera pergi dari sini dan mencari Sasuke.

"Aku meminta maaf atas nama adikku karena telah merusak pohonmu, tapi aku harus segera-" Bibir Itachi terbungkam oleh belaian lembut dari ekor Kyuubi, ia melirik si empunya ekor yang terlihat diam dan memandang datar dirinya.

'Jangan persulit ini, jalankan hukumanmu dan bebas." Ucapan Kyuubi terngiang dikepala Itachi. Ia menangkap nada kesal dari ekor sembilan itu meski sedikit samar.

"Aku akan menjalankan hukuman darimu, tapi biarkan aku mencari adik dan temanku dahulu." Ujar Itachi.

Kyuubi mendengus, "Lalu kalian akan lari dari hutan ini kan?" Sindirnya.

"Seorang Uchiha tidak akan menjilat ludahnya sendiri. Aku akan datang padamu jika adik dan temanku sudah kutemukan." Tegas Itachi.

Seet

Mata kelamnya sedikit membesar, terkejut saat pemuda yang tiduran di sampingnya kini telah berganti menduduki kaki bagian pahanya. 'Jangan khawatirkan mereka, lebih baik khawatirkan nasibmu sendiri keriput.' Seringai buas terukir manis diwajah Kyuubi.

Itachi berdesis saat pemuda di atasnya menggesekan kejantanan mereka dengan gerakan pelan. Iris hitamnya menatap Kyuubi yang keadaannya tak jauh beda dengannya, wajah itu merona setiap kali kulit tubuh mereka bersentuhan.

"Kyuubi san, tolong hentikan." Tangan Itachi mendorong dada putih pemuda di depannya, Kyuubi mendongak dan menatap Itachi dengan seringai yang masih sama. Kesembilan ekor Kyuubi terlihat bergerak-gerak dibelakang tubuhnya dan langsung menangkap tangan Itachi yang berada didadanya. Mendorong dan pemuda Uchiha itu dengan ekornya hingga Itachi tak bisa menggerakan tubuhnya meski hanya menengokan kepalanya saja.

'Keh, seharusnya dari awal aku melakukan itu.' Ucap Kyuubi dikepala Itachi, pemuda itu membungkukan tubuhnya mendekati wajah Itachi. Ia menatap paras tampan tanpa cacat itu dengan intens, 'Setelah ini kau tidak akan bisa memberontak.' Bibir Kyuubi melumat bibir Itachi yang masih terbungkam, menjilati permukaan bibir itu dengan lidah yang terus berusaha melesak masuk ke dalam mulut Itachi.

Kepala Kyuubi bergerak ke kiri dan ke kanan, menciumi Itachi dengan beringas meski Itachi tak membalas ciumannya itu. Mata rubynya melirik ke atas, menatap wajah Itachi yang tetap menunjukan wajah datar meski sejak tadi ia terus mencium bibirnya. Itachi masih membungkam bibirnya rapat, tidak memberikan akses sedikit pun bagi Kyuubi untuk memasuki mulutnya.

Kyuubi kembali menyeringai ditengah lumatannya, sepertinya manusia di depannya ini tetap kukuh dengan pendiriannya meski ia telah mencium dan menggodanya sejak tadi. Satu ekor Kyuubi bergerak ke bagian bawah tubuhnya, menyelinap diantara selangkangannya yang mengangkang di atas tubuh Itachi. Ia menggerakan ekornya dengan sangat pelan agar Itachi dapat merasakan setiap sentuhan dari bulu-bulunya yang halus.

"Ukh..."

Berhasil!

Secepat kilat, Kyuubi tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memasuki rongga mulut Itachi saat pemuda itu mengerang akibat perbuatannya meremas kejantanan Itachi kuat dengan ekornya. Lidah Kyuubi terjulur memasuki rongga basah itu dan melepaskan sesuatu yang sejak tadi ia tahan ditenggorokannya.

Glup

Itachi dengan terpaksa menelan sesuatu cair asing bertekstur agak kental yang meluncur mulus memasuki tenggorokannya. Mengalirkan cairan itu turun hingga keperutnya, mata Itachi menatap Kyuubi yang dari sudut pandangnya tengah melengkungkan sebuah senyum yang membuat matanya menyipit. Seperti mengisyaratkan jika pemuda itu telah berhasil melakukan sesuatu, cairan yang ia minum.

Tubuh Kyuubi kembali tegak setelah ia menghentikan ciuman sepihaknya dan menatap Itachi dengan pandangan yang sedikit aneh, 'Sekarang, apa pun yang kau lakukan. Kau tidak akan bisa menolak.'

"Apa maksudmu?" Tanya Itachi, ia menatap lurus iris ruby yang nampak begitu indah menghiasi mata pemuda itu. Pertanyaan Itachi tak juga dijawab Kyuubi yang kini hanya terdiam, seperti menunggu sesuatu.

Firasatnya mulai tidak baik melihat diamnya pemuda itu, terlebih dengan napasnya yang nampak mulai tidak teratur. "Cairan apa yang kau berikan padaku?" Itachi menatap Kyuubi, kali ini pemuda itu menunjukan seringaian lebar diwajahnya.

'Kau pintar bukan? Kau pasti bisa menjawab pertanyaanmu itu sendiri.' Ucap Kyuubi.

Itachi terengah-engah, napasnya kini mulai mengepulkan asap ditambah dengan suhu tubuhnya yang makin naik. Tubuhnya berkeringat dan sesuatu diselangkangannya mulai mengeras. "Pe-perangsang." Ujar Itachi, berusaha mempertahankan suaranya agar tetap datar meski sepertinya gagal.

'Kau sungguh pintar!' Kyuubi menyatukan kedua telapak tangannya di dada, membuatnya saling bertepuk dengan wajah terlihat gembira. Berpura-pura mengagumi jawaban Itachi yang sangat tepat. 'Ternyata kau benar-benar jenius.' Ucapnya.

"K-kenapa?"

Kyuubi memandang Itachi dengan wajah seolah-olah tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan pemuda itu. Ia mengetuk-ngetukan telunjuknya pada bibir merahnya yang sedikit dimajukan. 'Apanya yang kenapa I-ta-chi-kun?' Tanya Kyuubi, ia sedikit memajukan duduknya sehingga kejantanannya dan kejantanan Itachi yang sudah setengah menegang kembali bergesekan.

Erangan terdengar dari Itachi, "Hen-tikan, kau akan menyesali i-ni."

Mata merah Kyuubi menatap wajah Itachi yang sedikit dihiasi semburat merah dipipinya, ia mengelus pipi porselen itu, menggerakan jemarinya menyusuri wajah sempurna sang Uchiha. Paras tampan dengan aura maskulin yang menguar dari tubuh pemuda itu benar-benar membuatnya penasaran. Pemuda ini begitu kukuh untuk tidak tergoda olehnya meski mereka sudah sama-sama dalam keadaan polos.

'Aku tidak akan menyesal.' Ucap Kyuubi, ia melebarkan kakinya dan menunduk. Membuat wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari wajah Itachi. Terpaan napas hangat langsung menggelitik permukaan kulit wajah Kyuubi, membuat ia menutup matanya. Menikmati hembusan hangat yang menerpa, menyentuh kulitnya dengan lembut.

"Itachi."

Mata setengah terbuka Itachi langsung menatap Kyuubi, ia terkejut dengan lantunan suara yang baru saja ia dengar dari belahan bibir merekah pemuda itu.

"Itachi..."

Bibirnya mengatup, menahan erangannya untuk keluar. Suara yang di dengarnya bahkan jauh lebih indah dari suara yang selama ini menyeruak dikepalanya, suara yang begitu lembut nan rendah itu terdengar seperti ajakan ditelinganya. Itachi memejamkan matanya, berusaha untuk tetap menyadarkan akalnya dan tidak terpengaruh oleh obat perangsang yang diberikan Kyuubi.

"Itachi..." Kyuubi menindih tubuh telanjang Itachi, menggesekan permukaan kulit yang tak terlapis sehelai benang itu dengan gerakan menggoda.

"Hentikan, Kyuubi-san..." Itachi menenggakkan kepalanya ke belakang, kesadarannya semakin menipis untuk tidak menanggapi hal 'berbahaya' yang dilakukan pemuda berekor sembilan ini padanya. Namun semua pertahanannya runtuh seketika saat Kyuubi dengan sengaja mendesah dan menjilati lehernya. Menggoda kejantanannya dengan terus mengelusnya menggunakan ekor berbulu halusnya.

Brug!

Kyuubi terbanting dengan cepat kearah belakang saat tiba-tiba saja tubuh di bawahnya mendorong dirinya hingga terjelebag(?) ke belakang. Ia meringis merasakan ekor-ekornya yang tertindih dan tertekuk di bawah tubuhnya.

"Kau akan menyesal..." Alis Kyuubi berkerut mendengar suara berat yang terasa begitu dekat dengannya. Ia memandang lurus pemuda yang tengah mencengkram bahunya, tubuhnya tampak gemetar dengan kepala yang tertunduk. Kyuubi tak bisa melihat wajah Itachi saat ini.

"Kau akan menyesal..." Tertegun, mata Kyuubi menatap tak berkedip sosok pahatan sempurna yang kini tampak lebih sempurna dengan onyx yang telah berganti dengan merahnya iris. Benar-benar membuatnya terdiam melihat keindahan merah selain manik rubynya.

"... telah membangunkan iblis."

"AAARGH!"

Jeritan kencang memekakkan telinga terdengar dari belahan bibir merah Kyuubi bersamaan dengan lelehan air yang meluncur mulus dari kedua matanya. Tubuhnya bergetar hebat dengan tangan yang mencengkram erat selimut yang terbuat dari bulu hewan asli yang menjadi alas tubuhnya. Mencakar batu besar yang ada di bawah lapisan bulu hewan itu hingga kuku-kukunya menancap ke dalam permukaan batu.

Ia meraung kesakitan dengan kepala yang terus ia antukan ke belakang. Kesembilan ekornya menegang sempurna, membuat bulu-bulu tebal yang menyelimuti ekornya berdiri sempurna seperti halnya bulu landak. 'Sakit! Sakit! Sakit!' Itulah yang berada dalam pikiran Kyuubi sekarang.

"Be-BERENGSEK!" Teriaknya nyalang pada pemuda yang kini menyeringai dengan sangat mengerikan padanya. "APA YANG KA-KAU LAKUKAN?!"

"Khe... baru segitu saja kau sudah keluar Kyuubi." Itachi menatap pemuda yang tengah menatapnya nyalang dengan pandangan mengejek lalu beralih menatap ke arah bawah tubuhnya, melihat kejantanan Kyuubi yang dengan mudahnya mengeluarkan sari sperma setelah ia mendorong masuk kejantanannya dengan sekali hentakan. Memasuki anus si Ekor Sembilan dengan mudahnya, tanpa persiapan.

Perlahan cairan merah mulai mengalir dari bagian belakang Kyuubi yang dipaksa meregang, anusnya yang melebar begitu tiba-tiba membuat ototnya yang tentu saja belum siap mengejang dan hal itu menyebabkan dinding luar anusnya robek cukup besar.

Napas Kyuubi masih terengah-engah, air mata masih terus mengalir dengan derasnya dari matanya yang sedikit berkunang. Apa-apaan manusia ini, memasuki dirinya dengan sekali hentakan bahkan tanpa peringatan sedikit pun. Hanya masuk dan mengejutkannya dengan rasa sakit yang teramat-amat sangat sakit pada anusnya.

"Ka-kau mau mem-belah duaku hah?!" Tangan Kyuubi terkepal erat, berusaha menetralisir rasa sakitnya.

Itachi menundukan tubuhnya, menggerakan matanya menyusuri setiap lekuk dari paras manis di hadapannya hingga matanya melihat belahan bibir kemerahan yang sedikit terbuka. Terengah-engah dengan liur yang sedikit mengalir disudut bibir itu. Bibir merah ini yang telah berani mencium bibirnya dengan beringas, bibir nakal yang harus ia beri hukuman.

"Bukankah bibir ini yang tadi menciumku dengan paksa?" Tanya Itachi, ibu jarinya mengelus lembut bibir bawah Kyuubi. "Betapa nakalnya bibir ini." Itachi menatap manik Kyuubi yang nampak masih setengah terpejam menahan sakit.

"Berarti harus dihukum."

Kyuubi mengerang sakit saat dua ekornya ditarik Itachi, mata Kyuubi tak lepas dari kedua ekornya yang dicengkram dengan satu tangan. Ia meremas selimutnya lebih kencang.

"J-jangan sentuh e-ekorku...!" Ucap Kyuubi tersengal-sengal.

Bibir Itachi melengkung tajam, membuat wajahnya yang tampan terlihat lebih berbahaya. Ia sedikit merubah posisi tubuhnya dan membuat Kyuubi meringis merasakan anusnya yang robek bergerak. "Kau –emmmph!" Itachi tak membiarkan Kyuubi menyelesaikan uacapannya, ia langsung melumat bibir Kyuubi dengan kasar. Menarik keras belahan bibir merah itu hingga ia yakin bibir itu akan bengkak jika ia lepaskan.

Kedua tangan Kyuubi beralih mencengkram dada Itachi, menancapkan kuku-kukunya pada dada putih nan mulus milik Itachi namun kedua tangannya langsung ditangkap Itachi dan menahannya di atas dada. Kyuubi benar-benar terkejut, tidak mungkin ada manusia yang bisa sekuat ini hingga bisa membuatnya tak berkutik. Tapi pemuda yang tengah mencumbuinya ini bisa menahan bahkan mengunci tubuhnya dengan mudah.

"AAAKH!" Pagutan itu lepas, Kyuubi berteriak sejadinya saat sesuatu di dalam anusnya bergerak keluar. Tubuhnya kembali bergetar merasakan sakit. Ia mengepalkan tangannya dengan erat. "Ap-apa yang khau laku-kan?"

Iris merah Kyuubi bertemu dengan merah lain yang dihiasi tiga pasang hitam berbentuk koma. Ia benar-benar tidak mengerti dengan sifat Itachi yang langsung berubah drastis.

"Hm? Aku sedang menggerakan kejantananku di dalam lubang anusmu." Jawab Itachi, wajahnya terlihat sangat menikmati Kyuubi yang terlihat kesakitan dengan rona merah yang menghiasi wajahnya. "Tak kusangka anusmu ini sangat ketat Kyuubi, dia meremas penisku dengan kencang." Tubuh Itachi menyentak ke depan yang langsung disambut teriakan Kyuubi.

"Betapa lahapnya anusmu ini Kyuubi, seperti tidak pernah terjamah." Itachi menggerakan pinggulnya ke belakang, menarik kejantanannya secara perlahan agar pemuda yang berada di bawahnya itu merasakan setiap sengatan yang tercipta saat dua kulit itu saling bergesekan.

"Kau masih virgin eh?" Mata Itachi terus memperhatikan wajah Kyuubi, melihat belahan bibir itu mengatup dan terbuka dengan cepat selayaknya ikan. Kepala Itachi bergerak ke samping, mengecup singkap cuping telinga Kyuubi. "Akan kubuat pengalaman pertamamu tak terlupakan untuk seumur hidupmu." Bisik Itachi begitu seduktif.

Kyuubi ingin membalas ucapan Itachi namun yang keluar dari bibirnya hanyalah teriakan melengking saat kejantanan Itachi kembali menyodok jauh ke dalam tubuhnya. Anusnya serasa terbakar dengan rasa perih yang begitu menyengatnya. Ia tak bisa bergerak, sekujur tubuhnya terasa sakit saat pemuda di atasnya terus menggerakan pinggulnya. Menghujam anusnya dengan keras.

Bibirnya terbuka dengan lebar, melantunkan suara yang terdengar begitu erotis. Mendesah dengan begitu kerasnya, mentranslate semua rasa sakit yang dirasanya dengan suara yang terus menjerit keluar dari kerongkongannya. Matanya yang setengah terbuka menatap wajah Itachi, menatap wajah manusia yang tengah memasuki dirinya dengan kasar. Wajah tampan pemuda itu begitu sempurna, Kyuubi tak bisa memungkiri pikirannya itu. Wajah Itachi memang terlalu sempurna hingga ia merasa iri. Iri melihat wajah maskulin Itachi.

"AAKH!" Kyuubi kembali berteriak, ia menatap ekornya yang telah bengkok dengan arah yang aneh di tangan Itachi. Tulang ekornya patah. Kyuubi mengalirkan air matanya, ekornya patah dan tak bisa ia gerakan sama sekali meski Itachi sudah melepaskan cengkramannya. Ia nampak sangat kesakitan, kenapa pemuda ini mematahkan ekornya?

Mata Kyuubi terbelalak, tangan Itachi kembali mencengkram satu ekornya yang lain. Ia memberontak, apa yanga akan Itachi lakukan pada ekornya. Ia melihat Itachi yang tak sekali pun memudarkan seringai dibibirnya.

"Nnnh... Ah! ...tikan!" Desahan Kyuubi terus terdengar, gerakan Itachi di bawah sana membuatnya merasakan sakit dan nikmat di saat yang bersamaan meski rasa sakit lebih mendominasi saat ini. Bukan hanya karena robekan di dinding anusnya semakin melebar dan mengeluarkan darah yang cukup banyak hingga mengotori selimut bulu di bawahnya, tapi juga karena rasa sakit pada tulang ekornya semakin membuat Kyuubi menjerit sakit.

Krak!

Napas Kyuubi tercekat.

"AAARGH!" Jerit Kyuubi saat tangan Itachi dengan mudahnya membengkokkan ekornya seperti sebatang dahan rapuh yang patah. Ia meraung dan berteriak hingga suaranya terdengar sangat keras. Satu ekornya kembali terkulai lemas di samping kirinya, tepat berada di samping dua ekornya yang lain yang telah patah lebih dulu.

Cucuran air mata dan keringat dingin mengalir membasahi tubuh Kyuubi yang bergetar, pikirannya benar-benar mabuk oleh rasa sakit yang menjalar diseluruh tubuhnya. Rasa sakit yang benar-benar membuatnya ketagihan.

Kyuubi menarik sudut bibirnya ke atas, menampakan seringaian penuh tantangan. Ini menyenangkan, seluruh tubuhnya menyuarakan kesakitan dan itu sangat menyenangkan. Kyuubi benar-benar penasaran dengan apa yang akan dilakukan Itachi selanjutnya.

Mata Itachi menatap seringai yang terukir dibibir Kyuubi, ia ikut menyeringai melihat wajah Kyuubi yang nampak begitu kesenangan meski air mata dan ringisan sakit terdengar dari celah bibirnya. "Dasar masochist." Cibir Itachi. Ternyata rubah di depannya ini malah menikmati setiap tindakan 'menyakiti' Itachi pada tubuhnya.

Itachi melepaskan cengkramannya pada kedua tangan Kyuubi, sekarang pemuda itu tidak akan memberontak lagi padanya. Keadaannya yang sudah mabuk malah akan membuatnya terus memohon dan meminta. Itachi menyentuh bibir kemerahan Kyuubi yang agak sedikit membengkak, "Ternyata kau memang tidak akan menyesal," Ucap Itachi, Kyuubi hanya mengerang dan memasukan jari Itachi yang berada dibibirnya ke dalam mulutnya. Mengulum dengan rakus jari itu.

Pinggul Itachi kembali menyentak, memasukan kejantanannya lebih dalam hingga lenguhan nikmat terdengar dari Kyuubi. Sepertinya kejantanannya sudah menyentuh titik kenikmatan dari si rubah. Terbukti dari jeritan sakit yang telah berganti dengan desahan nikmat dari suara manis Kyuubi.

"A-ah! Ah! Ah...! A-emmmph..." Itachi meraup bibir Kyuubi yang tengah mengalunkan desahan dengan lumatan-lumatan kasar. Dengan sengaja, ia menggigit keras bibir bawah Kyuubi hingga menyebabkan bibir itu terluka dengan darah yang mengalir keluar dari luka itu. Itachi menjilat darah yang terasa sangat manis baginya itu dan melesakkan lidahnya masuk, menjamah rongga lembab Kyuubi. Ia menekuk lidahnya dan mengalirkan saliva miliknya yang tercampur darah Kyuubi, saliva itu memenuhi ruang dalam mulut Kyuubi hingga terpaksa pemuda itu meneguk ludah dengan rasa besi itu. Mengalir membasahi tenggorokannya dan ...ieiks! Itu menjijikan! Merasakan darahmu sendiri mengalir ditenggorokanmu itu sangat menjijikan!

Kyuubi sedikit tersedak dengan banyaknya saliva dalam mulutnya, ia menatap Itachi dengan pandangan protes. Tidak suka dengan tindakan Itachi.

Itachi melepaskan pagutannya, menatap wajah memerah Kyuubi dengan kedua bibirnya yang mengap-mengap mencari pasokan udara menuju paru-parunya. Tangan Kyuubi menutupi kelopak matanya, berusaha mengatur napasnya yang memburu. Ia mengintip celah jari tangannya, melihat Itachi yang juga menatapnya dengan seringai.

"Itachi..."

Tangan Kyuubi terangkat, menyentuh belakang kepala Itachi dengan jari-jarinya yang saling menyatu. Dengan cepat Kyuubi menarik tubuhnya mendekati Itachi hingga tubuhnya setengah terangkat dari tempat tidur. Ia mengarahkan kepalanya keceruk leher Itachi, menjilat kulit leher itu dengan lidahnya yang berberak-gerak liar dan tiba-tiba ia menyeringai. Dua gigi putihnya memanjang dan dengan cepat menancap dikulit leher Itachi.

Terkejut, Itachi berteriak tertahan saat merasakan kulit lehernya yang seperti dirobek dalam. Rasanya sedikit panas, menembus dagingnya hingga darah mulai keluar dari lubang kecil yang dibuat Kyuubi. "Ukh..."

Tangannya meremas erat selimut bulu binatang yang menjadi alasnya berbaring saat darahnya berdesir, ditarik keluar dengan cepat meninggalkan tubuhnya. Itachi dapat mendengar setiap tegukan rakus Kyuubi meminum darahnya. Bukankah dia rubah? Rubah tidak meminum darah bukan? Baiklah, meski pun Kyuubi hanya mirip rubah pada bagian ekornya yang sedikit tidak lazim karena ada sembilan dan selebihnya, bentuknya benar-benar manusia. Termasuk itunya juga punya manusia.

"AKH!"

Refleks, Kyuubi melepaskan gigitannya pada leher Itachi saat pemuda itu menartik tubuhnya dan menekan pinggulnya kuat hingga kejantanan Itachi menusuk dalam tepat diprostatnya.

"Fuck!" Kyuubi mencengkram punggung Itachi hingga punggung itu berdarah tercabik kukunya yang panjang, menyalurkan rasa nikmat berlebihan yang ia rasakan.

Mata merah Itachi menatap wajah Kyuubi yang belepotan dengan darahnya, hidung, pipi, bibir dan dagunya dilumuri darah merah, sungguh terlihat semakin mempesona. "Kau berani mengigitku?" Itachi menangkup dagu Kyuubi. "Rubah nakal."

"AAH! NNNAH!" Kyuubi mendesah keras, sangat keras hingga tenggorokannya serasa sakit dengan suaranya yang serak. Tubuhnya terlonjak-lonjak ke atas dan ke bawah mengikuti tangan Itachi yang menekan pinggulnya berulang-ulang. Ia mabuk dalam nafsu, gelimangan kenikmatan membuatnya meracaukan berbagai erangan dan desahan yang tak tertahankan.

Tubuhnya mengejang, kejantanannya sudah mengacung dengan tegaknya. Ia merasakan klimaksnya yang akan datang, membuatnya mendesah lebih keras lagi.

"A-AH! Itachi! L-lepaskan...!" Erangan protes terdengar dari bibir berlumuran darah Kyuubi, ia menatap Itachi dengan pandangan mata yang mengabur di tengah nafsu.

"Datang bersamaku Kyuubi..." Itachi meraup bibir Kyuubi dan mempercepat, menciumnya dengan rakus seraya membaringkan Kyuubi kembali dan langsung mempercepat gerakan sodokannya pada anus Kyuubi yang terlihat sudah lecet dengan darah yang tak berhenti keluar, menyelimuti kejantanan Itachi yang memasukinya dengan darah hingga kulit porselen itu tersamar oleh merahnya cairan darah.

"Mmmh!... Mnnh!" Mata Kyuubi terpejam erat, cairan miliknya sudah berada dipangkal namun tak bisa keluar karena Itachi menutupi lubang kecil di ujung kejantanannya dengan ibu jari. Ia menggeleng kuat untuk melepaskan pagutan Itachi, ia tidak suka desahannya dihalangi dan diredam dengan ciuman tapi Itachi tak juga melepaskan mulutnya dan malah dengan asyiknya mengobrak-abrik dalam mulutnya.

Desisan terdengar dari Itachi, cairannya yang mengalir disepanjang kejantanannya membuat ia melepaskan ciumannya dan menggerakan pinggulnya lebih cepat, menyodok keberbagai arah di dalam anus Kyuubi dan satu sodokan terakhirnya bersamaan dengan semburan sperma yang terlepas dari kejantanannya memenuhi ruang dalam tubuh Kyuubi.

Kyuubi melenguh, klimaksnya yang sedikit menyakitkan menyembur kencang membasahi sekitar perutnya dan tubuh Itachi. Napasnya terengah-engah, ditambah dengan tubuh Itachi yang ambruk menindih tubuhnya.

"Kau hah... hebat...hah..hah..." Ucap Kyuubi di tengah mengatur deru napas dan detak jantungnya yang berpacu cepat.

Itachi memandang wajah Kyuubi yang tersenyum kearahnya, bibir Itachi perlahan tertarik ke atas. Menggariskan senyum tipis yang jarang sekali tampak diwajah tampannya. "Kau juga." Ucap Itachi yang langsung meraup bibir Kyuubi dalam sebuah pagutan basah.


.

.

.


"Kyuubi."

"Hm?"

Itachi melirik Kyuubi yang tengah sibuk dengan selangkangannya, menjilati kejantanannya untuk membersihkan sisa-sisa sperma yang masih melekat di sana. Keenam ekornya bergoyang-goyang dengan cepat seakan kegirangan, hanya enam karena tiga ekor sisinya terlihat tergeletak lemas tak bergerak karena ia mematahkan tulang pada ekor itu.

"Jika kau bisa bicara, kenapa kau menggunakan telepati?" Tanya Itachi, Kyuubi menghentikan kegiatannya pada kejantanan Itachi dan menatap pemuda itu.

"Aku dilarang bicara sebelum kau dengan suka rela menyentuh tubuhku." Jawab Kyuubi.

"Dilarang, siapa?" Itachi menggigit bibir bawahnya saat Kyuubi bukannya menjawab pertanyaan darinya tetapi malah memasukan kejantanannya ke dalam mulut, menggunakan lidah-lidahnya untuk memijat kejantanannya lembut.

"Berhenti sebentar, aku harus mencari Sasuke dan Neji." Ucap Itachi.

Kyuubi menggeram, ia menggigit kejantanan Itachi dengan taringnya dan memberikan luka memanjang saat dengan Kyuubi melepaskan kejantanan Itachi dari mulutnya. "Kenapa kau masih memikirkan mereka?!" Tanya Kyuubi kesal.

Itachi menyipitkan matanya merasakan kejantanannya yang mulai mengeluarkan darah. "Sasuke itu adikku dan Neji adalah temanku Kyuubi." Tangan Itachi mengelus wajah Kyuubi dan menyentuh luka pada bibir Kyuubi, sepertinya Kyuubi sedikit 'cemburu' karena ucapannya.

Lidah pink Kyuubi menjilat jari-jari Itachi, ia menatap mata Itachi yang sudah berubah hitam kembali dengan pandangan kesal. "Terserah." Ucap Kyuubi, ia kembali melanjutkan aktivitasnya diselangkangan Itachi.

"Kyuubi." Itachi kembali memanggil Kyuubi.

"Hmm?" Jawab Kyuubi dengan sedikit malas.

"Apa kau tidak merasa lelah setelah melakukan itu?" Tanya Itachi.

Kyuubi mendongak, "Aku bukan manusia 'biasa' sepertimu. Aku tidak akan merasa lelah meski seharian penuh melakukan hal itu." Jawab Kyuubi kesal karena sejak tadi Itachi menjadi cerewet dan terus mengganggu kesenangannya, namun ia segera menyesali perkataannya saat melihat seringai Itachi yang membuatnya merinding.

"Kau tidak berpikir-"

"Aku memikirkan apa yang sedang kau pikirkan Kyuubi." Ucap Itachi cepat, memotong ucapan Kyuubi yang kini tengah memandang horror padanya.

"Itachi, HUWAAA!"

Sekali lagi, desahan dan erangan kembali terdengar diruangan yang dikelilingi sulur dan akar-akar pohon besar itu.


To be continue~ ^^


A/N : Yuki~ gimana kah hasil bersusah dan payahku selama kurang dari seminggu ini? Baguskah? Kurangkah?

Untuk para readers juga.. adakah yang kecewa pada ficku kali ini T.T silahkan komentarnya di kolom review! XDa

Sampai jumpa bulan depan! :D

Review?